jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Senin, 01 Maret 2010

Andi Rahmat, Sang Pemancing Sri Mulyani

GAYANYA kalem. Tidak perlu berkata dengan nada tinggi, apalagi berteriak minta interupsi. Dengan rambut njegrak rapi, politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini selalu terlihat sabar saat mengajukan pertanyaan pada para saksi pada setiap agenda sidang Pansus Century. Andi Rahmat juga tak pernah terlibat debat kusir dengan anggota Pansus lainnya seperti Ruhut Sitompul.

Andi Rahmat pun jadi salah satu narasumber yang jadi buruan wartawan untuk dimintai data atau wawancara. Andi memang satu dari beberapa anggota Pansus yang memiliki data lengkap dan tak ragu membaginya kepada wartawan. Selidik punya selidik, ternyata dia pernah menggeluti dunia jurnalistik. ’’Saya pernah jadi wartawan Suara Hidayatullah sejak 1997-1999,’’ katanya.

Bapak muda dengan empat naak ini tercebur di Senayan sejak 2005 melalui pergantian antarwaktu terhadap anggota Fraksi PKS, Seniman Latief. Namun namanya baru meroket sejak tercatat sebagai anggota Pansus Angket Kasus Bank Century. Kehadirannya di Pansus tak lepas dari perannya menjadi inisiator Hak Angket bersama Tim 9 yang rajin berkeliling mencari dukungan ke tokoh-tokoh nasional.

Panggung politik Pansus yang panas pun melejitkan namanya. Meski terlihat kalem, selama Pansus berlangsung, Andi tetap bersikap kritis tiap menyodorkan pertanyaan kepada para saksi yang hadir. Tak hanya itu, Andi juga tak segan mencecar saksi. Salah satunya adalah ketika Pansus menghadirkan mantan Deputi Gubernur Senior Miranda Goeltom yang kala itu menjawab tidak tahu.

Andi juga figur yang berhasil menggiring Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk mengaku bahwa dirinya telah tertipu dengan data yang disodorkan Bank Indonesia dalam proses merger dan bailout Bank Century. ’’Jadi ada kesadaran Ibu melihat sekuensi laporan, transkrip rekaman bilang begitu?’’ ujar Andi kepada Sri Mulyani.

’’Waktu BI meng-update menjadi minus 25 itu, reaksinya seperti Mas bilang itu,’’ jawab Sri Mulyani.

’’Ibu tahu nggak, surat-surat berharga yang dimacetkan yang menjadi dasar bank dikatakan insolvent pada 24 November sama dengan SSB yang macet pada 31 Oktober dan 3 November,’’ cecar Andi.

Sri Mulyani tak dapat mengelak dan mengaku tahu hal tersebut. ’’Jadi apa benar Sri Mulyani merasa kecewa dengan laporan BI?’’ tanya Andi lagi.

’’Wajah saya seperti bapak-bapak sekalian (kesal) begitu tahu anggaran yang diajukan ada saat awal berbeda dengan akhir,’’ aku Sri Mulyani.

Keberanian Andi Rahmat dalam tiap rapat Pansus digelar cukup menarik perhatian. Saking kritisnya dalam Pansus, partainya sempat dicap mengganggu koalisi oleh Partai Demokrat. Padahal Andi tak memiliki jabatan apa pun di kepengurusan partai. Namun Andi memiliki alasan sendiri soal itu. ’’Saya dijewer (partai) kalau tidak kritis,’’ ujar sembari menarik lengan kemeja biru dongkernya.

Kiprah politisi muda ini jelas jauh berbeda saat kali pertama mantan Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) periode 2000-2002 ini berada di DPR. Saat itu nyaris tak ada kiprah yang terdengar dari para politisi muda termasuk dirinya. Padahal pada 2004 lalu, jargon bahwa yang muda yang memimpin begitu gencar disuarakan.

Sejumlah aktivis pun ikut berebut mengisi kursi di DPR seperti pendiri Forum Kota Luthfi Iskandar, mantan Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Barita Simanjuntak, aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Fitus Morin.

Bahkan Andi Rahmat duduk di Senayan setelah melalui proses pergantian antarwaktu (PAW). Peran para politisi muda nyaris tak ada kiprahnya dan hanyut dalam pusaran politisi senior yang lebih dulu menduduki kursi nyaman DPR.

Namun pelan tapi pasti, kiprah politisi muda seperti Andi akhirnya mulai dilirik publik karena Pansus Angket Kasus Bank Century. Tetapi sikapnya yang kritis membuatnya jadi sasaran empuk pihak yang tak suka dengan sepak terjang Andi.

Andi pun sempat dituding menerima gratifikasi atas keberangkatannya ke London bersama beberapa rekannya sesama anggota Komisi XI pada 2007 lalu yang dibiayai oleh Bank Indonesia.

Tak hanya itu, keabsahan Andi Rahmat di DPR telah ’’digugat’’ politisi Partai Demokrat Hakim Sorimuda Pohan. Selain Andi, anggota Pansus dari PKS Muhammad Misbakhun dan politisi PAN Chandra Tirta Jaya juga turut digugat.

Menanggapi berbagai serangan yang ditujukan kepadanya, Andi bersikap luwes dan mengaku tak trauma. Sikapnya yang blak-blakan dan apa adanya tentang data-data juga tetap terlihat. ’’Saya sih biasa saja, tidak trauma,’’ tegasnya.

Keteguhannya dalam bersikap ini tampaknya tak lepas dari aktivitasnya sebelum masuk dunia politik praktis di Senayan. Selain sebagai mantan Ketua Umum KAMMI, Andi Rahmat juga pernah jadi ketua DPP KNPI dan pengurus Pusat ICMI serta mantan Ketua Garda Muda Merah Putih.

Menghabiskan sekolah di SMU Makassar, Andi melanjutkan kuliah di FISIP Universitas Indonesia dan Fakultas Ekonomi Universitas Borobudur. ’’Kita bukannya trauma. Kalau di politik ada yang ngejar kita lalu di depan kita adalah jurang maka kita sekalian loncat aja ke jurang,’’ ujar pria kelahiran 15 Oktober 1975 tersebut.

Dia menyatakan takkan mundur meski selangkah. ’’Kalau dalam kasus besar seperti ini (angket Bank Century), pilihannya hanya dua: Anda terus atau berhenti, karena risikonya sama besar. Tapi kalau Anda berhenti, akan dimangsa oleh internal partai dan juga publik,” urainya.

Namun karena Pansus, kehidupan pribadinya kurang mendapat perhatian. Selama empat bulan ini ritme hidupnya adalah pulang pagi berangkat pagi. ”Setiap hari saya pulang jam tidak pernah dibawah jam dua pagi, lalu salat shubuh lalu berangkat jam tujuh pagi,” katanya.

Ritme seperti ini membuat berat badannya susut 5 kilogram plus bonus protes dari anak-anaknya yang masih kecil. Hobinya membaca buku dan menonton film di rumah pun tak bisa dilakukan. Ponselnya pun terus berdering tiada henti. Andi mengatakan keluarganya, termasuk sang istri, Viyatri Widuri, sudah terbiasa dengan aktivitasnya termasuk tekanan maupun ancaman yang diterimanya sebagai politisi.

Meski begitu, Andi mengatakan agar keluarganya lebih mengetahui seluk-beluk aktivitasnya sebagai anggota dewan, kerap membawa anak-anaknya dalam tiap kegiatan. ”Misalkan waktu kemarin ketemu dengan Pak Wiranto, atau menghadiri undangan Petisi 28 dan Gerakan Indonesia Bersatau (GIB). Ini adalah cara saya untuk mengenalkan sejak dini kegiatan orang tuanya,” tutur pria yang bersama istrinya akan umrah setelah Pansus Century tuntas itu.


Oleh: Nani Mashita
Sumber: Surabayapost Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar