jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Selasa, 29 Juni 2010

Cerdas Mengemas Dakwah

Dakwah adalah aktifitas mengajak semua orang untuk lebih baik dari sebelumnya. Ketika aktifitas itu terus berlanjut secara bertahap, maka kebaikan demi kebaikan itu akan mengarahkan seseorang berubah menjadi sosok yang berkepribadian islami. Bukan hanya akidah dan keyakinan yang teguh akan keesaan Allah SWT, tetapi juga disertai dengan konsistensi ibadah, kemapanan dalam beretika (baca : akhlak), plus semangat dalam menebarkan kebaikan pada yang lainnya. Inilah yang sering disebut dengan syakhsiyah muslimah mutakamilah atau kepribadian muslim yang integral / komprehensif.

Tetapi tujuan akhir di atas bukanlah dakwah itu sendiri. Dakwah adalah proses untuk mencapai tujuan itu sendiri. Ia tetaplah sekedar seni untuk mengajak orang setingkat lebih baik dari sebelumnya. Dan jika proses itu kita lakukan dengan berkelanjutan dan istiqomah, maka tercapai tujuan dakwah adalah ‘bonus’ yang disisipkan Allah SWT di dunia ini. Sekali lagi mari kita lihat dakwah sebagai proses, atau lebih tepatnya seni mengajak dan mempengaruhi orang pada kebaikan. Karenanya keberkahan dan kesuksesannya dilihat dari proses yang kita jalani, bukan hasilnya. Jika kita menganggap kesuksesan dakwah ada pada munculnya pengikut yang banyak dan shalih semua, barangkali secara tidak langsung kita menilai dakwah nabi Nuh as dan nabi yang lainnya gagal semata. Dan anggapan ini tentu saja tidak benar, karena justru nabi Nuh as diabadikan sebagai ulul azmi yang senantiasa menjadi panutan kesabaran bagi kita semua dalam berdakwah.

Mengapa saya mengulang-ngulang bahwa dakwah adalah sebuah seni dan proses yang bertahap? Karena sebuah keyakinan bahwa semua orang punya hak untuk di dakwahi, sebagaimana setiap mereka juga punya kemampuan penerimaan yang berbeda-beda. Dan apapun kejadiannya, saat anda berhasil mengubah orang sedikit lebih baik dari sebelumnya, maka itulah bagian dari kesuksesan dakwah. Tidak berlebihan ketika saya mengumpakan dengan logika sederhana; jika anda mempunyai teman laki-laki anda yang memakai dua anting-anting, lalu anda berhasil membuatnya melepas satu saja anting-anting itu, maka itu adalah sebuah capaian dakwah yang berkah.

BAGAIMANA MENYENTUH HATI

Betapa senang jika kita punya banyak teman. Betapa gembira jika perkataan dan perintah kita diikuti orang lain. Ternyata kuncinya ada pada suasana qalbu kita. Sehingga Rasulullah saw. mengingatkan kita akan pentingnya menjaga hati yang bersih.

Sebagaimana sabda beliau;

اَلاَ اِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَة اِذا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُهُ وَاِذا فَسَدَتْ فَسَدَالجَسَدُ كُلُهُ اَلاَ وَهِيَ القَلْبُ (روه البخاري ومسلم)

“Ketahuilah bahwa sesunggunhynya dalam jasad itu terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya dan apabila ia rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya, ketahuilah bahwa ia adalah hati (qalbu).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sungguh beruntung bagi siapapun wabilkhusus aktifis dakwah , yang mampu menata qolbunya menjadi hati yang baik, bening, jernih, bersih, dan selamat (صَلَحَتْ ).

Sungguh berbahagia dan mengesankan bagi siapapun sekiranya memiliki qolbu yang tertata, terpelihara, dan terawat dengan sebaik-baiknya. Karena selain senantiasa merasakan kelapangan, ketenangan, ketenteraman, kesejukan, dan indahnya hidup di dunia ini, pancaran kebeningan hati pun akan tersemburat pula dari indahnya setiap aktivitas yang dilakukan (صَلَحَ الجَسَدُ كُلُهُ).

Debat tak selalu Hebat

Setiap pagi dan setiap hari televisi kita dipenuhi diskusi dan debat. Ada yang hangat dan ada pula yang panas. Anehnya pula semakin panas, semakin disuka. Bahkan ada stasiun TV yang menggambarkan debat sebagai suasana pertarungan ring tinju, dimana setiap sesi dibatasi dengan bunyi bel, ibaratnya pergantian ronde dalam sasana sesungguhnya. Lebih lengkap lagi, masing-masing pihak didampingi dengan suporter lengkap dengan ragam atributnya. Mereka siap bersorak saat jagonya bicara, sebagaimana mereka juga siap mencemooh saat lawan bicara jagonya sedang menyela. Sorak sorai dan cemoohan bersahutan. Dan ternyata semua senang, Penonton juga senang, buktinya rating acara tersebut langsung melangit.

Ada ungkapan yang menarik, dalam setiap kepala ada pendapatnya sendiri-sendiri. Dalam banyak hal pasti ada perbedaan. Suami istri saja bisa berbeda pendapat, anak kembar juga demikian, dalam hal yang sederhana berkaitan dengan hobi dan selera misalnya. Apalagi jika dikembangkan dalam masalah yang lebih luas dan rumit lagi.

Saya sendiri aslinya terlihat senang berdebat. Tapi ternyata tidak semua kesempatan berdebat itu harus ditanggapi. Apalagi hasil akhirnya sudah sama-sama tahu, maka buat apa meladeni jika itu harus menggadaikan ukhuwah? Apalagi jika kemudian banyak yang menonton dan tepuk tangan? Kemudian selesai acara masing-masing tidak akan pernah puas dengan jawaban dan bantahan? yang ada justru malah dendam semakin menghujam dalam dada. Jika itu terjadi antar kelompok agama, merinding saya memikirkannya.

Pilkada Serentak Hemat Rp 40 Miliar

Pemilihan kepala daerah (pilkada) provinsi dan enam kabupaten yang berlangsung serentak pada 3 Juli 2010 akan menghemat anggaran hingga Rp 40 miliar.

Demikian pernyataan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Bengkulu Dunan Herawan, Selasa (15/6). "Penghematan anggaran ini yang menjadi dasar bagi KPU provinsi untuk menggelar pilkada serentak dengan enam kabupaten lainnya," katanya di Bengkulu.

Dunan mengatakan, jika pilkada provinsi terpisah dengan pilkada enam kabupaten yaitu Muko Muko, Lebong, Kepahiang, Rejang Lebong, Seluma, dan Kaur, maka daerah harus menyediakan dana Rp 100 miliar.

Sedangkan jika berlangsung serentak akan ada dana sharing dengan enam kabupaten tersebut untuk membayar gaji petugas pemilihan umum sehingga daerah hanya mengeluarkan dana Rp 60 miliar. "Selain itu karena jaraknya juga hanya beberapa bulan jadi kami menilai jangan sampai pilkada ini membebani masyarakat sehingga diadakan serentak," jelasnya.

PKS: Mustahil TDL Naik Juli

Metrotvnews.com, Cirebon. Rencana penaikan tarif dasar listrik (TDL) per Juli 2010 terus ditentang banyak pihak. Fraksi Partai Keadilan Sejahtera hingga kini kukuh menolak rencana penaikan hingga 15 persen. Sebab, dianggap bisa menimbulkan gejolak sosial masyarakat.

Bila jadi, penaikan TDL tinggal menghitung hari. Ketua Fraksi PKS Mahfudz Siddik di Indramayu, Jawa Barat, Selasa (29/6) berpendapat lain. Menurutnya, rencana itu belum menjadi putusan antara pemerintah dengan DPR. Artinya, tambah Mahfudz, tak mungkin diterapkan di awal Juli.

Ia mengimbuhkan, rencana penaikan TDL baru ide sepihak PLN. Menurutnya, baik Komisi VII yang membidangi kelistrikan maupun pemerintah belum memberi persetujuan. Kalau pun jadi, diprediksi memicu gejolak sosial. (Dedy Musashi/*****)


Sumber: www.metrotvnews.com

PKS pantas disebut : "Ini Baru PKS...!!!"

Fenomena Partai Keadilan Sejahtera

Penegasan itu memperkuat pernyataan yang disampaikan dalam Rapat Kerja Nasional Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Februari 2008, bahwa kelompok keagamaan yang berbenturan dengan pluralitas akan hancur. Karena itu, tidak mengherankan, meski dinamika politik selama empat minggu terakhir ini kumuh dan sarat dengan politik kepentingan serta gagasan sesat seperti dana aspirasi, keputusan Musyawarah Nasional II PKS sebagai partai terbuka menjadi memesona. Ibaratnya, ia melakukan salto mortal, loncatan berputar yang atraktif dan memukau publik.

Peneguhan itu adalah penampakan (fenomena) yang mengentak kesadaran publik, yang selama ini menganggap PKS sebagai partai yang militan, eksklusif, dan berpaham Islam konservatif, tegas menyatakan sebagai partai inklusif. Sedemikian kuatnya persepsi itu, meski tanda PKS sebagai partai terbuka sudah dilakukan sejak tahun 2000, banyak kalangan meragukan otentisitas niat itu. Afirmasi menjadi extraordinary event karena diputuskan dalam forum yang bobot politisnya tinggi. Karena itu, meski perubahan itu memicu kontroversi internal, tetapi tetap sarat makna. PKS sedang berjuang dan mengukir sejarah meninggalkan stigmatisasi sebagai partai kanan, eksklusif, dan ortodoks, menjadi partai modern, demokratis, dan progresif.

Sebagai simbol keterbukaan, PKS bahkan mengundang beberapa wakil dari negara Barat, seperti Jerman, Australia, dan Amerika Serikat, yang selama ini memiliki sikap dan pandangan yang berbeda mengenai isu yang menjadi kepedulian PKS, yaitu eksistensi negara Palestina. Bahkan, negara itu responsnya juga samar-samar terhadap serbuan Israel pada kapal Freedom Flotilla yang menuju Gaza dengan misi perdamaian.

PKS Jujur Menjadi Partai Terbuka

Jakarta. Keseriusan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi partai terbuka dan moderat dinilai sebagai upaya sungguh-sungguh dan jujur. Mengapa?

Indonesianis asal Australia yang juga profesor pada Australia National University (ANU) Greg Fealy menilai, ada upaya sungguh-sungguh dari PKS untuk menjadi partai terbuka dan moderat. Menurut dia, upaya ini jelas menggunakan logika politik.

“Karena tanpa strategi inklusif, bagaimana bisa di atas 10 persen suara di masa mendatang,”
katanya kepada wartawan termasuk R Ferdian Andi R dari INILAH.COM, di sela-sela Munas II PKS di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, akhir pekan lalu. Berikut wawancara lengkapnya:

Apakah Anda melihat PKS tulus untuk menjadi partai inklusif?

Saya kira mereka jujur dengan usaha ini. Selain itu ada juga logika politik di belakang strategi keterbukaan partai. Dengan strategi itu, PKS bisa tumbuh cepat menjadi partai besar. Tanpa strategi inklusif, bagaimana bisa di atas 10 persen suara di masa mendatang.