jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Senin, 17 November 2008

Grand Design Indonesia ala PKS


DPD PKS Johor Malaysia kembali melakukan konsolidasi politik melalui tarbiyah siyasiyah (tarbiyah politik). Acara itu diisi dengan Bedah Buku Memperjuangkan Masyarakat Madani bagian Platform Kebijakan Pembangunan PKS.

Hadir sebagai penyaji utama adalah salah satu capres dari PKS sekaligus caleg nomor 1 Dapil DKI Jakarta 2, Sohibul Iman.

Ketua DPP PKS Bidang Ekuintek tersebut memaparkan dengan penuh semangat, meskipun dalam waktu yang sangat pendek (45 menit), hal-hal penting yang terkandung dalam buku itu. Dia memaparkan bahwa yang dimaksud dengan platform adalah bentuk yang datar sehingga sebuah benda kalau didirikan akan tegak. Landasan pembangunan versi PKS ini selanjutnya akan didetailkan pada 2010 dalam buku Grand Design Indonesia Baru 2025.

Faktor penting dalam membuat perubahan adalah direction of change (arah perubahan), agent of change (pelaku perubahan) dan engine of change (mesin perubahan). PKS selalu memperhatikan ketiga hal ini.

Yang dicita-citakan oleh PKS memang bukan sekadar menang pemilu atau pilkada, tapi cita-cita kebangsaan, yakni masyarakat madani yang adil, sejahtera, dan bermartabat. Atau Indonesia ke depan adalah religious civilize society (masyarakat yang berperadaban materi yang tinggi tapi relijius).

Negara-negara maju memang secara moral sosial bagus: kebiasaan antri, korupsi minim, etos kerja tinggi, dll. Tapi gagal dalam moral ritual dan moral susila. Ini keduanya adalah bom waktu yang siap meledak kapan saja. Indonesia yang diinginkan PKS tidak seperti itu.

Masalah kepemimpinan juga sangat diperhatikan dalam platform. PKS menginginkan bahwa ke depan kepemimpinan nasional adalah kepemimpinan historis: kepemimpinan karena pergulatan dengan realita dan matang, bukan kepemimpinan mitos.

Pemimpin mitos adalah pemimpin karena ‘darah Biru’, baik karena darah biru proklamator, darah biru pendiri ormas terbesar, dan ‘darah biru’ militer.

Ali Abdurabbih, aliabdurabbih@yahoo.co.id


Sumber: Inilah.Com

Din, Amien, PKS Harus Dialog


Sebulan terakhir ini, media memuat dengan meriah pro kontra perihal iklan PKS yang menampilkan 8 tokoh nasional (baca; guru bangsa dan pahlawan).
Karena saya merasa sebagai kader 'Ahmad Dahlan' maka saya kepanasan untuk mengomentari polemik yang tak mendidik masyarakat tersebut, khususnya umat Islam. Pada kesempatan ini, saya sebagai kader Muhammadiyah, tidak ingin terjebak dalam perdebatan yang tak jelas arahnya itu. Saya tidak berada pada posisi pro dan kontra. Tapi ingin mendudukkan perkara keislamanan (baca juga; dakwah) yang dipahami oleh Ahmad Dahlan.
Karena, jika ditelik secara dalam kita bisa melihatnya bahwa pro-kontra ini lebih politik daripada mencari kebenaran. Di sana-sini ada muatan politik, mencari popularitas, menjatuhkan, melecehkan dan hal-hal lain yang tak sesuai dengan prinsip dakwah Ahmad Dahlan sebagai pahlawan nasional yang bukan lagi milik satu kelompok tapi milik negeri ini.
Yang paling mengecewakan bagi saya dari komentar-komentar PMB, Din Syamsuddin, Amien Rais adalah 'membesar-besarkan' masalah ini secara keterlaluan. Saya tak tahu persis seperti apa yang diinginkan.
Tapi yang jelas, kenapa tokoh nasional yang ditempelkan dengan figur Ahmad Dahlan (baca;Muhammadiyah) mengeluarkan komentar tak mendidik. Banyak komentar soal PKS yang membuat kita semua, selaku pembaca bertanya, beginikah Ahmad Dahlan?.
"Ini terus terang meremehkan, melecehkan. Saya minta kepada PKS, nggak usahlah, kita tidak perlu tempuh cara-cara seperti itu," ujar Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin di Kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Senin (10/11) seperti diwartakan inilah.com. Dan banyak komentar miris dari PMB, Din Syamsuddin, dan Amien Rais.
Saya sebagai kader Muhammadiyah tidak memahami maksud stateman tersebut. Maaf kalau salah, sesuai kapasitas saya sebagai orang awam politik, Din Syamsuddin terlihat ada dorongan emosi politik dari salah satu partai yang ingin mengambil suara Muhammadiyah yang ada di PKS pada pemilu 2004 lalu.
Kalau ini salah, kenapa PMB, Amien Rais, Din Syamsuddin tak berdialog langsung dengan PKS. Toh, di PKS banyak kader Muhammadiyah. Sebagai contoh, Anis Matta (sekjen PKS).
Menurut saya, sangat disayangkan jika tokoh sekaliber Din Syamsuddin dan Amien Rais yang mengomentari iklan itu secara 'emosi'. Padahal bisa dengan cara yang lebih Islami seperti yang diajarkan oleh Ahmad Dahlan.
Sebagai contoh, mengundang tokoh PKS untuk berdialog dari maksud pemuatan iklan Ahmad Dahlan. Maksud saya, kita perlu berdialog dari hati ke hati, bukan melalui media.
Karena di media, biasanya, terkadang pemberitaan itu diplintir agar terlihat menarik dan tidak menyalahi etika jurnalistik.
Sepengetahuan saya Ahmad Dahlan tak begitu, apalagi antar saudara se-Islam. Bahkan, niat baik Menegpora Adhyaksa Dault menyeru kepada pemuda Indonesia untuk berjuang menyelamatkan bangsa ini. Lagi-lagi, dikritik oleh Pemuda Muhammadiyah. Tidak realistik ‘banget, gitu loh’.
Kita jangan saling menjatuhkan sesama warga Indonesia, umat lain ‘saja dilarang’, terus kenapa kita saling menyerang sesama Islam. Dan sangat wajar, kalau ada citra yang timbul kalau statmen kader-kader Muhammadiyah selama ini 'memusuhi' PKS.
Jujur saja, secara dakwah saya melihat PKS lebih melakukan pesan atau langkah dakwah Ahmad Dahlan di masyarakat. Kita jangan terlalu bangga dengan simbol-simbol Ahmad Dahlan jika kita tak pernah menjalankan gerakan dakwah beliau.
Sebagai contoh, saya melihat, kader PKS lebih militan berdakwah hingga ke gunung di kampung saya di Pangkep, Sulsel daripada kader Muhammadiyah, yang dulu lebih militan. Bahkan banyak kader Muhammadiyah yang menyeberang ke PKS, dengan alasan PKS lebih 'Muhammadiyah" daripada Muhammadiyah itu dulu.
Begitu pula di Jakarta, tempat saya bermukim, jarang atau berani saya katakan tak pernah saya temukan kader Muhammadiyah melakukan dakwah di masjid atau di rumah-rumah seperti Muhammadiyah jaman dulu. Ini yang harus kita pikirkan. Kenapa kita seperti ini? PKS hanya partai dakwah (baca juga; politik).
Yang kita harus takutkan adalah, kekeliruan yang ada ini dimanfaatkan oleh orang luar, yang sama sekali tak pernah memperjuangkan khittah perjuangan Ahmad Dahlan. Apalagi menjelang pemilu 2009. Tentu kalau sudah menjadi blunder di tengah pemberitaan media maka menjadi momok yang menakutkan bagi gerakan dakwah Muhammadiyah maupun PKS.

HMS Habibi Mahabbah, hms.mahabbah@gmail.com
Sumber: Inilah.Com

Tri : Perpecahan Hanyalah Isu, Kader PKS Solid


Jakarta RM. Kader dan simpatisan yang ada di Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Jakarta Utara, Selatan dan Barat, diungkapkan sumber Rakyat Merdeka yang aktif di salah satu DPD tersebut, ogah bekerja lagi membesarkan partai. Mereka kembali ke taklim alias pengajian, tak mau ngurusi politik lagi.

Alhasil gerakan perekrutan anggota yang dulu gencar dilakukan kader PKS door to door tak ada gregetnya lagi. Perpecahan di tubuh partai yang mayoritas anggotanya pemuda Islam ini, dipicu kekecewaan para anggotanya, terhadap kinerja wakilnya di parlemen baik di DPRD DKI Jakarta maupun DPR.

"Mereka tak lagi sungguh-sungguh memperjuangkan aspirasi kita. Coba lihat, dulu suara PKS di DPRD yang anggotanya hanya tiga orang, lebih terdengar, ketimbang sekarang yang mayoritas. Sekarang mereka tak lagi idialis, mereka pragmatis," ujar sang sumber.

Lebih lanjut, sumber tadi mengatakan, sampai-sampai saat ini di internal partai, mengenal dua istilah kader yakni kader keadilan dan kader sejahtera.

Kader keadilan, sambungnya, adalah wakil rakyat yang masih mau memperjuangkan aspirasi masyarakat, sedangkan kader sejahtera adalah anggota dewan yang hanya ingin mengeruk keuntungan sebagai anggota dewan tak peduli dengan amanat konsituennya.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Wilayah PKS DKI Jakarta Triwisaksana yang dikonfirmasi, membantah isu tersebut. Kata dia, PKS di Jakarta masih solid, semua masih patuh dengan perintah DPP dan siap memenangkan partai dalam Pemilu 2009.

"Itu hanya isu saja tidak usah ditanggapi. Isu ini sengaja dihembuskan orang yang ada di luar partai yang bertujuan untuk memecah belah partai," ujarnya melalui ponsenya, baru-baru ini. Menjelang Pemilu 2009 ini, lanjut Tri, PKS sering dihantam isu, banyak kalangan yang ingin menghancurkan PKS melalui isu keretakan atau perpecahan.

Saat ditanya, sanksi apa yang akan dijatuhkan, jika ada pimpinan daerah di Jakarta yang enggan melaksanakan perintah pimpinan, Tri enggan menjawab panjang.

"Jangan berpikir yang macam-macam dulu, apalagi sesuatu yang buruk, kami dari DPW masih melihat DPP masih dalam jalur yang benar. Segera akhiri isu ini, mari kita bersaing memenangkan pemilu secara fair, jangan saling menjatuhkan," pungkasnya.

Sumber: Rakyat Merdeka | Senin, 17 November 2008, 01:11:51

Soal Iklan Politik, Sultan Bela PKS


INILAH.COM, Yogyakarta. Di tengah kecaman terhadap iklan politik PKS, Sri Sultan Hamengku Buwono X punya pandangan lain. Iklan yang menampilkan sejumlah pahlawan nasional itu, menurut Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, bukan sebuah pelanggaran terhadap undang-undang.
Sultan mengaku tidak mempermasalahkan jika ada partai politik yang melakukan kampanye politik di media massa dengan memanfaatkan sosok pahlawan.

"Tidak ada aturan yang melarang pemanfaatkan pahlawan nasional untuk kampanye parpol di media massa. Termasuk dalam undang-undang pemilu," tegasnya.

Seperti diketahui, PKS telah memuat dua iklan yang menampilkan sejumlah tokoh nasional. Iklan ini mendapat reaksi dari sejumlah ormas yang meras tokohnya ditampilkan PKS tanpa izin terlebih dulu.

Bahkan, di iklan menyambut hari pahlawan, partai berlambang dua bulan sabit mengapit sebatang padi ini menampilkan delapan tokoh sekaligus. Yakni, Soekarno, M Hatta, Soeharto, Bung Tomo, KH Ahmad Dah

Profil Partai: Incar Kalangan Muda, PKS Menuju Parpol Besar


Jakarta (ANTARA News). Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dalam sejumlah jajak pendapat tentang partai pilihan rakyat pada Pemilu 2009, selalu diprediksi sebagai partai yang perolehan suaranya bakal meningkat jika dibandingkan pemilu sebelumnya.

Sejak menjadi partai politik peserta Pemilu 1999 (saat itu masih bernama Partai Keadilan), perlahan tapi pasti partai berlambang bulan sabit kembar itu memang terus mendapatkan simpati dari masyarakat.

Kiprah PKS yang kini mengusung motto "Bersih, Peduli, dan Profesional" semakin dirasakan masyarakat, tatkala kader-kader partai tersebut terjun langsung di garis depan untuk membantu masyarakat yang mengalami musibah seperti bencana alam.

Di berbagai daerah, para korban banjir, gempa bumi, tanah longsor, maupun kebakaran, pernah merasakan uluran tangan kader-kader partai yang sejak awal berdiri telah memproklamirkan diri sebagai partai dakwah itu.

Bukan saja dikenal sebagai partai yang peduli, PKS pun dikenal memiliki kader-kader yang bersih. Seperti dikutip dalam situs resminya, PKS percaya bahwa jawaban untuk melahirkan Indonesia yang lebih baik di masa depan adalah dengan mempersiapkan kader-kader yang berkualitas baik secara moral, intelektual, dan profesional. Karena itu, PKS sangat peduli dengan perbaikan-perbaikan ke arah terwujudnya Indonesia yang adil dan sejahtera.

Dalam perjalanannya, sejak awal berdiri hingga saat ini PKS telah melalui lika-liku perjuangan sebagai sebuah partai politik. Kini, PKS telah berubah menjadi partai yang terbuka dan modern yang menjadi salah satu partai alternatif pilihan rakyat.

Bergabung

Dalam sejarah berdirinya, PKS merupakan penerus perjuangan dari Partai Keadilan (PK) yang menjadi salah satu peserta Pemilu 1999. PK dideklarasikan di Jakarta pada 20 Juli 1998 dengan Nur Mahmudi Ismail sebagai presiden partai.

Pada Pemilu 1999, secara nasional PK meraih sebesar 1,4 juta suara yang setara dengan perolehan 7 kursi di DPR RI, 26 kursi DPRD Propinsi dan 163 kursi DPRD kota/Kabupaten.

Karena tidak memenuhi ketentuan batas minimum perolehan suara sebesar 3 persen untuk bisa mengikuti pemilu selanjutnya (ketentuan electoral threshold), sejumlah kader PK kemudian mendeklarasikan berdirinya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada 20 April 2002 dengan Ketua Umum Almuzzammil Yusuf dan Sekjen Haryo Setyoko.

Pada 17 April 2003 Musyawarah Majelis Syuro XIII Partai Keadilan yang berlangsung di Bekasi, Jawa Barat, merekomendasikan PK yang ketika itu dipimpin Presiden partai Hidayat Nurwahid untuk bergabung dengan PKS.

Dan pada 20 April 2003 dilaksanakan deklarasi penggabungan DPP PKS di Silang Monas, Jakarta, yang sekaligus menetapkan Hidayat Nurwahid sebagai Presiden PKS.

Pada Pemilu 2004, PKS memperoleh suara sebanyak 8.325.020 suara atau 7,34 persen dari jumlah total suara dan mendapatkan 45 kursi dari total 550 kursi di DPR RI.

Presiden PKS Hidayat Nur Wahid kemudian terpilih sebagai Ketua MPR RI masa bakti 2004-2009 dan langsung menyatakan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden PKS. Dalam Sidang Majelis Syuro I PKS pada 26-29 Mei 2005 di Jakarta, Tifatul Sembiring terpilih menjadi Presiden PKS periode 2005-2010.

Capres

Pada Pemilu 2009, PKS yang bernomor urut 8 itu bertekad untuk meraih sebanyak-banyaknya suara rakyat agar bisa mengajukan sendiri calon presiden dan wakil presidennya dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009.

Presiden PKS Tifatul Sembiring mengatakan, mozaik kebhinnekaan kekuatan parpol-parpol di Indonesia sangat cair sehingga partai-partai papan atas dan tengah akan saling berbagi kekuatan di seluruh wilayah Indonesia.

Dengan banyaknya partai peserta pemilu, Tifatul memperkirakan bahwa pada Pemilu 2009 mendatang belum ada partai yang mampu menjadi peraih suara mayoritas ("single majority"), bahkan parpol akan sulit untuk meraih suara di atas 25 persen.

Karena itu pula, katanya, untuk membangun pemerintahan pasca Pemilu 2009, partai-partai politik harus melakukan koalisi untuk membentuk kekuatan ideal dalam membangun pemerintahan.

Tifatul mengungkapkan, beberapa studi terakhir menyebutkan bahwa koalisi PDI Perjuangan dan PKS menjadi kekuatan paling ideal dalam membangun pemerintahan. "Riset terakhir, PDIP dan PKS paling kuat kalau membentuk koalisi," katanya.

Namun yang menjadi hambatan adalah visi PKS tentang calon presiden ideal di 2009 tidak sejalan dengan PDIP. PKS mewacanakan calon presiden ideal dari kalangan muda di bawah lima puluh tahun, sementara PDIP telah memutuskan akan kembali mengusung Megawati Soekarnoputri sebagai capres pada Pemilu 2009.

Tifatul menjelaskan, permasalahan yang dihadapi Indonesia sangat kompleks. Karena itu, katanya, seorang calon presiden harus mempunyai pemikiran segar dan matang untuk menemukan solusi atas kesulitan bangsa.

Namun, soal siapa figur calon presiden dan soal koalisi, PKS baru akan memutuskannya setelah pelaksanaan Pemilu 2009. Jika memperoleh suara nasional minimal 20 persen pada Pemilu 2009, maka PKS akan mengajukan calon presiden dan wakil presiden sendiri.

"Sekarang kita tidak ada penjajakan-penjajakan. Majelis Syuro sebagai lembaga tertinggi sampai para kader di lapangan, sekarang fokus pada pemenangan Pemilu 2009. Karena masalah koalisi dan dukung-mendukung capres itu harus berbasis pada riil politik kita dan itu baru terbentuk setelah Pemilu 2009," kata Ketua Majelis Syuro PKS KH Hilmi Aminuddin.

Menurut Hilmi, jika sekarang ini sudah berbicara masalah koalisi dan dukung-mendukung capres maka hal itu artinya berkoalisi dengan menggunakan "peta buta" karena posisi atau kekuatan partai politik akan terlihat berdasarkan hasil perolehan suara Pemilu 2009.

Ia menambahkan, keputusan PKS mengenai capres/cawapres dan koalisi partai itu nantinya akan dirumuskan oleh Majelis Syuro selaku lembaga tertinggi di PKS yang jumlah anggotanya 99 orang.

Keajaiban

Sementara itu, Sekjen DPP PKS Anis Matta mengatakan, tahun 2009 adalah tahun keajaiban bagi banyak orang, dan banyak orang-orang di luar PKS mengatakan bahwa 20 persen suara terlalu besar untuk PKS.

Menurut Anis yang juga Ketua Tim Pemenangan Pemilu Nasional, rekan-rekannya di DPP menyebut bahwa hanya keajaiban yang membuat PKS bisa mendapat 20 persen suara pada Pemilu 2009.

"Tetapi saya bilang, maka keajaiban itu harus kita wujudkan pada 2009 nanti. Bahkan, kalau 20 persen itu keajaiban, maka kita ingin melampaui keajaiban itu. Dua puluh persen adalah angka yang harus kita lampaui," tegasnya.

Menurut dia, PKS didominasi oleh anak-anak muda dan anak-anak muda itu diharapkan dapat menjadi penggerak untuk bisa meraih keajaiban memperoleh 20 persen suara. "Khalifah Umar bin Khattab pernah mengatakan bahwa jika dia menghadapi suatu masalah yang pelik, maka dia akan memanggil kalangan pemuda," katanya.

Karena itu, katanya, menghadapi Pemilu 2009, PKS akan semakin solid dan militan, terutama dengan strateginya mengincar orang-orang muda. (*)

Kepengurusan
Presiden : Ir Tifatul Sembiring
Sekjen : HM Anis Matta, Lc.
Bendahara Umum : H Mahfudz Abdurrahman
Ketua Majelis Syuro : KH Hilmi Aminuddin
Ketua Majelis Pertimbangan Pusat (MPP) : Suharna Surapranata MSc
Ketua Dewan Syariah Pusat: Surahman Hidayat
Nomor Urut : 8

Alamat DPP
Jl Mampang Prapatan Raya No.98 D-E-F Jakarta Selatan, 12720
Telp. (021) 7995425
Fax. (021) 7995433

PKS Bersiap-siaga


PK-Sejahtera Online. Dalam rangka menyongsong pemilu 2009 yang tinggal lima bulan lagi, Kepanduan DPD PKS Jakarta Selatan melakukan konsolidasi internal melalui Apel Siaga di Bumi Perkemahan Ragunan, Ahad (16/11).

Acara ini dihadiri lebih kurang 200 Pandu Keadilan se Jakarta Selatan, tak terkecuali para fungsionaris DPD PKS Jaksel yang dikomandoi oleh Ketuannya Drs. Khoiruddin M.Sc.

Acara diawali dengan olah raga yang dilanjutkan dengan apel. Dalam kesempatan Itu, Khoiruddin dan Ketua Kepanduan Jakarta Selatan tampil memberi sambutan.

Dalam sambutannya Khoiruddin mengatakan bahwa Kepanduan PKS harus selalu berada di garis terdapan dalam memberikan pelayanan kepada kader dan simpatisan PKS serta masyarakat. Mendekati pemilu 2009 dan musim penghujan yang umumnya disertai banjir, lanjut Khoiruddin, kepanduan PKS untuk lebih bersiap diri, baik secara fisik maupun mental.

“Jangan lupa untuk lebih mendekatkan diri kepada Illahi, agar tidak hilang keikhlasan dari hati kita. Karena kerja ini tidak mengharapkan imbalan dari siapapun, kecuali keridhoaan Allah semata,” nasihatnya.

Ia juga meminta Kepanduan PKS untuk bersiap-siaga dalam menghadapi berbagai macam situasi menyongsong pemilu 2009. “Suhu politik semakin panas, Kita harus siap menghadapi berbagai gejolak di masyarkat,” pintanya.

Dalam kesempatan itu, juga diberikan pengarahan dari Ketua Pos Penaggulangan Bencanan (P2B) DPW PKS DKI Jakarta tentang siaga bencana dan upaya penanganannya, khususnya penanganan bencana banjir yang telah terjadi di beberapa daerah di Jakarta.

PKS Merangkul Semua Golongan


PK-Sejahtera Online. Iklan PKS di televisi dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 Nopember, memiliki pesan rekonsiliasi nasional. Demikian disampaikan Sekjen PKS Anis Matta dalam acara Talk Show di sebuah stasiun Radio Swasta, Sabtu, (15/11).

Lebih jauh lagi Anis menyatakan bahwa PKS ingin mengajak seluruh komponen bangsa turut aktif dalam perbaikan negeri. Untuk membangun bangsa Indonesia yang besar, menurut Anis diperlukan kontribusi dari seluruh golongan. Dan delepan tokoh yang ada dalam iklan PKS tersebut, menurutnya sebagai simbol kekuatan golongan-golongan di Indonesia.

“Sehingga, bila suatu saat PKS ditakdirkan memimpin negeri ini, PKS akan merangkul seluruh kekuatan besar tersebut,” terang Anis.

Menanggapi penempatan gambar penguasa Orde Baru Soeharto dalan materi iklan PKS tersebut, Anis menyatakan bahwa bangsa Indonesia harus dapat mempelajari sejarah dengan hati yang jernih.

“Bacalah sejarah tanpa dendam. Setiap orang memiliki energi positif dan negatif, dan kita ambil energi positif itu untuk membangun bangsa. Kita harus bisa melampaui luka masa lalu untuk menata masa depan,” pintanya.

Kader PKS Nasionalisme Sejati


PK-Sejahtera Online. Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memiliki semangat kebangsaan, kehendak kebangsaan dan melakukan kebangsaan. Karena kader PKS merupakan nasionalisme sejati. Demikian hal itu disampaikan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Menegpora) DR. Adhyaksa Dault, S.H.,M.Si. pada agenda temu kader Bandar Lampung, di Aula Museum Bandar Lampung, (11/11).

Menurutnya, nasionalisme sejati itu dibuktian tidak cuma sekedar kata tapi ada bukti nyata bahwa kader PKS memang layak disebut nasionalisme sejati. “Yang paling nyata adalah, dimanapun kader PKS berada tidak pernah menimbulkan masalah,” kata Adhyaksa Dault dhadapan 500-an kader PKS Bandar Lampung.

Ia menambahkan, kader PKS telah menjalankan pancasila, terutama sila ke empat yang berbunyi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Itulah alasan mengapa PKS berpartai politik. “Aspirasi rakyat itu harus disalurkan melalui perwakilan rakyat, supaya mendapatkan kebijaksanaan yang tertampung dalam hikmat,” tambah Menegpora.

Dalam proses berpartai ini, PKS selalu menginginkan dan menggunakan cara yang terbaik. Karena orientasi kader PKS berpolitik adalah dawah. “Maka cara yang digunakannya pun mesti baik. Kita tidak menggunakan trik dan isu dalam menjatuhkan lawan politik,” tutur dia. Orientasinya, mengutamakan apa yang dikerjakan bukan hasil.

Adhyaksa juga menekankan, kemenangan sebuah da'wah itu bukan terletak pada jatuhnya rezim tertentu. Tapi menyeru dan mengajak orang pada kebaikan. Itulah hal yang terpenting dalam hidup ini.

Usai memberi penyegaran rohani, Adhyaksa dan rombongan meluncur ke kantor Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PKS Lampung, yang terletak di bilangan Untung Suropati, Labuhan Ratu. Di sana Menegpora bertemu wajah dengan sejumlah pengurus DPW dilanjutkan dengan prosesi peletakan batu pertama pembangunan Gedung Serba Guna (GSG) dan sarana olahraga bagi kader PKS Lampung.

Diperkirakan, proses pembangungan GSG tersebut akan menghabiskan dana kurang lebih sebesar Rp. 200-an juta. Dan jika tidak ada aral melintang, pembangunan tersebut akan dimulai tahun depan. Secara pribadi Adhyaksa Dault menyumbangkan dana sebesar Rp.100 juta. “Saya sangat mendukung pembangunan sarana olahraga ini bagi kader, karena di dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Sebagai kader da'wah tidak boleh loyo,” imbuhnya.