jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Rabu, 22 Juni 2011

Hikmah Mengingat Kematian

Oleh: Ust. H. Muhammad Yusuf Burhan, Lc

Khutbah pertama

Diakhir surat Luqman disebutkan lima hal ghaib yang tidak diketahui oleh manusia, salah satu diantaranya yaitu seseorang tidak tau dimana dia akan menghembuskan napasnya terakhir, jadi merupakan rahasia Allah swt, tapi yang jelas bahwa maut akan datang, firman Allah swt dalam surat ali-Imran ayat 185 :

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati

Andaikan ada orang yang mempunyai istana yang megah, dan juga mempunyai jaagoan, jawarah atau para pengawal, atau pendekar yang sakti mandraguna, dan mungkin dia juga mempunyai benteng yang kokoh, lebih kokoh mungkin dari tembok raksasa yang ada dicina, tapi semua itu tidak akan mampu menghadang malaikat maut apabila telah datang menjemput, firman Allah swt dalam surat an-Nisa’ ayat 78

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh

Salafi: Pemimpin Zhalim Boleh Diturunkan

Yasir Abdu At Tawwab, salah satu aktivis komunitas Muslim yang menyatakan sebagai pengikut salaf, menyatakan bahwa dalam kondisi tertentu dibolehkan melengserkan pemimpin walau ia Muslim, sebagaimana ditulis dalam situs anasalafy.com.

Menurutnya, dibolehkan melengserkan pemimpin jika lebih banyak kerusakannya walau ia Muslim, dan hal itu dilakukan dengan cara damai.

Pemimpin adalah pekerja umat

Penulis tersebut berpendapat demikian dengan berpijak pada beberapa argumen, salah satunya adalah pernyataan Abu Bakr As Shiddiq, ”Wahai manusia, sesungguhnya aku telah menjadi pemimpin atas kalian, dan aku tidak lebih baik dari kalian. Jika aku berlaku baik, maka bantulah dan jika aku berlaku buruk maka lawanlah. Taatilah aku dari apa-apa yang aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika aku bermaksiyat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka kalian tidak boleh taat kepadaku.”

PKS: Semoga Kasus Ruyati Jadi Tinta Darah Terakhir TKI

Kasus hukuman mati terhadap Ruyati Binti Satubi oleh kerajaan Arab Saudi merupakan tamparan keras atas kegagalan diplomasi pemerintah Indonesia dalam melindungi TKI yang sedang terjerat hukum.
“Kinerja Kedubes RI di Arab Saudi, khususnya KJRI (Konsulat Jenderal Republik Indonesia) di Jeddah, harus dievaluasi,” kata anggota Komisi I dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Muhammad Syahfan Badri Sampurno, kepada Rakyat Merdeka Online sesaat lalu (Selasa, 21/6).

Selain itu, Syahfan mendesak Menteri Marty Natalegawa menjalankan fungsi diplomasi dengan serius, terutama terkait kasus-kasus yang menimpa WNI di luar negeri.

PKS Manokwari Meresmikan Rumah Keluarga Indonesia

Bidpuan DPD PKS Manokwari menggelar acara Lanching Rumah Keluarga Indonesia Ahad (19/6) lalu . Acara yang dilaksanakan di depan kantor DPW PKS Papua Barat sejak pukul 06.00 WIT ini sekaligus untuk menyambut hari keluarga Nasional yang jatuh pada tanggal 29 Juni 2011.

Dimulai dengan senam Nusantara, Launching Rumah Keluarga Indonesia dihadiri oleh sekitar 200 orang kader dan simpatisan PKS Manokwari ini digelar dengan cukup meriah.

Siti Kholifah, ketua Bidpuan DPD PKS Manokwari menyampaikan dalam sambutannya bahwa Rumah Keluarga Indonesia ini merupakan salah satu program yang telah dicanangkan oleh DPP PKS dalam pengokohan keluarga Indonesia. "Dengan adanya Rumah Keluarga Indonesia atau yang disingkat dengan RKI diharapkan dapat menjadi salah satu fasilitas dalam pemecahan masalah keluarga terutama di kota Manokwari Papua Barat," tutur beliau.

Debat 1 Da’i VS 20 Pendeta Dihadiri 10.000 Orang = 144 Masuk Islam, Termasuk 3 Pendeta

Armnews – Kabar gembira datang dari Ethiopia seputar perkembangan dakwah terbaru di sana Allahu Akbar. Direktur pelaksana Dewan Internasional Untuk Pengenalan Islam (DIUPI), yang merupakan subordinat dari lembaga Islam Internasional, Rabithah Alam Islami, Syaikh Shalih bin Muhammad bin Abdul Wahid memuji kerja keras yang diupayakan kerajaan Arab Saudi di bidang dakwah kepada Allah.

Syaikh Shalih Abdul Wahid dalam keterangan persnya kepada kantor berita Saudi (WAS) melaporkan, buah pertama yang telah dipetik dari proyek ini adalah debat yang diselenggarakan di Ethiopia oleh salah seorang Da’i DIUPI di sana, yaitu Syaikh Qamar Husain, pengarang dua buah buku tentang Islam, Injil dan Taurat. Kedua bukunya itu laku keras, sampai-sampai kebanyakan pendeta di sana tergerak untuk membacanya. Hal itu mendorong mereka untuk meminta bertemu langsung dengan Syaikh Qamar. Jumlah mereka ada 20 orang.

Syaikh Shalih menjelaskan, setelah pertemuan itu, para pendeta itu meminta diadakannya debat terbuka di hadapan publik. Tak ayal, sekitar 10.000 orang yang terdiri dari umat Islam dan umat Nasrani hadir dalam debat terbuka yang bersejarah itu. Debat yang berlangsung selama 6 jam itu terfokus pada tiga tema. Hasilnya sungguh amat mencengangkan sekaligus menggembirakan kubu Islam di mana setelah debat itu usai, 144 orang yang terdiri dari laki-laki dan wanita masuk Islam dalam satu waktu, di antara mereka terdapat 3 orang pendeta.

Tidak Cukup Berbekal Semangat

Oleh: Cahyadi Takariawan

”Apa bekal antum menghadapi pertempuran politik ini?” pertanyaan itu saya lontarkan kepada seorang aktivis saat dirinya akan maju sebagai salah satu bakal calon kepala daerah dalam perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

”Semangat ustadz. Itu bekal yang paling utama. Semua kader bersemangat mendukung, maka sayapun semakin bersemangat”, jawab sang aktivis dengan mantap.

Energik, penuh semangat, itulah ciri semua aktivis dakwah. Loyo, lesu, dan lemah semangat adalah penyakit para aktivis yang selalu mereka hindari dan mereka lawan. Maka dimanapun kita berada, yang kita jumpai adalah semangat yang senantiasa menyala dan menggelora. Para aktivis selalu siap melaksanakan amanah dengan segenap jiwa yang tak pernah lesu. Segala tugas dikerjakan dengan hati tulus. Inilah yang menyebabkan para aktivis mampu menjaga semangat.

Alhamdulillah, segala puji milik Allah. Modalitas dalam dakwah yang paling utama adalah kader yang bersemangat tinggi. Tanpa kehadiran kader yang penuh semangat, program akan menghadapi banyak kendala. Sebagaimana diketahui, kegiatan dakwah itu sepi dari publisitas dan sepi dari kecukupan materi. Semboyan ”sunduquna juyubuna”, dana dakwah berasal dari kantong saku kami sendiri, selalu menjadi perilaku para aktivis setiap hari. Untuk menjalankan sebuah program dakwah, mereka tidak menunggu kucuran dana, tidak bergantung kepada tersedianya dana. Itulah sebabnya kegiatan dakwah selalu marak dimana-mana, karena dibiayai oleh pelakunya sendiri.

Mahalnya Kejujuran!

Oleh: Cahyadi Takariawan
Akhir-akhir ini kita sering mendengar berita mengenai aduan “menyontek massal” yang dilakukan suatu sekolah saat Ujian Nasional berlangsung. Keberanian Alif dan Siami, ibu kandung Alif, melaporkan adanya menyontek massal tersebut justru berujung petaka. Siami dicerca dan diusir masyarakat dari rumahnya, hingga harus mengasingkan diri. Masyarakat dan pihak sekolah tidak terima atas adanya aduan tersebut karena bisa merusak nama baik sekolah dan sekaligus bisa membuat Ujian Nasional di sekolah tersebut harus diulang.

Pemerintah bertindak cepat dengan memeriksa dugaan tersebut, dan hasilnya dinyatakan tidak terbukti ada tindakan menyontek massal. Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh menegaskan tidak ada peristiwa mencontek massal di Sekolah Dasar Negeri Gadel II, Surabaya, Jawa Timur. M Nuh memiliki sejumlah bukti tidak ada insiden atau mobilisasi pencontekan massal dalam Ujian Nasional yang digelar 10 – 12 Mei 2011.

Bukti yang paling menguatkan adalah tidak ada pola jawaban yang sama dari semua peserta ujian. “Bukti lain, hasil nilainya. Di sini, baik Matematika atau yang lain-lain itu tidak menampakkan adanya kesamaan. Artinya, tidak terjadi kecurangan atau contekan massal,” kata M. Nuh di Kantor Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta, Rabu 15 Juni 2011. Bukti itu diperoleh setelah adanya pemetaan jawaban dari 60 peserta ujian. Hasil pemetaan Kemendiknas, pola jawaban yang dicantumkan tidak sama.