jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Minggu, 31 Mei 2009

Penetapan KPU: PKS Raih 57 Kursi di Senayan


PK-Sejahtera Online. Ahad malam (24/5) lalu KPU telah menetapkan Anggota DPR RI terpilih tahun 2009-2014 di Jakarta. PKS telah dinyatakan berhasil meraih 57 kursi di Senayan.

Presiden PKS, Tifatul Sembiring terpilih untuk mewakili wilayah Sumatra Utara. Mantan Presiden PKS, Hidayat Nur Wahid juga dinyatakan berhasil meraih kursi di senayan mewakili masyarakat Jawa Tengah.

Sekjen PKS Anis Matta dan Menteri Pemuda dan Olahraga, Adhyaksa Dault terpilih mewakili Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah.

Untuk Anggota Legislatif perempuan dari PKS, diwakili oleh Yoyoh Yusroh dari Banten, Ledia Hanifa dari Jawa Barat, dan Herlini Amran dari Kepulauan
Riau.

Berikut susunan nama-nama aleg terpilih dari PKS berikut perolehan suaranya

NO DAPIL NAMA CALEG Jml SUARA

1 Nangroe Aceh Darussalam - 01 M. Nasir Djamil (L) 44.039
2 Nangroe Aceh Darussalam - 02 Raihan Iskandar, Lc (L) 17.487
3 Sumatera Utara - 01 Tifatul Sembiring (L) 99.348
4 Sumatera Utara - 02 Iskan Qolba Lubis, MA (L) 32.692
5 Sumatera Utara - 03 Ansory Siregar, Lc (L) 43.288
6 Sumatera Barat - 01 Irwan Prayitno, DR (L) 57.199
7 Sumatera Barat - 02 Refrizal, Drs (L) 27.214
8 Riau - 01 Chairul Anwar, Drs., Apt. (L) 50.914
9 Kepulauan Riau - 01 Herlini Amran, MA. (P) 26.659
10 Sumatera Selatan - 01 Musthafa Kamal (L) 31.293
11 Sumatera Selatan - 02 Bukhori Yusuf, MA (L) 40.484
12 Bengkulu - 01 H. M. Syahfan Badri Sampurno, Drs. (L) 27.362
13 Lampung - 01 Almuzzammil Yusuf (L) 46.205
14 Lampung - 02 Abdul Hakim, Ir. MM (L) 55.258
15 DKI Jakarta - 01 Ahmad Zainuddin, Lc (L) 46.179
16 DKI Jakarta - 02 M. Sohibul Iman, Dr. (L) 42.553
17 DKI Jakarta - 03 Adang Daradjatun (L) 119.287
18 DKI Jakarta - 03 Ahmad Relyadi (L) 22.094
19 Banten - 02 Zulkiflimansyah (L) 58.478
20 Banten - 03 Yoyoh Yusroh (P) 36.911
21 Banten - 03 Jazuli Juwaini (L) 87.946
22 Jawa Barat - 01 Suharna Surapranata (L) 36.515
23 Jawa Barat - 01 Ledia Hanifa (P) 28.228
24 Jawa Barat - 02 Ma'mur Hasanuddin (L) 40.472
25 Jawa Barat - 03 Eki Awal Muharam (L) 24.750
26 Jawa Barat - 04 Yudi Widiana Adia (L) 37.114
27 Jawa Barat - 05 Sunmanjaya Rukmandis (L) 29.071
28 Jawa Barat - 06 Mahfudz Abdurahman (L) 72.409
29 Jawa Barat - 07 Arifinto, Drs. (L) 38.871
30 Jawa Barat - 08 Mahfudz Sidik, Drs., M.Si. (L) 36.583
31 Jawa Barat - 09 Nur Hasan Zaidi, S.Sos.I (L) 33.223
32 Jawa Barat - 10 Surahman Hidayat, Dr. (L) 42.446
33 Jawa Barat - 11 Kemal Stamboel (L) 35.165
34 Jawa Tengah - 01 Zuber Safawi (L) 36.556
35 Jawa Tengah - 03 M. Gamari, Dr. H. (L) 18.242
36 Jawa Tengah - 04 M. Martri Agoeng (L) 28.775
37 Jawa Tengah - 05 M. Hidayat Nur Wahid, Dr. (L) 106.521
38 Jawa Tengah - 07 Sugihono, Ir (L) 26.233
39 Jawa Tengah - 08 Tossy Aryanto (L) 26.592
40 Jawa Tengah - 09 Suswono, Ir., MMA (L) 33.934
41 DI Yogyakarta - 01 Agus Purnomo (L) 31.533
42 Jawa Timur - 01 Sigit Sosiantomo, Ir. (L) 19.294
43 Jawa Timur - 02 Misbakhun, Ak. (L) 35.980
44 Jawa Timur - 05 Luthfi Hasan Ishaaq, MA. (L) 29.819
45 Jawa Timur - 07 Rofi' Munawar, Lc. (L) 37.718
46 Jawa Timur - 08 Memed Sosiawan, Ir. (L) 22.310
47 Jawa Timur - 11 Abdul Aziz Suseno (L) 71.020
48 Kalimantan Barat - 01 H. Rahman Amin (L) 27.078
49 Kalimantan Selatan - 01 Aboe Bakar Al Habsyi (L) 57.253
50 Kalimantan Selatan - 02 Nabiel Fuad Al Musawa, Ir, M.Si . (L) 31.390
51 Kalimantan Timur - 01 Aus Hidayat Nur (L) 51.338
52 Nusa Tenggara Barat - 01 Fahri Hamzah, SE (L) 105.412
53 Sulawesi Selatan - 01 M. Anis Matta, Lc. (L) 88.407
54 Sulawesi Selatan - 02 Tamsil Linrung (L) 77.250
55 Sulawesi Selatan - 03 Andi Rahmat, SE (L) 30.355
56 Sulawesi Tenggara - 01 H. Yan Herizal, SE. (L) 18.930
57 Sulawesi Tengah - 01 Adhyaksa Dault, Dr. (L) 82.873

Tifatul: Salaman Mega-SBY Awal yang Bagus


INILAH.COM, Jakarta. Sesuai prediksi, akhirnya pertemuan SBY dan Megawati tak bisa terhindarkan. Di Gedung KPU, keduanya saling berjabat tangan. Presiden PKS Tifatul Sembiring menyebut hal tersebut awal yang bagus.

"Saya kira salaman kedua pemimpin itu merupakan awal yang bagus," kata Tifatul di Jakarta, Sabtu (30/5).

Silaturahmi antar pemimpin negara, lanjut Tifatul, menjadi simbol yang perlu ditunjukkan kepada rakyat bahwa pemimpinnya berpolitik secara dewasa.

Saat menghadiri rapat pleno terbuka KPU untuk pencabutan undian nomor urut capres dan cawapres di Jakarta, SBY akhirnya menghampiri Megawati dan keduanya berjabat tangan.

Pertemuan langsung antara kedua tokoh yang pernah bersaing dalam Pilpres 2004 itu merupakan yang pertama dalam lima tahun terakhir.

Acara pengundian nomor urut di ruang rapat pleno Gedung KPU lantai dua dimulai pada pukul 09.00 WIB dan dihadiri oleh tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden yang akan berlaga di Pilpres 2009, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono, Jusuf Kalla-Wiranto, dan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto.

Tempat duduk ketiga pasang calon tersebut telah disiapkan dengan format menghadap ke meja para anggota KPU. Tempat duduk untuk pasangan SBY-Boediono ditempatkan di sebelah kanan, Jusuf Kalla -Wiranto di tengah, sedangkan pasangan Megawati-Prabowo di kiri. [*/ana]

Tifatul: Nomor 2 Itu Victory


Jakarta. Capres cawapres SBY-Boediono mendapat nomor urut 2. Bagi Presiden PKS, Tifatul Sembiring, nomor 2 mirip huruf V artinya victory alias kemenangan.

"Alhamdulillah SBY dapat nomor 2. Nomor 2 itu mirip hurup V. V itu artinya Victory, kemenangan," kata Tifatul usai pengundian nomor urut di KPU, Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Sabtu (30/5/2009).

Menurut dia, nomor 2 adalah nomor spesial sehingga lebih mudah bagi tim sukses SBY-Boediono untuk memperkenalkan nomor urut 2 kepada publik.

"Kalau 1 itu artinya masa lalu. Kalau 2 artinya masa depan. Jadi lebih mudah bagi SBY-Boediono memenangkan Pilpres 2009," ujarnya.


Sumber: http://pk-sejahtera.org/v2/index.php?op=isi&id=7434

SBY: Saya Bersyukur Dapat Nomor 2


VIVAnews. Calon Presiden dari Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, mengaku bersyukur mendapatkan nomor urut kedua dalam pilpres yang akan digelar 8 Juli 2009 mendatang.

Yudhoyono menyatakan rasa syukurnya saat ditanya wartawan begitu proses pengundian nomor urut di Gedung KPU, Sabtu 30 Mei 2009 berakhir. "Saya bersyukur dapat nomor dua," kata Yudhoyono.

Saat ditanya soal nomor dua yang dianggap sebagai nomor sial, SBY menanggapinya dengan santai. "Politik harus rasional sambil memohon ridho Allah," kata dia yang kemudian meninggalkan gedung KPU ditemani salah satu anggota KPU Samsul Bahri.

Dalam proses pengundian nomor urut, pasangan Megawati-Prabowo mendapatkan nomor urut satu, SBY-Boediono nomor urut dua, dan Jusuf Kalla-Wiranto mendapatkan nomor urut tiga.

Bahas PKS, MK Pecahkan Rekor Sidang 17 Jam


VIVAnews. Mahkamah Konstitusi (MK) tidak hanya menggeber untuk menuntaskan kasus sengketa Pemilu Legislatif. Dengan tidak hanya mengenal lelah, sidang MK yang membahas pengajuan gugatan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, telah memecahkan rekor dengan sidang terlama. Bisa jadi terlama di dunia.

Sidang PKS sudah dimulai sejak Kamis (28/5) sekitar pukul 14.00 WIB di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Menjelang Maghrib, sidang direhat sejenak untuk melaksanakan salat bagi yang menjalankan.

Mendekati pukul 21.00 WIB, sidang yang dipimpin Wakil Ketua MK Abdul Mukhtie Fadjar itu tidak menunjukkan akan selesai. Begitu juga saat memasuki tengah malam. Dua anggota pimpinan sidang, Marida Farida Indrati dan Muhammad Alim masih duduk di kursi majelis hakim.

Tengah malam sudah dilewati, menjelang shubuh. Luar biasa. Pengacara PKS, Zaenuddin Paru, merupakan salah satu perwakilan dari kubu penggugat. Sidang pun diistirahatkan ketika adzan shubuh bergema.

Akhirnya, sekitar pukul 07.00 WIB, sidang terlama di Indonesia ini selesai. Salah satu agenda utama yang dibahas PKS yakni, soal perolehan kursi DPR RI di Daerah Pemilihan Jakarta II, Jakarta Selatan, dan luar negeri. Di daerah pemilihan ini, PKS memperjuangkan kursi yang diperoleh politisi Rama Pratama.

Perjuangan PKS untuk Rama Pratama ini mengancam kursi yang sudah diperoleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Agung Laksono. Agenda kedua, yakni PKS mempermasalahkan perolehan perhitungan suara di provinsi Papua. Tepatnya di Kabupaten Yahukimo.

PKS menilai ada kecurangan di Daerah Yahukimo. PKS menganggap tidak ada pencontrengan di dua dari tiga daerah pemilihan di Yahukimo. Pada sidang di Panel II ini, PKS juga mempermasalahkan kursi-kursi di DPRD kabupaten dan Kota. PKS ini bersidang di panel II.

"Ini adalah sidang terlama selama MK berdiri. Bahkan, hakim bersidang hampir 24 jam. Istirahat hanya digunakan pada waktu salat dan makan saja. Sebelumnya, di panel II juga menangani sengketa Gerindra sejak jam delapan pagi hingga menjelang sidang PKS dimulai. Ini rekor," kata Sekretaris Jenderal MK, Janedri M Gaffar, saat berbincang dengan VIVAnews, Jumat, 29 Mei 2009.

Bayanat Pilpres 2009

Atas dasar keputusan Majelis Syuro PKS ke XI, dan tercapainya kesepakatan dengan SBY dan PD, maka diwajibkan kepada seluruh kader memperjuangkan kemenangan pasangan SBY-Boediono untuk kemaslahatan dakwah,ummat, bangsa, dan Negara


BAYANAT

NOMOR: 01/B/K/DPP-PKS/VI/1430

TENTANG

PILPRES 2009

1. Sidang Majelis Syuro PKS ke XI pada tanggal 25-26 April 2009 memutuskan :

a. Untuk berkoalisi dengan SBY dan Partai Demokrat dalam Pilpres 2009, APABILA kontrak politik dapat disepakati bersama

b. PKS Memperjuangkan Cawapres dari Internal dalam amplop tertutup, namun cawapres bukanlah merupakan syarat koalisi.

c. Jika syarat minimal koalisi (termasuk kerjasama berbasis platform dalam kabinet dan parlemen) tidak dipenuhi secara proporsional maka DPTP berhak mengambil kebijakan sesuai dengan kemaslahatan dakwah,umat, bangsa, dan Negara.

2. Kesalahpahaman sebelumnya terjadi karena tersumbatnya komunikasi dengan SBY paska pemberitahuan bahwa SBY memilih Boediono sebagai Cawapres. Sementara kita mengusulkan adanya keterwakilan umat.

3. Hasil pertemuan PKS dengan SBY pada tanggal 15 Mei 2009 di Bandung telah diklarifikasinya isu-isu seputar Boediono dan disepakatinya kontrak politik dengan SBY dan Partai Demokrat. Kontrak Politik berlandaskan platform terlampir.

4. Terkait pribadi Prof. Boediono, beliau adalah seorang muslim dan tidak berpandangan Neolib, bahkan Undang-Undang Perbankan Syari’ah dan Undang-undang Sukuk (Obligasi Syari’ah) digulirkan semasa ybs menjabat Menko Ekuin.

5. Atas dasar keputusan Majelis Syuro PKS ke XI, dan tercapainya kesepakatan dengan SBY dan PD, maka diwajibkan kepada seluruh kader memperjuangkan kemenangan pasangan SBY-Boediono untuk kemaslahatan dakwah,ummat, bangsa, dan Negara.

Jakarta, 1 Jumadil Akhir 1430 H

25 Mei 2009 M

PRESIDEN

IR. TIFATUL SEMBIRING

Menatap 2014


Sejak hasil quick count pemilu pertama kali keluar, sudah ada yang meminta saya membuat analisa. Meskipun berbagai pertanyaan muncul, tapi muaranya satu: mengapa PKS hanya dapat (sementara ini sekitar) 8% suara?

Hal pertama yang harus diklarifikasi adalah bahwa saya tidak memiliki basis data maupun latar belakang keilmuan yang cukup untuk memberikan analisa yang komprehensif dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kedua, saya juga bukan orang yang berwenang dalam menentukan langkah-langkah strategis PKS ke depannya, sehingga tak mungkin bagi saya untuk memberitahukan bagaimana sikap resmi PKS berikutnya. Ketiga dan terakhir, setelah saya pikir-pikir, nampaknya analisa yang ada di otak saya terlalu rumit untuk dituangkan dalam sebuah artikel atau dalam pembicaraan- pembicaraan singkat lagi santai.

Yang lebih penting daripada analisa, hemat saya, adalah memberikan respon yang tepat terhadap semua fenomena. Penting sekali bagi setiap muslim untuk terus mengingatkan dirinya bahwa hidup ini cuma aksi-reaksi. Allah SWT. sebagai pemberi aksi, dan kita dituntut untuk memberikan reaksi yang tepat. Bocorannya sudah diberikan sejak dahulu kala. Rasulullah SAW. pernah menjelaskan bahwa hanya ada dua hal yang menyebabkan kehidupan seorang Muslim begitu luar biasa, yaitu: sabar dan syukur. Respon yang perlu kita berikan tidak akan keluar dari yang dua ini.

Prinsip pertama yang harus dipegang adalah berprasangka baik kepada Allah SWT. Semua kehendak-Nya pasti terlaksana, dan tak ada satu pun ciptaan-Nya yang tanpa hikmah, baik berupa material maupun fenomena. Tapi tak cukup berhenti sampai titik itu. Kita pun wajib meyakini bahwa skenario yang dipilih oleh Allah adalah yang terbaik. Perbedaan dari evaluasi yang benar dengan menyesali nasib adalah pada perilaku berandai-andai. Sebenarnya akal manusia tidak punya kemampuan untuk menyusun skenario kehidupan, karena begitu banyaknya variabel yang terlibat.


Maka, pandanglah angka 8% itu dengan perasaan dekat dengan Allah. Jika hati merasa berat, maka bersabarlah. Kemudian cobalah tinjau fenomena ini dari berbagai perspektif yang akan membuat kita untuk mudah bersyukur.

Kenaikan dukungan dari 1,5% pada Pemilu 1999 menjadi 7,5% pada Pemilu 2004 tidak hanya ditanggapi dengan gegap gempita, namun ada juga sisi bahayanya. Kita sudah sama-sama mengalami tahapan ketika dakwah harus dilaksanakan seperti petak umpet dengan rejim penguasa. Kita juga mengalami tahapan ketika para da'i merasa gamang diterjunkan ke kancah politik. Kemudian, barangkali tempo hari adalah masa-masanya kita mencicipi euforia ketika dukungan dari masyarakat berlipat ganda dan PKS
menjadi parpol yang sangat diperhitungkan. Namun pada saat yang bersamaan, ketika jatah kursi di DPR berlipat ganda, maka waktu pendewasaan diri bagi para kader pun disingkat hingga berkali-kali pula.

Pembagian tugas adalah sebuah keniscayaan. Ada yang harus duduk di Majelis Syuro, ada yang mesti menerima amanah di Dewan Syariah, ada yang 'terpaksa' menjadi pengurus DPP, DPW, DPD, DPC, hingga ke DPRa. Di luar jabatan struktural itu, ada juga yang mesti menjalani kaderisasi sebagai mutarabbi, ada pula yang menjadi murabbi (sekaligus mutarabbi juga, karena tarbiyah tidak mengenal kata 'lulus'). Kenaikan suara yang signifikan tentunya memaksa kader untuk mengambil tanggung jawab yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Nampaknya, tidak semua kader siap.

Ini titik kekuatan sekaligus tantangan besar bagi PKS. PAN dan PMB, yang memiliki background Muhammadiyah, misalnya, punya sumber daya manusia yang sangat besar. Demikian pula PKB dan PKNU, mereka punya basis dengan SDM yang sangat masif. Di partai-partai lain, kadang kita temukan juga 'kader karbitan', yang pindah dari parpol satu ke parpol lainnya, lalu tiba-tiba menerima jabatan yang cukup tinggi. Politik uang atau apa, entahlah. Yang jelas, hal yang semacam ini sangat tidak disukai di PKS yang murni partai kader dengan jenjang kaderisasi yang sangat jelas.

Ketika dukungan naik menjadi 7,5%, tentunya tidak seluruhnya dari 7,5% itu merupakan kader. Banyak juga yang simpatisan; tidak terlibat di struktur PKS namun mendukung perjuangan PKS (dan tentunya, insya Allah memilih PKS). Jika angka 1,5% pada Pemilu 1999 cukup mendekati prosentase jumlah kader diantara keseluruhan masyarakat Indonesia, maka angka 7,5% pada Pemilu 2004 bergerak semakin jauh dari realita jumlah kader. Andaikan perbandingan kader dan simpatisan adalah 50:50, maka itu berarti hanya setengah dari 7,5% perolehan suara tersebut yang merupakan mesin politik PKS.

Target suara 20% dalam Pemilu 2009 juga mesti dilihat dari dua sisi. Tentu tidak ada salahnya mematok harapan setinggi langit, namun harus siap juga menghadapi kewajiban-kewajiban yang datang beserta cita-cita itu. Andaikan angka 20% benar-benar berhasil ditembus, itu artinya dukungan suara untuk PKS kembali berlipat ganda hingga nyaris tiga kali lipat. Kalau benar-benar mendapat 20% suara, bagaimanakah perbandingan antara kader dan simpatisan? Seberapa siapkah mesin politik PKS untuk mengelola tanggung jawab sebesar itu?

Kalau sudah bisa menerima angka 8% dengan hati lapang (baca: bersabar), tibalah gilirannya untuk bersyukur. Pandanglah angka 8% sebagai tanda cinta Allah kepada jalan dakwah ini. Segala puji bagi Allah yang tidak menuntut hamba-hamba- Nya untuk melakukan sesuatu di luar kemampuannya. Kita punya waktu lima tahun lagi untuk membenahi apa-apa yang belum sempat kita benahi lima tahun ke belakang. Segala yang kendur bisa dikencangkan, yang lalai bisa dikoreksi, sementara mendewasakan diri untuk menerima tanggung jawab di marhalah dakwah berikutnya. Kita tidak perlu memaksa diri mengambil tanggung jawab 'level 20%' jika posisinya masih di 'level 8%'.

Keadilan Untuk PKS


Menjelang Hari-H Pemilu 2009 kemarin, iklim perdebatan di kalangan umat Islam mencapai puncaknya. Dari wacana golput atau tidak golput, beralih pada topik kekecewaan terhadap parpol-parpol Islam, dan biasanya berujung pada kritik pedas terhadap PKS. PKS tidak seperti Al-Ikhwan Al-Muslimun lah, PKS tidak seperti Masyumi lah, PKS tidak seperti PK lah, dan seterusnya.

Nampaknya memang sikap paling bijak dalam menyikapi debat kusir adalah meninggalkannya. Kita semua (termasuk saya) harus belajar untuk mengimani sungguh-sungguh petuah Rasulullah tentang hal ini. Pada akhirnya, debat kusir hanya mencederai ego masing-masing. Yang salah akan mencari pembenaran, dan yang benar akan menghadapi resiko sombong (ingat, yang sombong takkan masuk surga!). Kalau atmosfernya sudah dipenuhi keinginan untuk saling menjatuhkan, itulah saatnya untuk mundur.

Sebagian orang 'menyerang' PKS simply karena memang tidak suka. Akibatnya, setiap isu negatif soal PKS akan langsung dicerna, bahkan disebarluaskan ke milis-milis. Asalkan berita tentang PKS itu buruk, mereka akan langsung percaya tanpa mengecek sanad-nya. Kadang-kadang berita semacam itu mereka ambil dengan mudahnya dari media-media sekuler yang jelas-jelas memusuhi Islam, bahkan mereka pun pernah membicarakan tentang keberpihakan media-media tersebut kepada kekuatan anti-Islam. Untuk berita yang lain, mereka mau tabayyun. Untuk berita soal PKS, lain lagi hukumnya. Kalau mau direpotkan oleh yang seperti begini, maka waktu 24 jam sehari akan habis begitu saja. Yang terbaik yang bisa kita lakukan adalah mendesain rencana ke depannya untuk menangkis berita-berita tidak benar tentang PKS.

PKS memang seringkali diperlakukan tidak adil oleh sebagian pihak. Kalau melihat fenomena parpol-parpol Islam yang sulit bersatu, tiba-tiba semua pandangan diarahkan ke PKS, seolah-olah PKS-lah biang kerok tidak terwujudnya persatuan tersebut. Kemudian jika ada satu saja keburukan PKS, maka orang akan bersikap seolah-olah PKS adalah yang paling buruk dari semua parpol, bahkan yang paling buruk diantara semua parpol.

Banyak orang menyindir PKS karena menunjukkan keinginan untuk berkoalisi dengan Partai Demokrat. Menurut mereka, PKS hanya akan dimanfaatkan saja oleh kekuatan sekuler di partai itu. Tapi ketika PKS menunjukkan sikap tegasnya belakangan ini (yaitu untuk menimbang ulang koalisi jika Partai Golkar ikut-ikutan dalam koalisi), nyaris tak ada yang mau memberikan apresiasinya. Padahal, sikap tegas ini menunjukkan bahwa PKS pun siap menunjukkan integritasnya untuk kepentingan umat. "Sungguh, umat terdahulu ada yang digergaji kepalanya dan disisir oleh sisir besi, namun mereka tidak mundur dari agamanya. Sungguh, demi Allah, urusan ini akan disempurnakan kelak. Akan tetapi kalian terlalu terburu-buru." Begitulah penggalan nasihat Rasulullah saw. kepada umatnya yang kurang bersabar. Ingin berlagak raksasa padahal masih kelas liliput.

PKS memang banyak kekurangan, namun tidak jarang juga difitnah. Dari sekian banyak berita bohong yang disebarluaskan itu, berapakah yang dikembalikan dengan sebuah permintaan maaf? Sepanjang pengamatan saya di berbagai milis, belum ada. Mereka yang menebar berita bohong tentang PKS sama sekali enggan meminta maaf meskipun beritanya sudah terbukti bohong. Insiden memalukan yang kerap terjadi ini semestinya tidak membuat hati kita susah. Jelaslah bahwa diskusi yang sehat dengan oknum-oknum semacam ini sudah nyaris tak mungkin terjadi, karena egonya sudah mendahului akal dan moralnya. Jika mereka tak sanggup bersikap adil, barangkali memang kitalah yang ditakdirkan untuk menjadi orang yang lebih besar hatinya.

Melarikan Diri?


Beredar pula sugesti-sugesti negatif. "Dulu saya aktif di PK. Sekarang, saya sudah muak. PKS tidak sama dengan PK. Militansinya jauh beda. Kualitas kader menurun jauh. Buat apa saya habiskan waktu dengan jamaah yang seperti ini?"

Buang waktu atau tidak, itu sepenuhnya keputusan dirinya sendiri. Jika memang tidak mampu lagi mengambil manfaat, maka itu adalah kelemahan dirinya sendiri. Hampir semua orang yang menyatakan dirinya 'mantan aktifis PK/PKS yang kecewa berat' tidak mau (atau tidak mampu) membuktikan klaimnya. Ada beberapa orang yang saya kenal dengan karakter seperti itu, namun ternyata ia bukan aktifis dimana-mana. Aktifisme yang dibangga-banggakann ya di masa lalu itu cuma sebatas halaqah pekanan dan beberapa kepanitiaan saja, itu pun statusnya cuma 'bantu-bantu' , bukan Ketua Panitia atau apalah. Sama dungunya seperti pernyataan Arbania Fitriani yang konon 'membongkar rahasia PKS' sebagai parpol yang hendak menyebarluaskan kultur Arab di Indonesia.

Para pengkhianat takkan pernah jadi kader yang baik. Komprador akan dipandang rendah, baik di negerinya sendiri maupun di negeri penyandang dananya. Paling tinggi, ia hanya akan jadi alat bagi orang lain.

Dalam pandangan saya, orang yang melarikan diri dari jamaah (jamaah apa pun, asalkan masih dalam tubuh umat Islam) ketika ia menjumpai kekurangan di dalamnya, sebenarnya telah memelihara sikap khianat dalam dirinya. Yang seperti ini takkan pernah puas, karena jamaah impiannya (yaitu jamaah yang sempurna tanpa cela) takkan pernah eksis. Lagipula, sikap mental meninggalkan kelompok yang butuh bimbingan bukanlah modal yang baik bagi seorang da'i (ingat kisah Nabi Yunus 'Alaihissalam?). Meskipun
ilmu agamanya selangit, namun jika masih terus-terusan menjadi barisan sakit hati, pasti bukan da'i namanya, dan pasti bukan dakwah kerjanya.

Mau kecewa sampai kapan? Mereka yang gampang memisahkan diri dari jamaah biasanya hanya jadi penggembira dan pengamat, bukan pekerja yang sesungguhnya. Paling banter hanya akan jadi Khawarij umat ini, dan bukannya Bilal ra. yang memompa semangat di Perang Badar, atau pasukan pemanah yang tidak ikut silau matanya dengan harta rampasan di Perang Uhud. Lucu juga membayangkan apa jadinya jika pasukan pemanah pada Perang Uhud itu terbagi dua: kelompok yang pertama lari menyongsong harta rampasan, kelompok yang kedua diam di posnya masing-masing kemudian kecewa dengan jamaah dan pergi meninggalkan medan perang. Di medan perang manapun, mereka yang pergi meninggalkan teman-temannya ketika tenaganya justru sangat dibutuhkan tidak akan pernah dicatat dalam sejarah.

Seorang pembawa acara di sebuah stasiun televisi swasta nampak kebingungan ketika Ust. Hidayat Nur Wahid menceritakan sekelumit sejarah di balik berdirinya PK. Banyak orang tak menyangka bahwa dulunya beliau termasuk kelompok yang tidak setuju didirikannya parpol. Namun beliau tunduk pada syura', memahami resiko dari pilihan yang diambil, dan konsisten bersama jamaah ini, menghadapi senang dan susahnya. Siapakah yang namanya lebih besar, Ust. Hidayat ataukah barisan sakit hati yang hanya bersama kita di saat senang?

Bersabarlah, dan bersyukurlah. Jalan masih panjang.

Oleh: Akmal Sjafril*)


*) Penulis adalah mahasiswa Program Pasca Sarjana, Magister Pendidikan dan Pemikiran Islam, Universitas Ibnu Khaldun

Soeripto: Pecat Kader PKS Mbalelo!


INILAH.COM, Jakarta. Sebagian kader PKS dikabarkan lebih mendukung JK-Wiranto karena jilbab yang dipakai istri masing-masing ketimbang mendukung SBY-Boediono yang istri-istrinya tak berjilbab. Bila ada kader PKS yang mbalelo seperti itu maka harus ada pemecatan.

"Iya memang kita akan berikan teguran dan penyadaran kepada kader yang mbalelo. Menurut saya PKS itu kan ada lembaga disiplin partai, jadi artinya kalau ada lembaga penegakan disiplin seperti itu, maka kalau tidak mendukung keputusan partai dengan sendirinya harus ditegur atau dipecat."

Demikian tegas Ketua Dewan Pakar PKS Soeripto kepada INILAH.COM, Jakarta, Jumat (29/5).

Menurutnya, bila ada kader partai yang tidak mendukung pasangan SBY-Boediono maka telah dianggap mengingkari keputusan Majelis Syura PKS. "Karena Majelis Syura sudah memberikan mandat penuh kepada Ustad Hilmi Aminuddin untuk berkoalisi menurut kalkulasi politk itu yang pantas untuk PKS. Dalam hal ini adalah SBY-Boediono," katanya.

Soeripto juga mengatakan, bila teguran yang dilayangkan Presiden PKS Tifatul Sembiring kepada Wakil Ketua PKS Zulkieflimansyah karena mengatakan sebagian kader PKS masih mengarah ke pasangan Jusuf Kalla-Wiranto, merupakan tindakan yang benar. Hal itu dilakukan untuk menjaga keutuhan partai.

Sebelumnya, Zul membeberkan sebagian kader PKS masih mengarah ke pasangan Jusuf Kalla-Wiranto. Sebab istri dari masing-masing pasangan JK-Wiranto terlihat sederhana dan berjilbab. Ternyata isu itu sempat memicu kontroversi mengenai perlu tidaknya istri pasangan SBY-Boediono yakni Kristiani Herawati Yudhoyono dan Herawati Boediono berjilbab.

Presiden PKS Tifatul Sembiring yang mengetahui hal itu pun berang. Tifatul mengaku sudah menegur Zul. Pernyataan Zul itupun ditampik sebagai sikap resmi melainkan pribadi. [mut/ton]

'Totalitas' PKS Mendukung SBY


INILAH.COM, Jakarta. Tidak disangka, aksi ancam ataupun memberi teguran kepada kader bandel juga diberlakukan PKS. Zulkieflimansyah adalah salah satu contoh nyata praktik politik 'keras' PKS. Akankah kader PKS benar solid mendukung SBY-Boediono?

Zul yang menjabat Wakil Ketua DPP PKS sebelumnya sempat berucap menyoal kegetiran di kalangan internal. Menurutnya, survei PKS menunjukkan elektabilitas SBY dan JK bersaing ketat. "Kami khawatir kalau SBY kalah karena untuk mendapatkan kemenangan tidak mudah. Kalau melihat survei terbaru, jarak ketiganya masih dekat. Selisih yang paling tinggi dengan yang paling rendah hanya 10 persen," ucap staf pengajar FE UI ini.

Tidak berhenti begitu saja, Zul juga memaparkan sebagian kader juga menaruh hati pada duet JK Win. Alasannya pun tidak jauh dari isu agama. Istri JK dan Wiranto sama-sama mengenakan jilbab saat tampil ke publik. "Kalau pemilih kita tidak bisa karena pemilih PKS jauh lebih besar dari kader. Kader PKS jumlahnya 3 jutaan sedangkan pemilih 28 juta," ujarnya.

Kejujuran' Zul dibayar mahal. Ia pun harus mendapat teguran dari DPP PKS. "Lontaran Zulkieflimansyah hanyalah pernyataan pribadi. Zulkieflimansyah bukan officially. Sudah kita peringatkan," beber Presiden PKS, Tifatul Sembiring.

Namun, pria yang disebut-sebut bakal mengisi pos Menteri Kominfo ini menolak bila teguran itu bersifat peringatan keras. "Kita tidak bisa keras-kerasan begitu, PKS seperti organisasi apa. PKS tidak seperti itu. Kita egaliter. Perbedaan pendapat itu sudah biasa," dalih Tifatul.

Dikonfirmasi terpisah, Zul membantah adanya teguran dari PKS. Sebab, apa yang dilakukannya adalah demi menyolidkan kembali kader PKS yang terancam terbelah. “Saya tidak percaya Pak Tifatul seperti itu. Bukan gaya Pak Tifatul menegur, pasti ada diskusi dan diajak bicara,” jelas dia.

Ia mengakui apa yang diungkapkan terkait survei memang bukan sikap resmi partai. Tetapi, baginya PKS sebagai partai berbasis Islam perlu menjelaskan isu-isu berbau agama kepada konstituen. “Lebih baik ngomong pahit sekarang sebagai early morning. Ini wake up call harus didengungkan untuk menyolid koalisi ini. PKS solid mendukung SBY-Boediono,” tandas dia.

Kerasnya sikap pengurus teras PKS tak ayal menuai kritik. Teguran itu dinilai hanya berupa isapan jempol semata alias trik politik PKS. "Ah, kemarin yang diperingatkan Fachri Hamzah, lalu Anis Matta. Ini lagu lama. Orang sudah tahu kalau ini taktik PKS. Yang penting nama PKS terus bergulir," cetus pengamat politik Bachtiar Effendy.

Menurutnya, pernyataan Zul sebenarnya bisa dipahami. Meski kesalahannya adalah mengumbar hasil survei itu ke publik. Tetapi, langkah politik dengan memberi teguran pada Zul hanya akan membuat kubu SBY bertanya-tanya. "Orang curiga, ini manuver apa? Apalagi PKS punya sejarah memprotes SBY," papar Bachtiar.

Sikap PKS tersebut, dinilai pengamat politik Ahmad Bakir Ihsan, memang upaya menyatukan partai. Bila tidak ditanggapi, PKS malah akan terpecah belah. "Kalau lihat prosesnya PKS itu dari awal memiliki berbagai kepentingan. PKS hanya ingin menjaga soliditas partai walaupun hati mereka secara personal ada saja yang ke JK. Bila tidak dilakukan teguran, PKS itu bisa pecah dan itu yang ditakutinya," tandas Bakir.

Ia menambahkan secara kepartaian tingkat soliditas PKS dibandingkan dengan parpol lain cenderung lebih terjaga. Segala potensi perpecahan yang terjadi di dalam, cenderung lebih bisa diatasi oleh PKS. "Bila ada kadernya yang ditegur atau bahkan di pecat karena mendukung pasangan lain, itu adalah konsekuensi logis karena PKS sudah menentukan pilihan ke SBY-Boediono," tutur Bakir.

Analis politik dari UI Abdul Gafur Sangaji menambahkan SBY juga memang wajib menindak para petinggi parpol pendukungnya. Jika hanya menyerahkan permasalahan seperti ini kepada partai maka diprediksi nantinya SBY akan kesulitan mengelola mitra koalisi.

“Ini adalah riak-riak kecil yang harus dihadapi Pak SBY karena membangun koalisi yang besar. SBY harus santun dan tenang menghadapi ini. Selain itu, jangan terlalu terbuai hasil survei. Kinerja masing-masing parpol jangan diremehkan,” ujarnya.

Sebagai salah satu parpol menengah, PKS memang termasuk yang terkenal 'dinamis', baik di kalangan internal maupun manuver politik yang kerap berubah-ubah. Kali ini, publik memang sedang menunggu, apakah tindakan PKS gertak sambal demi tujuan politik sesaat atau benar adanya untuk mengamankan kebijakan partai. Dan tentu saja keduanya memiliki besaran risiko yang sama. Keutuhan dan citra partai menjadi taruhannya.

Ani Pakai Jilbab, Elektebilitas SBY Bisa Melorot


PKS mengingatkan Ibu Ani Yudhoyono agar tidak memaksakan diri memakai jilbab.

Pasalnya, dikhawatirkan memakai jilbab karena tekanan partai kompetitor justru akan berdampak kepada SBY.

”Elektibilitas SBY bisa menurun kalau Ibu Ani memaksakan pakai jilbab, apalagi karena tekanan partai competitor,” ujar Zulkieflimansyah di gedung DPR, Jumat (29/5).

Oleh karena itu, Ketua DPP PKS ini meminta agar Ani Yudhoyono tidak menutup auratnya menjelang pemilihan presiden.

Dia membantah kalau PKS pernah menggusulkan kepada istri SBY itu untuk memakai jilbab apalagi memaksa orang pakai jilbab.

"Memakai jilbab memang disarankan dalam agama Islam. Tentu saja tidak ada paksaan. Apalagi Ibu Ani sebagai simbol negara," terangnya.

Dia mengatakan peran Ani dalam elektabilitas pasangan SBY-Boediono sangat penting.

Elektibilitas SBY-Beodiono bisa turun hanya karena persoalan itu.

PKS Gusur Konsistensi PKB ke SBY


INILAH.COM, Jakarta. PKB sebagai parpol yang dianggap paling konsisiten dan tak macam-macam mendukung SBY-Boediono kini mulai menunjukkan riak-riak ketidaksetiaan dengan menyetujui usulan hak angket soal DPT. PKS pun kini menggusur posisi PKB sebagai parpol paling konsisten ke SBY.

"Dengan menolak usulan hak angket terhadap pelanggaran hak konstitusional warga negara untuk memilih, PKS telah menunjukkan konsistensi sebagai mitra koalisi Demokrat mendukung SBY-Boediono menggantikan PKB," ujar pengamat politik dari UI Arbi Sanit kepada INILAH.COM di Jakarta, Rabu (27/5).

Arbi mengatakan, bila PKB bersama PAN dan PPP berhasil mengalihkan sasaran dari hak angket itu ke KPU, maka ketiga parpol itu akan aman dalam koalisi SBY. Tapi bila hak angket ternyata diarahkan agar pemerintah yang bertanggung jawab, maka ketiga parpol itu dapat dianggap sebagai pengkhianat.

"Kalau ketiga parpol mitra koalisi itu tidak berhasil mengarahkan hak angket ke KPU dan malah membelokan ke pemerintah, berarti mereka itu berkhianat kepada koalisi yang sedang dibangun bersama Demokrat," katanya.

Selain itu, sambung Arbi, hak angket sebenarnya dapat menguntungkan koalisi. Karena bila hak angket ini dianggap berhasil oleh masyarakat, maka parpol yang setuju hak angket itu akan menarik bagi pemilih. "Kalau kerugiannya itu dapat mengurangi kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Makanya, angket itu sebaiknya diiarahkan kepada KPU saja karena yang bertanggung jawab itu KPU," pungkasnya. [mut/ton]

Kamis, 28 Mei 2009

Angket Lolos, Koalisi Rapuh


Partai Demokrat menilai hak angket salah alamat.

JAKARTA. Lolosnya hak ang ket (penyeli dik an) kisruh daftar pemilih tetap (DPT) pemilu legislatif di nilai memperlihatkan ringkihnya koalisi Partai Demokrat (PD). Meski demi kian, PD menyatakan, koalisi tak akan terpengaruh.

Juru bicara Presiden, Andi Mallarangeng, mengatakan, pemerintah menghormati hak angket dan akan menjawabnya. Tapi, kata dia, belum tentu dijawab langsung oleh Presiden. "Selama ini tidak harus Presiden yang menjawab," katanya seusai mendampingi Presiden dalam rapat konsultasi antara pemerintah dan pimpinan DPR.

Andi yang juga ketua DPP PD mengatakan, pemerintah memaknai hak angket secara positif. "Agar persoalan DPT bisa lebih baik lagi," katanya.

Penilaian ringkihnya koalisi disampaikan pengamat politik UGM, AAG Dwipayana. "PPP, PKB, PAN, pendukung SBY. Tapi, mengalihkan dukungan kepada penggagas angket. Itu menunjukkan koalisi tidak solid," katanya, kemarin.

Dwipayana memandang ketidaksolidan itu disebabkan koalisi hanya dibangun atas dasar kepentingan. Keringkihan itu, kata dia, bisa menular dalam Pe milu Presiden (Pilpres). Tapi, Dwipayana juga memberi ca ta t an kecil. Me nurut dia, ke banyakan legislator pendukung angket tidak terpilih lagi. "Ini manuver jangka pen dek. Mereka dalam masa transisi."

Seperti diberitakan sebelumnya, mitra koalisi PD di pemerintahan saat ini maupun yang berkoalisi dalam Pilpres 2009, ikut mendukung angket DPT. Aki bat nya, lolos dalam rapat paripurna DPR dua hari lalu.

Hak angket didukung 129 suara: Golkar (34), PDIP (58), PKB (16), PPP (11), PAN (3), BPD (5), PDS (1). Sebanyak 73 menolak, dari fraksi: PD (43), PKS (22), PBR (5), PDS (2). Satu suara dari FPKB abstain.

Partai pendu kung koalisi pe me rintahan saat ini, antara lain, PD, Golkar, PPP, PAN, PKB, PKS. Par tai yang terikat koalisi Pilpres 2009 adalah PD, PPP, PAN, PKB, PKS—Golkar telah keluar barisan.

Ketua PD, Anas Urbaningrum, menilai, pembelotan itu tak elok. Tapi, dia tak memandangnya serius. "Ini tidak akan merusak koalisi dan tidak memengaruhi arah koalisi ke de pan," katanya. Dia mengklaim koalisi terjalin kompak dan solid.

Soal Golkar yang mendukung hak angket, padahal masih menjadi mitra koalisi PD sampai pelantikan presiden 20 Oktober 2009, Anas mengata kan, "Ini bukan yang pertama. Sejarah perbedaan sikap FPG dengan pemerintah sudah panjang."

Tapi, Anas juga menilai hak angket itu salah alamat. Sebabnya, kata dia, penanggung jawab DPT bukan pemerintah, tapi Komisi Pemilihan Umum (KPU). "Angket keliru alamat," kata mantan anggota KPU ini.

Tapi, sikap KPU juga datardatar saja. Anggota KPU, Andi Nur pati, mengatakan, KPU belum tentu dimintai keterangan.

"Angket itu hak bertanya DPR ke pada pemerintah, sedangkan KPU bukan bagian dari pemerintah," katanya, kemarin. Andi mengatakan, peran KPU soal DPT tidak 100 persen.

Sekretaris Nasional JPPR, Masykurudin Hafidz, menyambut positif lolosnya hak angket DPT. "DPR harus sebanyak mungkin mengumpulkan fakta dan bukti, termasuk memanggil KPU," katanya.

Sekjen PDIP, Pramono Anung, meyakini hak angket DPT tak akan berhenti di tengah jalan. Sebab, hak angket bukan hanya concern PDIP, tapi juga fraksi-fraksi lain. "Ini adalah persoalan serius menyangkut kecurangan pemilu yang sistemik dan merata hampir di alami oleh hampir semua partai."

Hak angket pun dinilai Pramono penting, karena sampai saat ini pemerintah belum merealisasikan janjinya untuk memperbaiki penyelengga raan Pilpres. ‘’Semoga de ngan hak angket ini peme rintah lebih aware terhadap penyelenggaraan Pilpres.’‘

Cawapres pasangan Megawati Soekarnoputri, Prabowo Subianto, juga mengaku senang atas lolosnya hak angket. Sebabnya, kata dia, upaya penyeli dikan kisruh DPT pemilu legislatif akan menjamin tidak terulang lagi dalam Pilpres. nan/evy/yli


Hak Angket Daftar Pemilih Tetap (DPT)

Kisruh daftar pemilih tetap (DPT) menapak fase lebih serius. Rapat paripurna DPR, dua hari lalu, menyetujui penggunaan hak angket (penyelidikan) atas kekisruhan itu. Berikut proses penetapan DPT dan kekisruhan yang menyertainya:

Perubahan DPT

24 Oktober 2008
KPU menetapkan DPT lewat SK No 383/2008 dengan jumlah pemilih 170.022.239 --belum termasuk pemilih dari Papua dan luar negeri belum masuk sepenuhnya.

24 November 2008
KPU menetapkan DPT lewat SK No 427/2008 dengan jumlah pemilih 171.068.667 atau naik 1.046.428

7 Maret 2009
KPU menetapkan DPT lewat SK No 164/KPTS/KPU/2009 dengan jumlah pemilih 171.265.442.

16 Maret 2009
Mantan Kapolda Jatim, Irjen Herman SS, mengungkap adanya ketidakberesan data pemilih yang digunakan dalam Pilkada Jatim. Ketidakberesan itu diduga sejumlah kalangan terjadi pula dalam DPT Pemilu Legislatif.

18 Maret 2009
Herman SS bertemu Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, di Jl Teuku Umar.

24 Maret 2009
KPU yang gerah mendapat tuduhan soal ketidakberesan DPT, menantang adu data.

14 April 2009
Pimpinan partai politik bertemu di kediaman Megawati di Jl Teuku Umar. Dalam pernyataannya mereka menyatakan pemilu kali ini merupakan yang terburuk sejak reformasi, kaerna DPT yang bermasalah telah membuat jutaan pemilih kehilangan hak pilih.

15 April 2009
Presiden SBY menggelar rapat terbatas dengan Wapres, Kepala BIN, Kapolri, Jaksa Agung, Menko Polkumkam, Mendagri, Mensko Kesra, dan lain-lain, membahas DPT. Hasilnya, KPU didorong menjelaskan soal DPT secara transparan dan soal DPT tak diselesaikan di jalanan.

12 Mei 2009
Usul hak angket kisruh DPT --yang menyebabkan hilangnya hak konstitusional warga negara untuk memilih-- yang diprakarsai 38 anggota DPR lintas fraksi, diajukan dalam rapat paripurna DPR.

26 Mei 2009
Lewat voting, rapat paripurna DPR menyetujui penggunaan hak angket untuk menyelidiki kekisruhan DPT.

Hasil Pemilu

Jumlah pemilih: 171.265.442 100%
Suara sah: 104.099.785 60,78%
Tidak memilih: 49.677.076 29%
Suara tidak sah: 17.488.581 10,21%


Sumber: smsplus.blogspot.com

Daftar Anggota DPR RI 2009-2014 dari PKS



Anggota DPR RI 2009-2014 dari PKS

NO DAPIL NAMA CALEG Jml SUARA

1 Nangroe Aceh Darussalam - 01 M. Nasir Djamil (L) 44.039
2 Nangroe Aceh Darussalam - 02 Raihan Iskandar, Lc (L) 17.487
3 Sumatera Utara - 01 Tifatul Sembiring (L) 99.348
4 Sumatera Utara - 02 Iskan Qolba Lubis, MA (L) 32.692
5 Sumatera Utara - 03 Ansory Siregar, Lc (L) 43.288
6 Sumatera Barat - 01 Irwan Prayitno, DR (L) 57.199
7 Sumatera Barat - 02 Refrizal, Drs (L) 27.214
8 Riau - 01 Chairul Anwar, Drs., Apt. (L) 50.914
9 Kepulauan Riau - 01 Herlini Amran, MA. (P) 26.659
10 Sumatera Selatan - 01 Musthafa Kamal (L) 31.293
11 Sumatera Selatan - 02 Bukhori Yusuf, MA (L) 40.484
12 Bengkulu - 01 H. M. Syahfan Badri Sampurno, Drs. (L) 27.362
13 Lampung - 01 Almuzzammil Yusuf (L) 46.205
14 Lampung - 02 Abdul Hakim, Ir. MM (L) 55.258
15 DKI Jakarta - 01 Ahmad Zainuddin, Lc (L) 46.179
16 DKI Jakarta - 02 M. Sohibul Iman, Dr. (L) 42.553
17 DKI Jakarta - 03 Adang Daradjatun (L) 119.287
18 DKI Jakarta - 03 Ahmad Relyadi (L) 22.094
19 Banten - 02 Zulkiflimansyah (L) 58.478
20 Banten - 03 Yoyoh Yusroh (P) 36.911
21 Banten - 03 Jazuli Juwaini (L) 87.946
22 Jawa Barat - 01 Suharna Surapranata (L) 36.515
23 Jawa Barat - 01 Ledia Hanifa (P) 28.228
24 Jawa Barat - 02 Ma'mur Hasanuddin (L) 40.472
25 Jawa Barat - 03 Eki Awal Muharam (L) 24.750
26 Jawa Barat - 04 Yudi Widiana Adia (L) 37.114
27 Jawa Barat - 05 Sunmanjaya Rukmandis (L) 29.071
28 Jawa Barat - 06 Mahfudz Abdurahman (L) 72.409
29 Jawa Barat - 07 Arifinto, Drs. (L) 38.871
30 Jawa Barat - 08 Mahfudz Sidik, Drs., M.Si. (L) 36.583
31 Jawa Barat - 09 Nur Hasan Zaidi, S.Sos.I (L) 33.223
32 Jawa Barat - 10 Surahman Hidayat, Dr. (L) 42.446
33 Jawa Barat - 11 Kemal Stamboel (L) 35.165
34 Jawa Tengah - 01 Zuber Safawi (L) 36.556
35 Jawa Tengah - 03 M. Gamari, Dr. H. (L) 18.242
36 Jawa Tengah - 04 M. Martri Agoeng (L) 28.775
37 Jawa Tengah - 05 M. Hidayat Nur Wahid, Dr. (L) 106.521
38 Jawa Tengah - 07 Sugihono, Ir (L) 26.233
39 Jawa Tengah - 08 Tossy Aryanto (L) 26.592
40 Jawa Tengah - 09 Suswono, Ir., MMA (L) 33.934
41 DI Yogyakarta - 01 Agus Purnomo (L) 31.533
42 Jawa Timur - 01 Sigit Sosiantomo, Ir. (L) 19.294
43 Jawa Timur - 02 Misbakhun, Ak. (L) 35.980
44 Jawa Timur - 05 Luthfi Hasan Ishaaq, MA. (L) 29.819
45 Jawa Timur - 07 Rofi' Munawar, Lc. (L) 37.718
46 Jawa Timur - 08 Memed Sosiawan, Ir. (L) 22.310
47 Jawa Timur - 11 Abdul Aziz Suseno (L) 71.020
48 Kalimantan Barat - 01 H. Rahman Amin (L) 27.078
49 Kalimantan Selatan - 01 Aboe Bakar Al Habsyi (L) 57.253
50 Kalimantan Selatan - 02 Nabiel Fuad Al Musawa, Ir, M.Si . (L) 31.390
51 Kalimantan Timur - 01 Aus Hidayat Nur (L) 51.338
52 Nusa Tenggara Barat - 01 Fahri Hamzah, SE (L) 105.412
53 Sulawesi Selatan - 01 M. Anis Matta, Lc. (L) 88.407
54 Sulawesi Selatan - 02 Tamsil Linrung (L) 77.250
55 Sulawesi Selatan - 03 Andi Rahmat, SE (L) 30.355
56 Sulawesi Tenggara - 01 H. Yan Herizal, SE. (L) 18.930
57 Sulawesi Tengah - 01 Adhyaksa Dault, Dr. (L) 82.873


Sumber: Humas DPP PKS/ KPU

Senin, 25 Mei 2009

Muhammad Ali Bersyahadat di Atas Ring Tinju


Islam membawanya pada kedamaian dan kepercayaan diri yang tinggi

Bagi penggemar tinju dunia, tentu tak asing dengan nama Muhammad Ali, mantan juara dunia kelas berat tiga kali. Di masanya, Ali terkenal sebagai seorang petinju yang sangat ditakuti oleh lawan-lawannya. Dan, ia pun dijuluki sebagai The Greatest (terbesar).

Sebab, dia mampu menaklukkan peitnju-petinju terbesar di zamannya, seperti George Foreman, Sony Liston, Joe Frazier, dan lainnya. Bahkan, pertarungannya melawan Foreman serta Joe Frazier menjadi pertarungan terbaik sepanjang abad ke-20. Dan, Ali pun juga dinobatkan sebagai seorang petinju terbesar di abad 20.

Nama sebagai 'Yang Terbesar' ini disematkan padanya sejak ia mengalahkan para petinju yang juga memiliki nama besar. Karena kemampuannya mengalahkan para petinju itu, ia pun menggunakan nama 'Yang Terbesar' (The Greatest) tersebut.

Ali juga dikenal sebagai petinju terbaik pada masanya. Ia pernah menjadi sebuah mesin pemukul yang sangat hebat hingga menimbulkan rasa takut pada lawannya. Sebelum berganti nama menjadi Muhammad Ali, ia bernama Cassius Marcellus Clay Junior. Hingga kini, namanya dianggap sebagai petinju terbaik yang pernah dimiliki publik Amerika Serikat dan orang kulit hitam.

Kesuksesannya merebut gelar juara dunia menempatkannya pada deretan atlet terbesar abad ke-20. Bahkan, gelar itu mengubah status pandangan masyarakat terhadap orang dan atlet kulit hitam. Keberhasilannya itu pun yang akhirnya mengangkat martabat para atlet kulit hitam ke tempat yang tinggi dengan penghormatan dan penerimaan yang baik dari masyarakat kulit putih dan hitam.

Ali dilahirkan pada 17 Januari 1942 di Louisville, Kentucky, Amerika Serikat. Daerah yang dikenal dengan ayam goreng khasnya ini juga terkenal dengan perbedaan etnis yang kental. Ayahnya, Cassius Marcellus Clay Sr, adalah pelukis papan nama dan reklame. Ibunya, Odessa Grady Clay, seorang pembantu rumah tangga.

Sejak kecil, Clay sudah merasakan perbedaan perlakuan karena warna kulitnya yang cokelat. Barangkali, hal inilah yang kemudian mendorongnya untuk belajar tinju agar bisa membalas perlakuan jahat teman-temannya yang berkulit putih. Ketika belum genap berusia 20 tahun, ia sudah memenangkan pertandingan kelas berat di Olimpiade Roma tahun 1960.

Pada usia 22 tahun, ia merasa dilahirkan kembali ke dunia. Sebab, saat itulah, ia berganti nama dari Cassius Marcellus Clay Junior menjadi Muhammad Ali. Nama ini merupakan pemberian seorang tokoh Muslim dari Nation of Islam (NOI), Elijah Muhammad, tahun 1964.

Ketika itu, Elijah membuat sebuah pernyataan umum dalam suatu siaran radio dari Chicago, ''Nama Clay ini tidak menyiratkan arti ketuhanan. Saya harap dia akan menerima dipanggil dengan nama yang lebih baik. Muhammad Ali, nama yang akan saya berikan kepadanya selama dia beriman kepada Allah dan mengikuti saya.''

Selama tiga tahun sebelum pertarungannya untuk memperebutkan gelar juara dunia kelas berat dengan Sonny Liston, Clay telah menghadiri pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh NOI. Kehadiran Ali diberitakan oleh koran Daily Nezus di Philadelphia pada September 1963. Pada Januari 1964, dia membuat sensasi besar dengan berbicara di sebuah rapat Muslim di New York.

Beberapa minggu kemudian, ayahnya mengatakan bahwa Clay telah bergabung dengan NOI. Kendati demikian, Clay belum memberikan pernyataan publik tentang keikutsertaannya dalam NOI. Tetapi, dia sibuk mempelajari Islam di bawah bimbingan Kapten Sam Saxon (sekarang Abdul Rahman) yang dijumpai Clay di Miami pada 1961.

Clay juga merenungkan ajaran-ajaran Elijah Muhammad dan membaca surat kabar yang diterbitkan NOI. Di samping itu, ia juga mencari bimbingan dan saran dari Malcolm X--tokoh NOI lainnya--yang dijumpainya di Detroit pada awal 1962.

Sebelum pertandingan Clay melawan Liston, Malcolm mengunjungi Clay sebagai pribadi, bukan sebagai wakil Elijah. Malcolm menganggap Clay sebagai adiknya dan menasihati dia. Nasihat Malcolm ini justru menjadi pemicu semangatnya untuk bertekad mengungguli Liston.

Walaupun merasa sangat takut menghadapi Liston, akhirnya Clay menang dalam pertandingan. Pertandingan tersebut berakhir sebelum bel ronde ketujuh berbunyi. Dengan kemenangan tersebut, dunia memiliki seorang juara baru di arena tinju.

Agama Rasional

Kemenangan tersebut diyakininya merupakan 'waktu Allah'. Di antara tepuk riuh para pendukung dan kilatan-kilatan lampu kamera, Clay berdiri di depan jutaan penonton yang mengelilingi ring dan kamera TV. Ia mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengumumkan pergantian namanya menjadi Muhammad Ali Clay. ''Aku meyakini bahwa aku sedang berada di depan sebuah kebenaran yang tak mungkin berasal dari manusia,'' ujarnya.

Ali mengungkapkan, kepindahannya ke agama Islam adalah hal yang wajar dan selaras dengan fitrah yang Allah ciptakan untuk manusia. Ia meyakini bahwa Islam membawa kebahagiaan untuk semua orang. Menurutnya, Islam tidak membeda-bedakan warna kulit, etnis, dan ras. ''Semuanya sama di hadapan Allah SWT. Yang paling utama di sisi Tuhan mereka adalah yang paling bertakwa.''

Ia membandingkan ajaran Trinitas dengan ajaran Tauhid dalam Islam. Menurutnya, Islam lebih rasional. Karena, tidak mungkin tiga Tuhan mengatur satu alam dengan rapi seperti ini. Hal tersebut dinilainya sebagai suatu hal yang mustahil terjadi dan tidak akan memuaskan orang yang berakal dan mau berpikir.

Keyakinannya terhadap Islam makin bertambah manakala Ali membaca terjemahan Alquran. ''Aku bertambah yakin bahwa Islam adalah agama yang hak, yang tidak mungkin dibuat oleh manusia. Aku mencoba bergabung dengan komunitas Muslim dan aku mendapati mereka dengan perangai yang baik, toleransi, dan saling membimbing. Hal ini tidak aku dapatkan selama bergaul dengan orang-orang Nasrani yang hanya melihat warna kulitku dan bukan kepribadianku,'' paparnya.

Sejak saat itu, ia membelanjakan uangnya beberapa ratus ribu dolar untuk buku-buku dan pamflet-pamflet Islami supaya dapat memperkenalkan agama barunya. Dia percaya bahwa bukan hanya kaum Muslim, tetapi juga orang Kristen dan Yahudi yang takut pada Tuhan akan masuk surga.

Ketika para dokter di AS memvonisnya dengan penyakit Sindroma Parkinson, Ali mengatakan bahwa dia telah mendapatkan hidup yang baik sebelumnya dan sekarang. Dia tidak membutuhkan simpati dan belas kasihan. Dia hanya ingin menerima kehendak Allah SWT. Penyakitnya ini, menurut dia, merupakan cara Allah SWT merendahkannya untuk mengingatkannya pada kenyataan bahwa tak ada seorang pun yang lebih hebat dari Allah.

Perjuangan Ali yang utama sekarang adalah mencoba menyenangkan Allah dalam segala hal yang diperbuatnya. Menguasai dunia tidak membawanya kepada kebahagiaan yang sejati. Kebahagiaan sejati, katanya, hanya didapatkan dengan menyembah Allah. Kini, dia termasuk orang-orang yang giat berdakwah di Amerika dan aktif mengampanyekan solidaritas dan persamaan hak. dia/sya/berbagai sumber

Ali Penganut Sufi

Dengan sikap yang tegar, kuat, dan penuh percaya diri, ternyata Muhammad Ali merupakan seorang penganut tasawuf (sufi) yang sangat baik. Putri Muhammad Ali yang bernama Hanna Yasmeen Ali, buah perkawinannya dengan Veronica Porche Ali, dalam sebuah wawancara dengan Beliefnet, mengungkapkan kehidupan dan spiritualitas Muhammad Ali.

Hanna mengatakan, ayahnya adalah orang yang sangat taat dalam menjalankan perintah agama. Bahkan, ia tak segan-segan untuk bersikap keras dan tegas terhadap anggota keluarganya yang tidak mau menjalankan perintah Allah. Sikap ini dibuktikan Ali dengan menceraikan istrinya yang pertama, Sonji Roi, pada tahun 1966. Karena, menurut Ali, istrinya tersebut tidak menunjukkan sikap sebagai seorang Muslim.

Hanna menambahkan, ayahnya tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu. ''Sesibuk apa pun, ayah akan senantiasa mengerjakan shalat lima waktu,'' ujar Hanna.Bahkan, Ali juga senantiasa berupaya melaksanakan shalat fardhu secara berjamaah di masjid. ''Walaupun jaraknya membutuhkan waktu hingga 20 menit perjalanan, ayah akan selalu berupaya pergi ke masjid. Namun, ketika penyakit parkinson menghinggapi, ayah memang sekarang jarang ke masjid,'' jelas Hanna.

Hanna menambahkan, ayahnya juga seorang penganut sufi yang taat. Ali punya koleksi buku tasawuf karya Hazrat Inayat Khan, seorang guru sufi. ''Spiritualitas ayah saya sangat tinggi. Dari sikapnya yang sangat religius itu, ia praktikkan dalam kehidupan sehari-hari, menyayangi sesama, melakukan kegiatan sosial, dan mendorong banyak orang untuk senantiasa rajin mendekatkan diri kepada Tuhan,'' terangnya.

Ketika terjadi peristiwa 11 September 2001 akibat serangan teroris terhadap dua menara kembar World Trade Center (WTC) hingga memunculkan tuduhan terhadap Islam sebagai agama teroris, Ali pun tampil ke publik dan menyatakan bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan oknum dan bukan Islam. Ia menyatakan, aksi tersebut merupakan perbuatan orang-orang yang keliru dalam memahami Islam secara benar. ''Islam adalah agama yang damai dan cinta akan kedamaian,'' terangnya.

Biodata

Nama: Muhammad Ali
Nama sebelumnya: Cassius Marcellus Clay Junior (Jr)
Lahir: 17 Januari 1942 di Louisville, Kentucky, Amerika Serikat
Ayah: Cassius Marcellus Clay Senior (Sr)
Ibu: Odessa Grady Clay
Istri: Sonji Roi (cerai 1966), Belinda Boyd (cerai 1977), dan Veronica Prche Anderson
Anak: Jamilah, Rashed, Muhammad Ali Jr (dari istri kedua), serta Hanna Yasmeen Ali dan Laila Ali (dari istri ketiga)


By: Republika Newsroom; Selasa, 26 Mei 2009 pukul 09:43:00

Buku 'Ilusi Negara Islam' Mengadu Domba Ummat


YOGYAKARTA. Peneliti Yogyakarta, Dr Zuli Qodir, Adur Rozaki MSi, Laode Arham SS, Nur Khalik Ridwan SAg melakukan protes terhadap buku 'Ilusi Negara Islam' yang diterbitkan The Wahid Istitute, Maarif Institute dan Gerakan Bhineka Tunggal Ika. Buku tersebut dinilai tidak sesuai dengan apa yang mereka teliti dan isinya mengadu domba umat Islam.

''Saya tidak berani lagi pulang ke Madura, karena terbitnya buku ini. Bisa-bisa saya dikalungi clurit karena buku ini mengadu domba umat Islam,'' kata Abdur Rozaki di Kantor Republika Yogyakarta, Senin (25/5).

Dijelaskan Zuli Qodir, isi buku 'Ilusi Negara Islam' bukan merupakan hasil penelitiannya meskipun mereka disebut sebagai penelitinya. Sebab isi dari buku tersebut telah menyimpang dari apa yang mereka teliti. Selain itu, pihaknya juga tidak dilibatkan dalam proses penerbitan.

''Kami tidak pernah diajak dialog di dalam proses menganalisis data dan membuat laporan peneliltian sampai penerbitan menjadi sebuah buku,'' kata Zuli.

Bahkan, lanjut Zuli, dalam proses pengumpulan data, beberapa nama yang dicantumkan dalam buku tersebut sebagai peneliti jauh hari sudah mengundurkan diri namun masih dicantumkan, seperti Khalik Ridwan dan Abdur Rozaki. Sehingga keduanya sudah tidak terlibat lagi dalam tahap penelitian mulai dari pengumpulan data, analisis data, penulisan laporan hingga penerbitan buku.

Kata Zuli, tujuan penerbitan buku 'Ilusi Negara Islam' telah bergeser dari riset yang semula bertujuan akademik kepada politis. Kondisi ini diperkuat hampir semua peneliti daerah yang namanya tercantum dalam buku tersebut tidak pernah diajak untuk berdialog menganalisis temuannya dalam kerangka laporan hasil penelitian yang utuh.

''Para peneliti daerah namanya dicatut hanya sebagai legitimasi politis dari kepentingan pihak asing. Sebagaimana dilakukan Holland Taylor dari //Lib for All,// Amerika Serikat yang begitu dominan bekerja dalam kepentingan riset dan penerbitan buku ini.

Karena itu, peneliti Yogyakarta menuntut kepada //Lib for All// untuk menarik peredaran buku tersebut jika tetap mencantumkan nama-nama peneliti Yogyakarta. ''Kami menghimbau kepada para peneliti dan intelektual Indonesia untuk lebih berhati-hati dan tidak mudah diperalat dan dimanipulasi oleh kepentingan agen intelektual asing yang bekerja di Indonesia,'' tandas peneliti Yogyakarta.

Bahkan yang aneh dari peneribatan buku tersebut adalah pencantuman KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur sebagai editornya. Padahal selama ini Gus Dur terganggu penglihatannya sehingga tidak mungkin Gus Dur bisa mengeditnya. ''Ini sudah kebablasan,'' kata Abdur Rozaki.

Sementara Ahmad Suadey, Direktur The Wahid Institute kepada Zuli Qodir mengirim SMS bahwa dirinya tidak tahu persis isi buku 'Ilusi Negara Islam' yang diterbitkannya. Karena itu, dirinya merasa kaget ketika mendapat protes dari peneliti Yogyakarta.

''Aku malah baru tahu ini. Kalau gitu perlu klarifikasi ke //Lib for All.// Kalau perlu teman-teman bikin nota protes tertulis. Aku gak keberatan karena saya tidak berhubungan dengan isi sama sekali,'' kata Ahmad Suaedy.


By: Republika Newsroom

Survei PKS, SBY-Boediono Masih Bisa Kalah


JAKARTA. Mitra koalisi dari Pasangan SBY-Boediono yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengakui masih ada peluang pasangan ini kalah dalam ajang pilpres nanti.

"Peluang untuk kalah itu masih ada," kata Wakil Ketua PKS Bidang Politik Zulkieflimansyah di Balai Kartini, Jakarta, Senin (25/5/2009).

Menurut dia, kemungkinan kalah tersebut, karena melihat hasil survei yang dilakukan secara internel oleh PKS. Meski demikian, duet SBY-Boediono masih menempati posisi teratas di antara pesaing lainnya.

"Sekarang kalau kita lihat hasil survei terbaru tidak terlampau jauh ketiga-tiganya. Ini adalah survei internal kita," ungkap Zulkieflimansyah.

Dia menjelaskan, selisih di antara ketiga pasangan capres dan cawapers tersebut tidak terpaut jauh, sehingga masing-masing memiliki kemungkinan untuk menang maupun kalah. "Jadi kurang dari 10 persen selisihnya," imbuh dia.

Meski selisih antara pasangan yang paling atas dan rendah hanya 10 persen, PKS tidak khawatir karena memiliki mesin politik yang solid. "Saat ada komando, itu jalan," ujar Zulkieflimansyah.

Saat didesak siapa pasangan capres dan cawapres yang paling rendah peluangnya untuk menang, Zulkieflimansyah enggan menyebutkannya. "Enggak fair-lah kalau kita sebutkan. Tapi yang jelas Pak SBY masih di atas," pungkasnya.


Sumber: http://smsplus.blogspot.com/2009/05/survei-pks-sby-boediono-masih-bisa.html

LSN: SBY-Boediono Bisa Menang Satu Putaran


JAKARTA. Pasangan SBY-Boediono berpeluang besar dapat memenangkan pilpres 2009 dalam satu putaran. Menurut Hasil survei terbaru dari Lembaga Survei Nasional (LSN), tingkat elektabilitas SBY-Boediono unggul jauh dari pasangan Megawati-Prabowo maupun JK-Wiranto.

Survei LSN dilaksanakan pada 15-21 Mei 2009 di 33 provinsi di seluruh Indonesia. Jumlah sampel 1.230 responden yang diperoleh melalui metode multistage random sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan responden. hasil survei dipublikasikan kemarin.

Dari temuan LSN, sebanyak 67,1 persen responden mengaku memilih pasangan SBY-Boediono jika pemilihan presiden dilaksanakan hari ini. Sebanyak 11,8 persen responden menyatakan akan memilih Megawati-Prabowo, dan 6,7 persen memilih pasangan JK-Wiranto.

Peluang SBY-Boediono menang pilpres satu putaran sangat terbuka, mengingat responden yang memilih pasangan tersebut mayoritas (88 persen) mengaku sudah mantap dengan pilihannya. Sedangkan 10,9 persen menyatakan kemungkinan ke pasangan lain.

Sementara yang menyatakan akan memilih Megawati-Prabowo sebanyak 76,6 persen mengaku sudah mantap dengan pilihannya dan hanya 18,1 persen mengaku masih ada kemungkinan memilih pasangan lain. Sedangkan responden yang akan memilih JK-Wiranto 56,9 persen, mengaku sudah mantap terhadap pilihannya.

Sebanyak 30.9 persen responden mengaku kinerja Presiden SBY selama lima tahun cukup baik. Kemudian sebanyak 11,6 persen menyatakan program pembangunan ini tinggal dilanjutkan SBY-Boediono karena senang dengan kebijakan prorakyat seperti BLT, PNPM Mandiri, dan BOS.

Sebagian memilih SBY-Boediono karena faktor-faktor kepribadian dan penampilan SBY yang dinilai berwibawa, kharismatik, bijaksana, dan pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK gencar dalam memerangi korupsi. (c85/kem)


Sumber: http://www.republika.co.id/berita/52427/LSN_SBY_Boediono_Bisa_Menang_Satu_Putaran

Kamis, 21 Mei 2009

PKS Grogol adakan Rihlah Ruhiyah

Keluarga besar Dewan Pengurus Cabang (DPC) Partai Keadilan Sejahtera kecamatan Grogol kabupaten Sukoharjo mengadakan kegiatan Rihlah Ruhiyah, Kamis (21/05) lalu. Acara yang diikuti oleh 200 orang pengurus, kader, dan simpatisan PKS se-kecamatan Grogol itu mengunjungi pantai Kukup dan pantai Baron di Kabupaten Gunung kidul, Yogyakarta.


Acara tersebut dibuka dan diberangkatkan oleh Ketua Fraksi PKS kabupaten Sukoharjo, Hasman Budiadi, SE.MM. Dalam sambutan pembukaan dan pelepasannya beliau menyampaikan, bahwa kegiatan rihlah ruhiyah kali ini merupakan sarana tadzabur alam untuk merenungkan dan memahami kebesaran Sang Pencipta, serta sebagai sarana untuk mempererat ukhuwah islamiyah (persaudaraan islam) di antara peserta.

Dokumentasi Kegiatan:


Do'a keberangkatan dipimpin oleh Ust. Muhammad Arifin


Para peserta berkumpul sebelum keberangkatan


Pemandangan pantai Kukup


Pemandangan pantai Kukup_1


Pemandangan pantai Kukup_2


Pemandangan pantai Kukup_3


Pemandangan pantai Kukup_4


Para peserta sedang bermain-main di pantai Baron


Pak Hasan dan kedua putrinya


Waah... ternyata di DPC Grogol ada F4-nya lho...!!!


Pak Sriyono sekeluarga sedang mencari-cari ikan


Pak Maryadi (Ketua DPRa PKS Desa Madegondo, Kec. Grogol) dan putrinya


Mainan pasir dulu, aah...


Pak Mahmud, Cemani sekeluarga


Bi, abi...!!! Asyik nich main2 air


Empat, eh... lima sekawan



Meskipun senang-senang nggak lupa kewajiban lho...


Bandulan dulu akh... biar kaya' Tarsan si Raja Rimba. He3x...


Demokrasi di pantai Baron... Eh, ada PKS-nya juga lho...


Numpang nampang, ah! He3x...


Bermain-main di pinggiran pantai Baron





Eeh, ada kapal datang tuch... Serbu!


Maen sepakbola dulu, yuk...!!!


Becham-nya DPC Grogol sedang beraksi nich...


Aduh...duh... sakit kakiku! Kesandung, kesandung, kesandung bola! He3x...


Kalo akhwat2 lagi ngerumpi di pinggir pantai, ngomongin apaan ya...?!?


Komandan Toro sekeluarga lagi maen pasir


dr. Endang dan dr. Author sekeluarga lagi asyik bermain-main di pantai Baron


Mampir beli oleh-oleh di Jogja, jangan lupa sama yang di rumah lho...!!!


Reporter: Iwan Setiyoko, Sekretaris DPC PKS Grogol