Oleh : Vida Robi'ah Al-Adawiyah
Orang 1 : “Oooo ternyata kamu anak PK tho, Vid? Penampilanmu beda ya! Keseret juga ya ke partai” sindir teman saya itu, saat itu masih kuliah dan saya ‘masih hijau’ dalam barisan ini. lalu diapun tak lagi ‘hangat’ pada saya. Dahulu, masih PK.Ucapannya selalu sinis. Lha saya? biasa aja toh orang-orang yang ‘menyeret’ saya juga dikenal orang-orang yan baik dan santun?! hehe
Orang 2 : “Mbak Vida aktivis PKS juga tho ternyata? Saudara saya juga lho mbak, trus pas saya pindah ke Medan, ternyata guru ngaji saya juga PKS...” dia –juga teman saya- meskipun usianya lebih muda. Gadis muda itu,meskipun menurutnya pemahaman Islmanya ‘biasa’ aja, tapi dia juga oke-oke saja saat tau saya –critanya- kader PKS
Orang 3 : “Subhanallah Vida, kowe tuh caleg PKS juga tho kemaren. Sayang ya Vid, aku di Jakarta. Waduh bapakku sih karena walikota dia milih Jokowi, nyontrengnya ya partainya Jokowi Vid, gak ngerti sih kalo pemilihannya beda. tapi seneng lho Vid sama anak2 PKS dari di kampus emang kliatan ya?” Dan sahabat saya yang selalu mengucap ‘subhanallah’ itupun selalu bersemangat setiap kali saya direct selling saat pemilu. Dan hingga kini,persahabatan kami sehangat mentari haha.
Orang 4 : “Saya ini orang bodho, bu Vida. Sejak dahulu saya cuma tergerak kalau ada yang ngajak berbuat untuk masyarakat. Suami saya keluar dari satgas P***, lha sudah ndak gathuk (tidak matching) sama nuraninya. Sekarang, saya mungkin cuma punya semangat, PKS menyambut baik dan menghargai potensi saya. Monggo mbak, yang penting kita berbuat untuk masyarakat.” Dia perempuan lulusan SMP, itu ucapannya saat pertama kali saya ngontrak di kawasan Sangkrah, dan dengan percaya diri dia ‘babat alas’, keluar dari kebiasaan kampungnya yang ‘merah’, membantu kerja-kerja kami melalui PWK,hingga kini. Kini dia dan suaminya menjadi Pak dan Bu RW dan tidak ada jawaban selain kata : ya , bu! setiap kali saya ajak ‘bergerak’ hehe
Orang 5 : “Kamu jangan sampai nyebut atau ketauan kalo kader PKS lho, nanti pada ndak mau ikut pengajian, takut dijak milih PKS. “ hehehe.ini yang agak lucu menurut saya. Lha wong partai yang tidak ada bau-bau Islamnya aja bikin pengajian ndak pada ribut, kok PKS yang emang kerjaannya bikin pengajian dibikin ribut.Aneh juga.
Orang ke-6 : ”Ustadzah –hayah selalu merasa gak enak juga sebenarnya dipanggil ustadzah, yaaah mungkin karena saya dianggap istri ‘Ustadz’. Begini ust, gimana tentang tawaran kami untuk ikut Lokakarya Mubalighah se-Jawatengah? Tapi syaratnya memang harus setuju dengan khilafah syar’iyah ustadzah” hehee saya tersenyum.
“Siapa yang ndak mendukung khilafah syar’iyah Bu? jawab saya guyon, Tapi kami hanya memilih lewat jalur partai. Lha terserah panjenengan dan teman-teman, saya kan cuma diundang.Cuma mungkin kendala saya diwaktu Bu, apalagi kalo harus di luar kota, saya ndak bisa ninggal tiga anak” dan ibu muda yang pernah bertetangga dengan sayapun sampai hari ini tetap ‘istiqomah’ dan pantang menyerah memberi saya undangan-undangan acara harakahnya, atau mengisi pelatihan menulis untuk akhwat harakahnya. Sayapun menghadirinya jika tidak bebarengan dengan acara saya.
jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu
Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..
Kamis, 24 Februari 2011
Taujih Sambut Mukernas PKS 2011
Oleh : Cahyadi Takariawan
Pertama adalah lahan kontribusi. Organisasi dakwah telah mendidik dan menyiapkan banyak kader dengan beragam potensi dan keahlian. Semua potensi dan semua keahlian yang dimiliki para kader sangat bermanfaat bagi organisasi dalam mengelola semua aktivitas dan programnya untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dengan dilibatkannya para kader dalam struktur kepengurusan, telah menjadi lahan berkontribusi yang nyata untuk mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki.
Ada potensi administrasi, ada potensi kepemimpinan, ada potensi manajerial, ada potensi loby, ada potensi ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan, hukum dan lain sebagainya. Keseluruhan potensi tersebut diwadahi dalam bingkai struktur organisasi, menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat sesuai kemampuan, keahlian dan potensi yang dimiliki. Dengan manajemen yang tepat, semua potensi diolah dalam sebuah orkestra kepengurusan yang harmonis, sehingga menghasilkan simponi yang indah, teratur, berirama dan terarah.
Orkestra bisa kacau, atau menghasilkan lagu yang tidak enak didengar, sumbang dan tidak serasi, karena ada bagian dari pemain orkestra yang tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Mengapa tidak melaksanakan tugas dengan baik? Bisa jadi karena tidak sesuai kemampuan dan keahliannya. Ahli gitar yang diminta memainkan biola tentu tidak akan menghasilkan harmoni yang tepat. Bisa jadi pula karena kualitas dan integritas pribadi yang bersangkutan, yang tidak memiliki kemampuan untuk bekerja dalam tim, atau tidak memiliki obsesi serta cita-cita kemajuan dan perbaikan. Dia tidak peduli kalau konser orkestra tersebut berantakan dan tidak sukses.
Apa makna menjadi pengurus organisasi dakwah bagi para kader? Tentu sangat banyak maknanya, namun saya mengajak anda melihat dari dua aspek ini saja: lahan kontribusi dan lahan kaderisasi. Dua makna penting yang harus menjadi cara pandang kita dalam kehidupan berstruktur atau berorganisasi dakwah.
Pertama adalah lahan kontribusi. Organisasi dakwah telah mendidik dan menyiapkan banyak kader dengan beragam potensi dan keahlian. Semua potensi dan semua keahlian yang dimiliki para kader sangat bermanfaat bagi organisasi dalam mengelola semua aktivitas dan programnya untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dengan dilibatkannya para kader dalam struktur kepengurusan, telah menjadi lahan berkontribusi yang nyata untuk mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki.
Ada potensi administrasi, ada potensi kepemimpinan, ada potensi manajerial, ada potensi loby, ada potensi ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan, hukum dan lain sebagainya. Keseluruhan potensi tersebut diwadahi dalam bingkai struktur organisasi, menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat sesuai kemampuan, keahlian dan potensi yang dimiliki. Dengan manajemen yang tepat, semua potensi diolah dalam sebuah orkestra kepengurusan yang harmonis, sehingga menghasilkan simponi yang indah, teratur, berirama dan terarah.
Orkestra bisa kacau, atau menghasilkan lagu yang tidak enak didengar, sumbang dan tidak serasi, karena ada bagian dari pemain orkestra yang tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Mengapa tidak melaksanakan tugas dengan baik? Bisa jadi karena tidak sesuai kemampuan dan keahliannya. Ahli gitar yang diminta memainkan biola tentu tidak akan menghasilkan harmoni yang tepat. Bisa jadi pula karena kualitas dan integritas pribadi yang bersangkutan, yang tidak memiliki kemampuan untuk bekerja dalam tim, atau tidak memiliki obsesi serta cita-cita kemajuan dan perbaikan. Dia tidak peduli kalau konser orkestra tersebut berantakan dan tidak sukses.
Sambutan Sri Sultan pada Pembukaan Mukernas PKS
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh,
Yang saya hormati Ketua Majlis Syuro PKS,
Yang saya hormati Presiden PKS beserta pengurus DPP,
Yang saya hormati Ketua dan Pengurus DPW PKS se-Indonesia,
Para kader, para simpatisan PKS yang saya hormati bapak-bapak ibu-ibu hadirin segenap peserta mukernas PKS yang militan.
Marilah kita tundukan kepala dan tengadahkan tangan seraya mengucap puji syukur ke hadirat Allah SWT karena hanya atas izinNya jualah kita bisa bertatap muka dan berdialog dalam acara pembukaan mukernas PKS malam hari ini.
Dengan memilih Yogyakarta sebagai ajang mukernasnya menunjukkan bahwa PKS telah berbuat untuk Yogyakarta, dengan turut menggerakkan pariwisata Yogyakarta yang berbasis kerakyatan. Karena kebanyakan peserta mukernas mungkin menginap di rumah penduduk atau di hotel-hotel melati, maka dampaknya langsung dirasakan oleh UKM yang bergerak di sektor penginapan, jasa kuliner, pasar tradisional, atau warung-warung dan art shop kecil yang menjual kaos atau cinderamata khas Yogyakarta.
Dengan skala nasional dengan motto “Berbuat untuk Indonesia”, sebagai partai yang menyandang misi keadilan, PKS dalam kiprahnya juga telah menunjukkan kontribusinya yang dibuktikan dengan gigih telah berupaya turut menegakkan keadilan dan kebenaran.
Karena agenda utama PKS adalah menegakkan HAM dan kebebasan beragama, hal ini sungguh tepat untuk meredam kekerasan yang bernuansa agama yang akhir-akhir ini merebak kembali. Karena memang berlaku adil itu lebih dekat dengan taqwa.
PKS: Pemerintah Paranoid Soal Angket
Yogyakarta. PKS masih punya peluru untuk pemerintahan SBY. Setelah membelot, PKS menyebut pemerintah paranoid. Ini terkait hak angket mafia pajak yang gugur semalam.
"Kita menilai sebenarnya pemerintah paranoid soal angket," kata Sekjen PKS Anis Matta di sela-sela makan makan bareng tukang becak di Kantor DPW PKS DIY, Jl Gambiran, Yogyakarta, Rabu (23/2/2011).
Menurut Anis, jika hak angket mafia pajak sampai gol, hal itu justru akan menguntungkan pemerintah. Banyak pajak tidak tertagih dan lewat pansus masalah ini akan diselesaikan.
Langganan:
Postingan (Atom)