jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Kamis, 10 Juni 2010

Sejarah Ketentaraan dalam Dunia Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA. Organisasi dan taktik militer menjadi sebuah kekuatan. Pemerintahan pada masa Abbasiyah, memiliki kekuatan itu sebagai penopang eksistensi mereka. Tentunya, selain pencapaian ilmu pengetahuan di berbagai bidang yang melahirkan decak kagum, organisasi dan taktik militer yang saat itu dikembangkan diakui efektivitasnya oleh pihak lain.

Buku Art of War, yang ditulis seorang sarjana bernama Charles Oman, mengungkapkan, dua hal yang membuat orang-orang Islam yang dipanggil dengan sebutan Saracen pada abad ke-10 menjadi musuh berbahaya, adalah jumlah dan kekuatan mesin perang luar biasa. Pengakuan atas kekuatan militer itu, terungkap pula dalam sebuah naskah tentang taktik militer yang dikaitkan pada Raja Leo VI. Ia berkuasa pada 886 hingga 912 Masehi. Menurut dia, dari semua bangsa atau berber, orang-orang Islam adalah yang paling baik dan paling hebat dalam taktik militernya.

Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, militer dibangun dengan mengandalkan pasukan Persia, bukan Arab. Bahkan, pasukan pengawal istana yang menjadi mesin militer terkuat kebanyakan diambil dari pasukan Khurasan. Saat itu, pasukan Arab dibagi menjadi dua divisi, yaitu Arab Utara yang berasal dari Mudhar.

Rahasia di Balik Matematika Shalat

Berapa lamakah kita shalat dalam sehari semalam? Jika setiap rakaat kita perkirakan dua menit, maka dalam sehari-semalam jumlahnya ada 34 menit. Artinya, dalam sehari hanya kita isi sebanyak 2,4 persen dari 1440 menit. Dalam satu minggu, berarti ada 238 menit atau 3,96 jam. Dalam satu bulan, lama shalat kita sebanyak 952 menit atau 15,86 jam. Dan setahun, ada 11.424 menit atau 190,4 jam, yang berarti setara dengan 7,93 hari.

Jika rata-rata usia hidup manusia selama 60 tahun, dan dikurangi dengan 10 tahun masa awal akil baligh (dewasa), maka hanya 50 tahun seseorang melaksanakan shalat dalam hidupnya. Itu berarti, sepanjang hidupnya ia melaksanakan shalat fardlu selama 571.200 menit atau sekitar 9.520 jam, atau 396,7 hari (1,1 tahun).

Bisa dibayangkan, selama hidup, kita hanya butuh waktu untuk shalat fardhu selama 1,1 tahun, atau dalam satu tahun hanya 7,93 hari, atau dalam satu hari hanya 34 menit. Dari sini terlihat betapa jauhnya perbandingan ketaatan kita kepada Allah SWT dengan nikmat yang diberikan-Nya kepada kita dengan nikmat usia.

Sejak 1948, Zionis Tawan 650 Ribu Warga Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA. Menteri tawanan dan pembebasan pemerintah Palestina, Muhamamd Faraj Gul meminta masyarakat internasional mendesak Zionis agar membebaskan tawanan Palestina dari penjara Israel. Gul menjelaskan hal ini saat menerima kunjungan delegasi Mesir, Rabu (9/6).

Ia mengatakan, sejak tahun 1948 hingga saat ini, tak kurang 650 ribu warga Palestina sudah pernah masuk penjara Israel. Jika Nelson Mandela pernah mendekam dalam penjara selama 27 tahun, maka warga Palestina mendekam dalam penjara Israel selama 33 tahun. Kenyataan seperti ini antara lain dialami seorang warga Palestina bernama, Nail Barghutsi.

Dalam kaitan ini, menteri Palestina menganggap kunjungan anggota parlemen Mesir ke Gaza merupakan salah satu upaya untuk menekan pemerintahnya agar membebaskan Gaza dari blokade secara permanen. Ia mengisyaratkan, konvoi penghapus blokade menunjukan adanya gerakan rakyat untuk membebaskan Gaza dari blokade zalim.