jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Senin, 04 Juli 2011

Hikmah Isro' Mi'roj (1)

Ada tiga peristiwa penting yang terjadi sebelum Isra’ Mi’raj. Tiga peristiwa itulah yang dipandang oleh para ulama’ menjadi latar belakang untuk mendudukkan Isra’ Mi’raj sebagai tasliyah (pelipur lara) bagi Rasulullah SAW. Diantaranya adalah wafatnya Khadijah r.a.

Kematian Khadijah adalah duka bagi Rasulullah. Duka yang mendalam. Bahkan kalaupun tidak ada dua peristiwa lainnya, wafatnya ummul mukminin ini saja sudah cukup menjadi alasan untuk menamakan tahun kesepuluh kenabian itu sebagai amul huzni (tahun kesedihan, tahun duka cita).

Sebagian ulama mencatat 7 predikat pertama yang dihimpun Khadijah; orang pertama yang beriman kepada Nabi, orang pertama yang shalat bersama Nabi, orang pertama yang mendapat salam Ilahi, wanita pertama yang memberi keturunan kepada Nabi, wanita pertama yang masuk kategori shiddiq, wanita pertama yang mengorbankan hartanya di jalan Ilahi, dan orang pertama yang kuburannya disiapkan Nabi.

At Ta’shil At Tarbawi

Sering sekali kita mempertentangkan antara ta’shil (upaya kembali kepada ashalah atau keorisinilan) dengan tathwir (upaya pengembangan). Seakan dua hal itu adalah dua kutub yang selalu bersebarangan dan berlawanan. Hal ini terjadi dalam segala hal; dalam masalah makanan, tempat tinggal, pakaian, pendidikan, kebudayaan, dan lain sebagainya.

Dalam tataran da’wah dan tarbiyah, pertentangan dua hal itu seringkali juga terbawa-bawa. Bahkan terkadang membentuk dua arus yang saling berhadapan, istilah arabnyawajhani mu-tadhaddzani (dua wajah saling berhadapan). Repotnya lagi terkadang hal ini berdampak kepada munculnya dua kubu yang tidak bisa bertemu. Kubu pengusung panji ashalah dan kubu pendukung tathawwur. Lebih berbahaya lagi kalau masing-masing kubu itu berusaha membangun jaringan pengikut fanatik, dan masing-masing pihak mengklaim bahwa dirinyalah yang berada dalam pihak kebenaran, sementara pihak satunya telah berada pada kesalahan. Pendukung panji ashalah mengatakan bahwa para pendukung tathawwur adalah orang-orang yang telah inhiraf (menyimpang) dari al khath al mustaqim (garis lurus dan istiqamah). Sehingga tidak layak mereka membangun jaringan pengikut, pendukung dan klaim tarbiyah dan da’wah. Sementara kubu tathawwur mengatakan bahwa para pengusung panji ashalah adalah orang-orang yang jumud (kaku) dan tidak bisa muwakabatuz-zaman (mengikuti perkembangan zaman), apa-lagi men-saitharah-inya (menguasainya).

Kasus seperti ini telah benar-benar terjadi di salah satu negeri muslim, dan bisa saja terjadi di negeri-negeri lainnya, jika tidak segera diambil langkah-langkah antisipasi, baik dalam tataran tashawwurat (persepsi), mafhum (konsepsi), dan khuthuwat ‘amaliyah (langkah-langkah operasional).

Beberapa Perkara Terkait Bulan Sya'ban

 
Oleh: Abdullah Haidir, Lc
Ketua Majelis Pertimbangan Wilayah (MPW) DPW PKS Arab Saudi

Tentang Bulan Sya'ban


* Bulan Sya'ban adalah bulan ke 8 dalam penanggalan Hijriah. Terletak antara dua bulan yang mulia, yaitu Rajab dan Ramadan. Karenanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda ketika ditanya tentang bulan Sya'ban,

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاس عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ


"Inilah bulan yang sering disepelekan orang, terdapat antara Rajab dan Ramadan."
(HR. Ahmad dan Nasa'i, dinyatakan hasan oleh Al-Albany dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, 1898)

Keistimewaan Bulan Sya'ban dan Puasa Di Dalamnya

* Keistimewaan bulan Sya'ban, dinyatakan dalam kelanjutan hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di atas;