Selasa (11/11/2008), anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah, Ustadz Mahmud Mahfudz adakan Reses tahap ke-3 di RM. Pondok Dhahar Nusantara, Solo Baru, Grogol, Sukoharjo. Acara tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat se-kabupaten sukoharjo.
jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu
Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..
Selasa, 11 November 2008
Fachry Ali Nilai PKS Punya Imajinasi
Jakarta, (ANTARA News). Pengamat politik Fachry Ali menilai Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sudah mulai memiliki imajinasi politik dengan memunculkan mantan Presiden Alm. HM Soeharto dalam iklannya.
"Langkah PKS ini mengejutkan, karena ia mulai punya imajinasi. Dalam artian tidak lagi terkungkung sebagai partai Islam yang memilih-milih teman," katanya di Jakarta, Selasa, ketika ditanya soal iklan PKS yang memunculkan tokoh Soeharto.
Menurut dia, dengan iklan tersebut PKS sudah mulai mengambil peran seakan-akan dia merupakan warisan paling sah anak bangsa.
Dengan merangkum seluruh tokoh nasional dari Soekarno, Soeharto hingga Ahmad Dahlan, PKS ingin mengatakan bahwa dia sekarang bukan hanya parti Islam tetapi sudah lebih terbuka dan nasionalis, katanya.
"Ini mengejutkan, meskipun dampatknya, sebenarnya mereka berjudi juga, tapi mereka melakukan perluasan pasar," katanya.
Kenapa Takut Iklan PKS ?
INILAH.COM, Jakarta. Siapa sebenarnya pemilik KH Hasyim Asyari dan KH Ahmad Dahlan? Jika dia tokoh nasional, kenapa Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dilarang menampilkan dan memujinya? “Mereka bukan milik satu golongan saja,” kata Anis Matta.
Empat tahun lalu, situasi politik Indonesia hampir sama panasnya dengan saat ini. Pemilihan Presiden akan berlangsung. Pasangan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi yang diusung PDI Perjuangan menampilkan foto Hasyim Asyari dalam iklan kampanyenya.
Dalam konstelasi politik praktis, Hasyim bukan mewakili parpol mana-mana. Dia Ketua Umum PBNU dan secara struktural tak ada kaitannya dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). PKB sendiri menyodorkan Solahuddin Wahid sebagai calon wapres mendampingi Wiranto yang diusung Partai Golar.
Keluarga Hasyim Asyari marah karena Mega-Muzadi mengusung foto Hasyim Asyari. KH Yusuf Hasyim, salah satu putra pendiri NU itu bahkan mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, itu menuntut ganti rugi materiil Rp 500 juta dan immateriil Rp 9 miliar.
Hingga kini, tak jelas bagaimana kelanjutan laporan tersebut. Pun, secara legal, pasangan Mega-Hasyim juga tak pernah membayarkan ganti rugi sebesar yang dituntut Pak Ud, panggilan akrab Yusuf Hasyim.
Bukan berarti persoalannya sudah selesai. Pertanyaannya adalah Hasyim Asyari punya siapa? Pertanyaan serupa kembali membuncah saat Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengudarakan iklan mereka seputar peringatan Sumpah Pemuda belum lama ini.
PKS menampilkan Hasyim Asyari, Ahmad Dahlan, dan proklamator Soekarno. “Jelas, itu iklan politik PKS. Iklan itu akan berpengaruh kepada pemilih yang berasal dari NU, Muhammadiyah dan nasionalis,” kata pakar komunikasi politik UI, Dedi Nur Hidayat.
Keyakinan serupa juga diakui pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang, KH Solahuddin Wahid. Cucu Hasyim Asyari itu berpendapat, tidak mungkin PKS menampilkan iklan tersebut tanpa tendensi politik. “Tidak mungkin PKS tidak bertendensi politik. PKS kan partai politik,” katanya.
Lain lagi reaksi dari kalangan Muhammadiyah. Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsudin menilai iklan PKS tidak etis. “Iklan itu sebenarnya tidak etis. Walaupun KH Ahmad Dahlan adalah milik ummat dan bangsa sebagai pahlawan nasional, dia juga adalah pendiri dan tidak bisa dilupakan dari Muhammadiyah,” kata Din.
Hasyim Asyari, Ahmad Dahlan dan Bung Karno adalah pahlawan nasional milik bangsa ini. Argumen ini pula yang meyakini PKS untuk memasang gambar tiga tokoh kemerdekaan tersebut.
“Harusnya masyarakat NU merasa bangga. Sebagai generasi baru, kami memberikan apresiasi kepada guru bangsa,” ujar Sekjen PKS, Anis Matta.
Karena itu, PKS pun tak berniat mencabut iklan tersebut, sebagaimana desakan sejumlah tokoh NU. “Tak ada rencana kita mencabut iklan itu. Iklan itu tujuannya untuk mengangkat nilai kepemimpinan di mata masyarakat,” tambah Anis.
Dalam pandangan Sosiolog Islam dan Guru Besar IAIN Sumut, Nur Ahmad Fadhil Lubis, sikap penolakan yang ditunjukkan NU dan Muhammadiyah bahkan bisa berbahaya buat Hasyim Asyari dan Ahmad Dahlan. Sikap itu, menurutnya, bisa dibaca pula sebagai upaya memperkecil ketokohan Ahmad Dahlan karena dianggap semata hanya milik warga Muhammadiyah.
Dalam kaitan Muhammadiyah, penyesalan yang disampaikan Din Syamsuddin juga bisa merugikan organisasi umat itu. “Muhammadiyah seolah-olah terjebak dengan perbuatan yang selama ini selalu dihindarinya, yakni pengkultusan terhadap seseorang,” katanya.
Jika saja keberatan Din karena iklan PKS dianggap sebagai iklan politik, tidak pulakah langkah Ketua Umum PP Muhammadiyah itu bisa dibaca sebagai langkah politik. Pasalnya, Din pun bakal maju ke panggung politik 2009. Tidakkah majunya Din bakal menyeret-nyeret warga Muhammadiyah, sebuah organisasi nonpolitik, yang dipimpinnya ke wilayah politik?
Maka, tidaklah bisa dipungkiri pula, bahwa keberatan yang dilakukan orang-perorang di NU dan Muhammadiyah adalah keberatan politis pula. Artinya, muncul ketakutan-ketakutan bahwa pengaruh PKS sebagai sebuah parpol terhadap warga mereka yang nantinya diniatkan menjadi komoditas politik pula.
Lalu, kalau orang-orang NU bisa memanfaatkan Hasyim Asyari sebagai pendiri NU, kenapa PKS tak bisa dalam kapasitas ulama itu sebagai tokoh nasional? Jika orang-orang Muhammadiyah bisa mendompleng Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah, kenapa PKS tak bisa dalam kapasitas tokoh karismatik itu sebagai figur milik nasional?
Jatim Punya Gubernur Baru
Kemenangan KarSa Buktikan Quick Count Tak Selalu Tepat
Budi Hartadi - detikSurabaya
Pakde Karwo dan keluarga/detiksurabaya
Surabaya. Hasil penghitungan cepat atau quick count perolehan suara Pilgub Jatim putaran kedua yang dilakukan tiga lembaga survei benar-benar di luar prediksi.
Jika pada penghitungan cepat, 4 November lalu pasangan Khofifah-Mudjiono (KaJi) berhasil mengungguli Soekarwo-Saifullah Yusuf (KarSa) dengan selisih suara antara 1-2 persen.
Dari penghitungan cepat yang dilakukan Lembaga Survey Indonesia (LSI), pasangan
KaJi memperoleh suara sebanyak 50, 44 persen, dan KarSa mendapat 49,56 persen.
Sedangkan versi Lingkaran Survei Nasional yang mereka lakukan di 400 TPS di seluruh Jatim, KaJi meraup 50,76 persen dan KarSa meraih 49,24 persen.
Disusul Lembaga Survei Nasional (LSN) yang menyatakan pasangan KaJi memperoleh
50,71 persen, sedangan KarSa selisih tipis dengan memperoleh 49,29 persen.
Sayangnya, semua penghitungan cepat yang dilakukan oleh tiga lembaga survei gugur begitu saja. Karena dari hasil rekapitulasi suara secara manual yang dilakukan KPUD Jatim, hasilnya justru bertolak belakang.
Pasangan KarSa yang diusung oleh Partai Demokrat, PAN dan PKS berhasil mengungguli KaJi dengan perolehan suara yang cukup tipis. KarSa mendulang 7.729.944 (50,20%). Sedangkan pasangan KaJi hanya mendapatkan suara sebanyak 7.669.721 (49,80%).
Dengan hasil resmi penghitungan suara KPUD Jatim yang dilakukan di Hotel Mercure Grand Mirama, Selasa (11/11/2008) itu, maka pasangan KarSa tampil sebagai pemenang dalam Pilgub Jatim putaran kedua dengan perolehan suara yang hanya selisih 60.223 suara dari KaJi.
"Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh warga Jatim. Mari bersama-sama mewujudkan Jatim yang makmur, sejahtera dan maju. Ini adalah kemenangan rakyat Jatim semuanya," katanya saat ditemui di Posko KarSa di Jalan Comal, Surabaya.
Perhitungan KPU Jatim: Karsa Menang Tipis Atas Kaji
SURABAYA. Perhitungan manual Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Timur atas pilkada putaran kedua akhirnya selesai. Pasangan Soekarno-Saifullah Yusuf akhirnya terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur.
Dari perhitungan manual KPUD pasangan nomor urut 1 Khofifah-Mujiono (Kaji) mendapatkan 7.699.721 suara, sedangkan pasangan nomor urut 5 yaitu Soekarno-Saifullah Yusuf (Karsa) mendapatkan 7.729.944 suara.
Sementara total suara sah sebanyak 15.399.665, sedangkan suara tidak sah sebanyak 506.343 suara.
"Alhamdulillah perhitungan suara KPU berjalan lancar. Semua keberatan dengan hasil pilkada bisa disampaikan lewat mekanisme hukum," kata Ketua KPUD Jawa Timur Wahyudi Purnomo di Hotel Mercure, Jalan Darmo, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (11/11/2008) .
Dalam proses perhitungan suara, sempat terjadi interupsi beberapa kali dari Ketua Tim Sukses Kaji Mirdasy. Interupsi tersebut dilakukan saat beberapa KPU Kabupaten di Madura membacakan hasil suara.
Protes dipicu karena di salah satu TPS di Madura, Kaji sama sekali tidak mendapatkan suara, begitu juga dengan suara tidak sah. Seluruh suara memilih Karsa. "Ini tidak mungkin. Masak tidak ada yang memilih Kaji," katanya.
Dari perhitungan manual KPUD pasangan nomor urut 1 Khofifah-Mujiono (Kaji) mendapatkan 7.699.721 suara, sedangkan pasangan nomor urut 5 yaitu Soekarno-Saifullah Yusuf (Karsa) mendapatkan 7.729.944 suara.
Sementara total suara sah sebanyak 15.399.665, sedangkan suara tidak sah sebanyak 506.343 suara.
"Alhamdulillah perhitungan suara KPU berjalan lancar. Semua keberatan dengan hasil pilkada bisa disampaikan lewat mekanisme hukum," kata Ketua KPUD Jawa Timur Wahyudi Purnomo di Hotel Mercure, Jalan Darmo, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (11/11/2008) .
Dalam proses perhitungan suara, sempat terjadi interupsi beberapa kali dari Ketua Tim Sukses Kaji Mirdasy. Interupsi tersebut dilakukan saat beberapa KPU Kabupaten di Madura membacakan hasil suara.
Protes dipicu karena di salah satu TPS di Madura, Kaji sama sekali tidak mendapatkan suara, begitu juga dengan suara tidak sah. Seluruh suara memilih Karsa. "Ini tidak mungkin. Masak tidak ada yang memilih Kaji," katanya.
Pak Harto di Iklan PKS Bukan untuk Nostalgia
Jakarta, myRMnews. Iklan politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) seri Hari Pahlawan memang menuai kontroversi.
Adalah wajah penguasa Orde Baru Soeharto yang menjadi pangkal.
Betapa tidak, dalam iklan politik PKS yang tayang di sejumlah tv swasta nasional itu, Soeharto tampil sekilas dalam deretan tokoh-tokoh bangsa dan sejumlah pahlawan nasional.
Ada Bung Karno dan Bung Hatta sebagai Proklamator, ada juga Bung Tomo, M. Natsir, Jendral Soedirman hingga pendiri NU KH Hasyim Asyari dan Kiai Ahmad Dahlan, tokoh Muhammadiyah. Semua "diklaim" dalam iklan PKS tersebut sebagai guru bangsa dan pahlawan nasional.
"Kami tidak sengaja men-setting atau menggiring publik untuk bernostalgia. Tidak!" tegas konsultan komunikasi politik FastComm, Ipang Wahid dalam perbincangan dengan myRMnews, siang ini.
Menurut ponakan Gus Dur ini, iklan PKS seri Hari Pahlawan merupakan rangkaian iklan 100 tahun Kebangkitan Nasional.
"Iklan itu tidak mengasosiasikan PKS dengan tokoh tertentu, justru PKS hanya kampanye nilai kepahlawanan, kepemudaan, persatuan secara konsisten sejak awal," tandas Ipang.
Dijelaskan pula bahwa gambar-gambar itu adalah fakta sejarah bahwa mereka memang pernah berpengaruh dan memberi contoh dalam benak kita, yang baik kita ikut dan yang buruk kita tinggalkan.
"Soeharto dan semuanya sudah meninggal, kita tidak bisa dapat apa-apa kecuali pelajaran sebagai guru dan pahlawan bangsa," pungkas putra dari Pengasuh Ponpes Tebu Ireng, Solahuddin Wahid ini.
Tifatul Tak Samakan Soeharto dengan Pahlawan
Jakarta, myRMnews. Layak atau tidak pemberian gelar pahlawan bagi mantan Presiden RI Soeharto merupakan kewenangan pemerintah.
Demikian ditegaskan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring kepada myRMnews, Senin (10/11), di Jakarta.
Ia menyatakan bahwa partai yang dipimpinnya tidak memiliki kewenangan untuk memberikan gelar pahlawan kepada siapapun.
"Sebab yang menentukan adalah pemerintah. PKS akan ikuti pemerintah," kata dia.
Meskipun PKS dalam iklannya menampilkan sosok Soeharto bersama Soekarno, bukan berarti PKS telah menganggap Soeharto sebagai pahlawan nasional.
Dalam iklan tersebut, tertulis "Mereka Sudah Berbuat Dengan Apa Yang Mereka Kerjakan".
"Bukan berarti Soeharto pahlawan nasional. PKS tidak ingin menganggap Soeharto sebagai pahlawan nasional," ujarnya.
Begitu juga dengan gambar Bung Tomo dan Jenderal Sudirman, PKS menilai keduanya telah berkorban dengan apa yang mereka punya. Tak jauh beda, gambar KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Azhari.
Qunut Nazilah bagi Amrozy, Imam Samudra, dan Ustad Mukhlas
Sore tadi air mataku meleleh lagi saat rakaat terakhir sholat ‘Ashar di masjid yang di imami pamanku. Air mata itu meleleh saat dibacakan doa Qunut Nazilah bagi ketiga Syuhada’ Indonesia agar amalan mereka diterima Alloh dan agar para Mujahidin diseluruh dunia diberi kekuatan dalam memerangi musuh Islam dan diberi kekuatan dalam memerangi orang-orang yang memusuhi Amrozy, Imam Samudra dan Ustad Muklas.
Sehari sebelumnya pula di desa Tenggulun itu air mataku juga beberapa kali mengalir saat sholat2 rawatib setelah imam membacakan qunut nazilah dan melaknat para pembunuh trio Mujahid Indonesia tersebut. Siangnya ribuan orang juga meneteskan air mata saat jenazah akan sampai ke rumah Kafilah Syuhada karena mereka melihat tiga burung besar yang terbang mengitari rumah Al Akh Amrozy dan Ustad Muklas selama beberapa menit kemudian satu burung terbang ke arah barat dan dua burung lainnya terbang ke arah timur. Para pentakziah meneriakkan takbir dan menangis haru melihat para burung yang mengiringi dan menyambut jenazah Syuhada tersebut. Saya yang saat itu memegang HD camcorder pun tak kuasa menitikkan air mata dan bertakbir lirih sambil terus merekam kejadian itu pada camcorder yang kupegang. Kamudian beberapa saat sebelum dua ambulan pembawa jenazah masuk ke jalan depan rumah Kafilah Syuhada’ tersebut tiba-tiba langit yang saat itu terang benderang dan suasana sangat panas tiba-tiba berubah menjadi mendung dan sejuk, kejadian ini juga terekam pada camcorder ditanganku. Masya Alloh , Subhanalloh, inikah bukti Alloh menunjukkan kesyahidan mereka? belum lagi setelah melihat wajah Akh Amrozy dan Ustad Muklas yang tersenyum damai, mataku ini kembali berair.
Semua kejadian itu pun juga diabadikan para wartawan dari dalam dan luar negri, kecuali yang didalam rumah tentu, namun bagi orang kafir dan yang tertutup hatinya kejadian2 tersebut tidak membuktikan apa-apa, karena tentu saja orang kafir kan tertutup mata hatinya.
Ah, kepada saudaraku Al Akh Abdul Aziz al Akh Imam Samudra al Akh Qudama Al Akh Abu Umar, aku begitu menyesal kenapa hanya mengenalmu dalam waktu yang tidak lama, sampai sekarang aku masih teringat-ingat pesan-pesanmu untuk amalan sunah sehari-hari.
Selamat jalan Ustadku, saudaraku dan kawan bercandaku, kami teruskan perjuanganmu Insya Alloh.
Ya Alloh jadikan kami seperti mereka, pejuang-pejuangMU.
Amin.
(Sumber : narakushutdown.wordpress.com)
Anis Matta: Negeri Ini Banyak Bocornya
PK-Sejahtera Online. Sekretaris Jendral DPP Partai Keadilan Sejahtera Anis Matta melakukan kunjungan daerah ke selayar. Anis Matta beserta rombongan berada diselayar selama dua hari sejak Kamis hingga Jumat. Ini merupakan road show Anis Matta untuk mensosialisasikan diri sebagai calon anggota legislative DPR RI daerah pemilihan (DAPIL) 1 sulsel.
Anis melakukan dialog didepan 500 warga dan tokoh masyarakat selayar di gedung PKK Selaya. Hadir juga beberapa veteran, kepala desa, kepala dusun,tokoh pemuda, amir jamaah tabligh, komunitas tani dan nelayan dan ketua badan permusyawaratan desa sedaratan selayar.
Dalam dialog tersebut anis menyampaikan bahwa di negeri ini sudah terlalu banyak kebocoran yang terjadi dan harus segera ditambal. Salah satu kebocoran itu adalah korupsi. “Jadi jika Negara ini ingin maju maka korupsi harus bersama-sama kita perangi” tambahnya
Anis menyampaikan bahwa di Partai Keadilan Sejahtera antara tahun 2007-2008 aleg DPR RI PKS telah mengembalikan dana suap ke Negara sebesar kurang lebih 2 milyar. Dari sini KPK mendapatkan informasi dan dapat melakukan penyelidikan terkait aliran dana yang mencurigakan
“Untuk bisa membebaskan negeri ini dari keterpurukan, maka diperlukan 3 aspek yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin ataupun penyelenggara negara, yaitu Bersih, Peduli dan Profesional”, jelasnya. Anis menambahkan “Pemimpin ataupun pejabat publik harus Bersih dari keinginan untuk memperkaya diri sendiri, Peduli terhadap kesejahteraan rakyatnya serta Profesional dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat”. (PKS Sulsel)
Langkah Berani PKS
PK-Sejahtera Online. PKS ini partai yang pintar dan cerdik. Pada pemilu 1999 dengan nama Partai Keadilan, lulus electoral threshold pun tidak. Tapi pada pemilu 2004 dengan nama baru Partai Keadilan Sejahtera bisa langsung menjadi partai papan tengah. PKS selalu menyuarakan keadilan dan kejujuran, kekuatan ini ternyata mampu membius konstituen pada pilkada Jawa Barat.
PKS Brebes Online: ANDA mau jadi calon presiden? Bergabunglah ke PKS. Kalimat ini sepertinya iklan dari PKS. Maksudnya begini, kalau mau jadi calon saja maka kesempatan terbesar ada di PKS. Partai Keadilan Sejahtera baru saja mengumumkan delapan kandidat calon presidennya. Sementara parpol lainnya hanya mencalonkan satu, bahkan ada yang belum berani mengumumkan capresnya, menunggu hasil pemilu legislatif katanya. Wah masih lama sekali pak!
Langkah PKS ini dikatakan banyak orang langkah berani, agak nekat, karena PKS baru sekelas partai papan tengah. Tapi ya syah-syah saja, namanya strategi partai. Dari delapan calon tadi terlihat hanya ada beberapa orang yang sudah populer dikalangan masyarakat. Hidayat Nur Wahid misalnya, sudah mulai dikenal, memiliki elektabilitas yang lumayan bagus, Tifatul Sembiring yang sudah jadi presiden sebelum pilpres (maksudnya Presiden PKS) juga mulai terkenal. Tapi yang lainnya? Wah belum tahu itu siapa pak, jawab beberapa rekan yang ditanya penulis.
Terus bagaimana ini PKS? Penulis setelah mengamati delapan calon tadi, melihat ada nama yang menarik perhatian yaitu Prof Irwan Prayitno, Ketua Komisi X DPR, anggota dewan Syuro PKS. Tertarik karena tidak saja ada kaitan dengan penulis, namanya sama yaitu Prayitno. Masih keluarga? Bukan, hanya kebetulan ada kesamaan nama. Irwan Prayitno mengemukakan beberapa hal yang menarik. Dikatakannya bahwa sebenarnya Majelis Syuro bukan memilih capres-cawapres, tapi memilih calon pemimpin nasional. Di PKS, setiap kader harus siap untuk jadi pemimpin, ditingkat lokal maupun nasional, didalam atau diluar partai. Prayitno yang satu ini merasa bangga karena PKS berani mencalonkan kader-kadernya sendiri. Jika nanti masyarakat tidak menerimanya, masalahnya ya lain. Ya jelas begitu menurut penulis.
“Kalaupun dinilai tidak pantas, namun rakyat menghendaki maka bisa jadi pemimpin. Bagi calon yang tidak popular, kalau dikerjakan dengan baik bisa jadi popular katanya”. Ini kalimat bagus, bahwa pilpres kuncinya rakyat, tapi calon harus populer. Program utamanya adalah memajukan pendidikan, negara tidak akan maju kalau rakyatnya tidak pintar. Benar juga ya. Ungkapan Prayitno tersebut menarik dan perlu diwaspadai oleh para kandidat parpol lainnya, karena ini ungkapan dari seorang yang mempunyai gelar kesarjanaan dibidang psikologi, manajemen SDM dan HRD.
Mendekati pemilu dan pilpres 2009, semakin banyak yang berambisi jadi pimpinan nasional. Kebanyakan orang mencalonkan diri sebagai capres karena merasa pantas dan mampu. Belum ada yang mencalonkan diri sebagai cawapres. Mungkin perhitungannya kalau tidak jadi presiden, syukur-syukur terkenal dan ada capres yang memintanya jadi cawapres.
PKS ini partai yang pintar dan cerdik. Pada pemilu 1999 dengan nama Partai Keadilan, lulus electoral threshold pun tidak. Tapi pada pemilu 2004 dengan nama baru Partai Keadilan Sejahtera bisa langsung menjadi partai papan tengah. PKS selalu menyuarakan keadilan dan kejujuran, kekuatan ini ternyata mampu membius konstituen pada pilkada Jawa Barat. Pasangan HADE (Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf) mampu menumbangkan dua pasangan kaliber berat Agum Gumelar-Nu’man Abdulhakim dan Danny Setiawan-Iwan Sulanjana.
Apa resepnya? Pertama HADE maju dengan memberi beberapa harapan kepada rakyat Jabar, perubahan, modalnya kejujuran, belum terkontaminasi birokrasi. Heryawan hanya anggota DPRD DKI, Dede Yusuf artis yang bergabung di PAN. Kalau dibandingkan lawannya keduanya jelas kalah kelas. Agum adalah purnawirawan jenderal, pengalamannya banyak dan berbobot, pasangannya Nu’man incumbent wagub Jabar, Danny Setiawan incumbent Gubernur Jabar, Iwan Sulanjana purnawirawan Mayor Jenderal. Tapi kenyataannya jago PKS ini yang menang.
Maka jadilah Heryawan dan Dede Yusuf penguasa di Jawa Barat. Hal ini membuktikan dalam pemilihan pemimpin secara langsung belum tentu yang hebat akan menang. Pasangan HADE hanya didukung 16,77% suara gabungan PKS-PAN pada pemilu 2004. Keduanya tampil polos, sederhana, orang muda yang siap mengabdi, itu kira-kira konsepnya.
Sebagai parpol berbasis Islam foto kampanye keduanya bahkan tanpa memakai peci, lain dengan pesaingnya yg pakai peci. Keduanya tampil beda, sebagai calon yang berumur baru sekitar 41 tahun, bahasanya tidak tinggi-tinggi, bahasa yang mudah dimengerti konstituen. Janji keduanya menyentuh hati rakyat.
Inilah kira-kira yang disoroti oleh Prof Prayitno, belum tentu pasangan kuat akan menang, yang memilih bukan parpol tapi rakyat. Pada pilpres 2004 konstituen tidak bisa dikendalikan oleh jejaring partai. Partai raksasa Golkar dan raksasa lainnya PDIP tumbang. Maka menanglah SBY jadi presiden. Tapi, ada suatu hal yang sangat perlu disadari, bahwa pemerintahan akan kuat apabila didukung oleh suara mayoritas di DPR, demokrasi kini bukan musyawarah untuk mufakat tapi demokrasi voting. Kalau hanya popular dan jadi pemimpin nasional tetapi tidak didukung partai atau koalisi partai yang kuat, sebuah pemerintahan jelas akan “gamang”.
Itulah sedikit gambaran langkah berani dari PKS, berani segala-galanya, pada pilkada DKI, PKS berani maju sendiri. Kalau tidak terlalu percaya diri ada kemungkinan cagub PKS Adang Darajatun yang saat itu dikeroyok rame-rame akan menang. Kini, dengan RUU Pilpres yang mensyaratkan dukungan capres 20 persen kursi di parlemen atau 25 suara sah secara nasional, PKS akan menjadi salah satu partai penentu. Adanya tawaran koalisi dengan PDIP seharusnya menjadi pilihannya yang terbaik.
Pada Pilpres 2009 kelihatannya akan terbagi menjadi tiga kubu, kubu pendukung SBY, kubu oposisi (Mega) dan kubu alternatif. PKS sebaiknya jangan terlalu percaya diri dan berspekulasi kekubu alternatif. Dari beberapa hasil survei, perolehan suaranya kurang kuat.Walau survei hanya persepsi publik, dengan metodanya yang benar bisa dipakai sebagai pegangan. Jangan terjebak dalam analisa beberapa hasil pilkada, ada perbedaan prinsip antara pilkada dengan pilpres. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang “unpredictable” dan politik bergerak sangat dinamis. Ilmu golf kiranya dapat dipakai, course management, tidak emosi, percaya diri, perhitungan matang, jangan mengambil risiko, yang terpenting aman, jangan sampai masuk “bunker” .
Selamat kepada para calon presiden dari PKS, ini adalah anugerah kebanggaan yang tidak setiap orang menerimanya. Kalaupun nanti tidak jadi presiden, teman-teman, atau warga sekampung itu, kalau bapak-bapak lewat mereka akan berbisik …mbak, itu dulu calon presiden lho.
(Sumber : Kompasiana.Com)
Ada Apa di Balik Guremnya PKS?
Lalu kenapa media massa seolah hingar-bingar meliput kiprah partai bulan-padi bernomor 8 ini? Padahal PKS partai kecil, gurem, beranggota sedikit, tidak punya kekuatan, tukang koar-koar.
Sejak pemilu 1999, 2004 dan hingga kini 2008, berbagai kalangan media massa, masyarakat luas, bahkan pengamat dari negara asing sudah tahu kalau Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu partai gurem, alias perolehan suaranya tidak pernah melebihi 8%. Tidak ada istimewa dan aneh mengenai status guremnya si bulan kembar pengapit padi itu. Bukan barang baru, biasa saja.
Namun, masyarakat luas semakin cerdas dan tidak terkecoh dengan angka kecil, sebagaimana kecilnya partai bernomor 8 itu. Sebab tidak semua yang berjumlah, berbobot, berukuran atau bernilai angka kecil itu bermakna tidak ada artinya atau tidak ada perannya.
Dengan membaca sejarah orang paham bahwa suatu bangsa, peradaban bahkan wajah dunia seringkali diubah oleh pergerakan yang dirintis oleh satu orang saja, atau segelintir golongan minoritas alias berjumlah kecil.
Contohnya adalah si raja penemu asal AS, Thomas Alva Edison, yang di dunia ini hanya berjumlah satu di antara bermiliar-miliar manusia. Dalam persen, jumlah sosok Thomas Alva Edison ini dibandingkan seluruh miliaran penduduk dunia adalah kurang lebih 0,0000000001%, yakni nyaris “nol” alias tidak ada. Jumlah ini terlampau jauh lebih kecil daripada perolehan suara PKS di pemilu 2004 (sekitar 7%).
Lalu kenapa media massa seolah hingar-bingar meliput kiprah partai bulan-padi bernomor 8 ini? Padahal PKS partai kecil, gurem, beranggota sedikit, tidak punya kekuatan, tukang koar-koar. Fenomena PKS itu bisa dipahami dengan logika sebagaimana kasus Thomas Alva Edison, sang pendiri perusahaan raksasa General Electric.
Edison, yang hanya satu orang di antara miliaran manusia, memiliki tak kurang dari 1.097 temuan yang telah dipatenkan. Dua di antaranya adalah bola lampu listrik dan sistem pendistribusian listrik, yang benar-benar telah mengubah wajah dunia, dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
Edison menjadi buah bibir warga seluruh dunia bukan karena jumlah sosoknya yang hanya sekitar 0,0000000001%, tapi karena prestasi luar biasanya yang berdampak dahsyat dan bermanfaat besar buat orang sejagat.
Abu Awlaadih, onenosed@googlemail.com />
http://inilah.com/berita/citizen-journalism/2008/11/10/60782/ada-apa-di-balik-guremnya-pks/
PKS Partai Gurem Berprestasi Lho
PK-Sejahtera Online. Perolehan suara PKS di 2004 memang sekitar 7%, mungkin itu yang menyebabkan orang memasukkan PKS ke dalam kategori partai gurem, walaupun sebenarnya tidak ada definisi yang jelas tentang partai gurem.
Sebenarnya bagi masyarakat, bukan gurem atau tidaknya, tapi sejauh mana kinerjanya, kepeduliannya dan prestasinya. Kalau ada orang yang meragukan kemampuan PKS (yang katanya partai gurem) berikut adalah fakta-fakta yang akurat tentang kiprah PKS.
1. Penyelamatan uang negara.
Sejak era Partai Keadilan, PKS komitmen dalam memerangi korupsi, miliaran rupiah, bahkan mungkin triliunan uang negara berhasil di selamatkan. Ketika Nurmahmudi Ismail menjadi Menhutbun, korupsi di departemen kehutanan dikikis habis. Sekarang, ketika kasus alih fungsi lahan tanjung api-api mencuat dan menyeret Al Amin beserta anggota DPR lainnya, tidak ada satu pun dari PKS yang dijadikan tersangka atau terdakwa. Kenapa? karena sejak awal uang seperti itu sudah dikembalikan ke kas negara melelui KPK.
2. Hidayat Nur Wahid menjadi ketua MPR.
Melalui pemilihan yang dramatis, HNW (mantan Presiden PKS) akhirnya menjadi ketua MPR. mengalahkan calon kuat lainnya dari partai besar. Ini menjadi sejarah tersendiri karena partai yang perolehannya ‘hanya’ 7 % bisa memimpin parlemen.
3. Terdepan dalam penanganan bencana.
Ketika tsunami melanda aceh, PKS adalah partai yang paling sigap dan terdepan dalam penanganan korban tsunami, begitu juga ketika terjadi bencana di tempat lain.
4. Kemenangan Pilkada.
Masih ingat pilkada DKI Jakarta setahun yang lalu? Pilkada di DKI diikuti oleh dua pasangan calon Fauzi-Priyanto dan Adang-Dani. Fauzi didukung oleh 21 parpol, sementara Adang-Dani oleh PKS sendirian. Bagaimana hasilnya? PKS yang seorang diri berhasil mendulang 42% suara. Mencengangkan!
Di Jawa Barat pun jago PKS berjaya dan berhasil menjadi Gubernur walaupun berhadapan dengan incumbent dan partai besar lainnya. Begitu juga di Sumut, NTB dan tempat lainnya. dari 164 pilkada di Indonesia, 103 sudah dimenangkan. Luar Biasa!
Jadi itulah beberapa fakta tentang ‘partai gurem’ PKS. Mungkin masih banyak fakta yang belum terungkap terkait kinerja dan prestasi PKS, yang paling penting adalah jangan sampai kebencian kita kepada satu kelompok menihilkan kebaikan dan prestasinya.
Aji Samiaji, kelinci_bijak@yahoo.co.id
(http://inilah.com/berita/citizen-journalism/2008/11/06/59996/pks-partai-gurem-berprestasi-lho/)
Langganan:
Postingan (Atom)