jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Kamis, 06 November 2008

Surat Wasiat Jelang Ekseksui Mati Amrozy CS


JAKARTA. Menjelang eksekusi terpidana mati Amrozi, Imam Samudra, dan Muklas, beredar tiga buah surat berbahasa Indonesia, Inggris, dan Arab yang menyerukan umat muslim agar menyatakan perang dan membunuh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Selain menyerukan membunuh SBY dan JK, surat yang diduga dari ketiga terpidana itu juga menyerukan agar pejabat yang mendukung seperti Menkum HAM Andi Mattalatta dan Jaksa Agung Hendarman Supandji ikut dibunuh.
Hal serupa juga harus dilakukan Ketua PBNU Hasyim Muzadi, karena dianggap telah menjual nama NU untuk mendukung eksekusi. Tiga buah surat ini didapatkan okezone, Selasa (4/11/2008), dari sebuah situs www.foznawarabbilkakbah.com yang dipublis sejak Jumat 3 Oktober 2008 lalu.

Berikut isi surat tersebut dalam bahasa Indonesia:

Bismillahirahmanirrahim

Surat pernyataan

Wahai saudara kami kaum Muslimim. Dengan rencana eksekusi terhadap diri kami, kami menyatakan:
1. Kami menyerahkan urusan kami sepenuhnya kepada Allah Rabbul alamin.
2. Haram atas kami menerima dan pasrah atas keputusan hukum thaghut (QS: Annisa
4.00) Dan kami menolak keputusan untuk mengeksekusi kami selama-lamanya.
3. Jika allah ta'ala mentaqdirkan kami harus mati lantaran peluru thaghut, maka
kami tetap tentang perbuatan munkar dan biadad itu, walaupun dengan waktu yang sama kami wajib bersabar atas taqdir Allah Ta'ala.
4. Kepada saudara kami mukminin khususnya kaum mujahidin di manapun berada, wajib
atas kalian menyatakan perang dan membunuh individu-individu yang terlibat eksekusi ini, seperti SBY & JK, Andi Mattalata, Hendarman Supandji, AH Ritonga, seluruh hakim dan jaksa kaum musyrikin, hindu, kafirin Kristen dan munafiqin serta tim eksekutor budak-budak kafir Amerika dan sebagainya.
5. Para pendukung eksekusi seperti Hasyim Muzadi yang menjual nama NU dan munafiqin lainnya, wajib diperangi dan dibunuh, sebagaimana no 4 di atas.
6. Kepada saudara kami kaum mukminin khasnya para mujahidin di manapun berada terutama amir kami dalam jihad, asy-syaikh Usamah bin Ladin dan asy-syaikh Aiman Azh-Zhawahiri dan saudara kami para mujahidin yang berada di Indonesia, kalian wajib menuntut balas darah dengan darah, nyawa dengan nyawa terhadap seluruh pihak yang terlibat membunuh kami, baik mereka masih memegang jabatan maupun tidak. Baik kaum mujahidin berkuasa atau belum berkuasa.
7. Jika seandainya kami dengan taqdir Allah Ta'ala jadi dibunuh oleh polisi thaghut. Insya Allah tetesan darah kami akan menjadi lentera bagi kaum mukminin dalam
melangsungkan jihad dan mengobarkannya dan akan menjadi api pemusnah terhadap orang-orang kafir dan kaum munafiqin.
Doakan kematian kami khusnul khatimah dan syahid fe sabilillah, amin.
Dari kami yang mengharap rahmat Allah, ridha-Nya dan ampunan-Nya.

Muklas, Imam Samudra, Amrozi

LP Batu Nusakambangan

03 Syaban 1429
05 Agustus 2008 M


(Sumber: okezone.com)

DPT Pemilu Legislatif Jateng 26.208.795 orang, 150 KPU Kabupaten/Kota Dilantik


Daftar pemilih tetap (DPT) untuk pemilihan umum (pemilu) legislatif tahun 2009 wilayah Jawa Tengah (Jateng) 26.208.795 pemilih.
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jateng, Ida Budhiati, kemarin, mengungkapkan data itu terhitung per 24 Oktober. ’’Jika dibandingkan dengan DPT pilgub (pemilihan gubernur), ada sedikit peningkatan. Dalam pilgub lalu, DPT 25.855.542 pemilih,’’ ujar dia.
Untuk persiapan pemilu 2009, KPU telah melantik 150 anggota KPU dari 30 kabupaten/kota se-Jawa Tengah di kantor Jalan Veteran Nomor 1A, Semarang, Jumat (24/10). Dari 150 anggota KPU yang dilantik itu, 53 orang merupakan anggota KPU periode sebelumnya.
Pelantikan dilakukan Ketua KPU Ida Budhiati dan dihadiri Wakil Gubernur Rustriningsih, Ketua Panwas Pemilu Jateng Abhan Misbhah, dan para pengurus partai peserta pemilu 2009.
Ida mengemukakan ada empat kabupaten/kota tak ikut pelantikan, yakni KPU Karanganyar, Magelang, Kota Magelang, dan Kota Tegal. Sebab, mereka masih menyelenggarakan pemilihan kepala daerah pekan ini. ’’Keputusan itu berpijak pada UU Nomor 22 Tahun 2007. Sementara KPU Banyumas telah dilantik pada 11 Oktober,’’ kata Ida.
Tugas Menunggu
Dari lima orang per kabupaten/kota, ada sebagian merupakan KPU lama, antara lain dari Kota Semarang, Grobogan, Sukoharjo, Klaten, Wonogiri, Pekalongan, dan Purbalingga. Setelah dilantik, para anggota KPU kabupaten/kota diharapkan segera melakukan konsolidasi antaranggota dan organisasi serta memilih ketua.
Ida menuturkan banyak tugas telah menunggu mereka. Mereka harus membangun komunikasi dengan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan, menyusun daftar calon tetap, mempersiapkan kebutuhan logistik, dan segera menyosialisasikan tahapan pemilu 2009.
Dari 150 pengurus KPU yang dilantik, 31 orang adalah perempuan. Padahal, pada KPU 2003-2008 lalu cuma 26 orang perempuan.
Rustriningsih berpesan seluruh anggota KPU kabupaten/kota yang telah dilantik dapat bertugas secara profesional sesuai dengan peraturan dan memiliki tanggung jawab besar.

http://www.jawatengah.go.id/newsmodeler_myn.php?NEWS=2008102704

Kemenangan Perubahan


SEJARAH berpihak kepada Barack Obama. Setelah dipastikan mengungguli pesaingnya, John McCain, dengan lebih dari separuh suara elektoral dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS), kemarin, Obama akhirnya menjadi presiden kulit hitam pertama di negeri itu.
Kemenangan Obama disambut meriah, tidak saja oleh rakyat Amerika, tetapi juga warga dunia. Itulah untuk pertama kalinya dalam sejarah, dunia menyambut terpilihnya seorang presiden Amerika jauh lebih gegap gempita daripada sebelumnya.
Yang sesungguhnya tengah berlangsung adalah sebuah sambutan atas menangnya perubahan. Perubahan dari kekacauan dan keputusasaan kepada keyakinan dan harapan. Itulah perubahan dari George Walker Bush yang dua kali memimpin masa pemerintahan kepada Obama, yang muda, berwarna, dan melahirkan optimisme.
Terpilihnya Obama juga menghapus salah satu sinisme paling mengakar dalam sejarah Amerika bahwa betapa pun gagasan kesetaraan, antidiskriminasi, dan hak asasi manusia dikhotbahkan setiap saat, tetapi rasialisme tetaplah wajah Amerika yang sejati. Karena, selama Amerika ada, belum pernah terpilih seorang presiden kulit berwarna. Bersama terpilihnya Obama, terhapus sudah salah satu believe system dunia atas standar ganda Amerika.
Pertanyaannya adalah mampukan Obama memenuhi harapan perubahan yang tidak saja menjadi tema kampanyenya, tetapi juga telanjur dipercaya tidak hanya oleh warga Amerika, tetapi juga dunia?
Itu terlalu penting untuk dilupakan, mengingat kekacauan dan kerusakan masif yang permanen telah terjadi akibat sepak terjang George Bush saat mengendalikan imperium Amerika. Kerusakan itu inheren dalam dua perang, yakni di Irak dan Afghanistan, serta porak-porandanya ekonomi Amerika sebagai dampak perang yang kalah dan berimbas kepada perekonomian dunia. Obama dituntut menyelesaikan persoalan-persoalan besar itu.
Terlepas dari pesimisme yang sempat muncul, terkait dengan agenda ekonomi Obama yang dinilai tidak terlalu meyakinkan, kemenangan atas perubahan di Amerika itu patut disambut gembira.
Sebagai simbol perubahan, kita berharap Obama mampu membangkitkan kepercayaan di Amerika sehingga semangat itu akan mengangkat perekonomian negeri yang tengah terpuruk.
Seluruh dunia berkepentingan atas pulihnya perekonomian Amerika. Itu karena memburuknya perekonomian Amerika berdampak buruk terhadap perekonomian dunia. Membaiknya perekonomian Amerika juga berdampak kepada membaiknya perekonomian dunia.
Indonesia juga berkepentingan dengan terpilihnya Obama. Masa kecil Obama di Indonesia dapat menjadi sebuah kesempatan bagi Indonesia dan Amerika untuk meningkatkan kualitas hubungan kedua negara.
Dengan pernah tinggal di Indonesia, Obama diharapkan mampu berempati dan menjalin hubungan bilateral dengan Jakarta, dengan intensitas dan kualitas jauh lebih baik daripada para pemimpin Amerika sebelumnya.
Di sisi lain, para pemimpin Indonesia hendaknya tidak menaruh harapan berlebihan atas terpilihnya Obama. Ia tidak mungkin akan memberikan akomodasi berlebihan atas kepentingan Indonesia, hanya karena pernah tinggal di Jakarta.
Perubahan yang dijanjikan memang masih menunggu untuk dibuktikan. Akan tetapi, Obama telah membius dunia, termasuk Indonesia, bahwa pada dirinya tersimpan harapan bagi terciptanya dunia yang lebih adil dan aman.

http://smsplus.blogspot.com/2008/11/kemenangan-perubahan.html

Sekjen PKS Senang Didukung Jadi Capres


INILAH.COM, Makassar. Sekretaris Jenderal PKS Anis Matta merasa senang atas dukungan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) yang mengusulkan dirinya untuk menjadi capres pada pemilu 2009 mendatang.
"Kalau KAMMI mengusulkan saya menjadi calon presiden itu lebih bagus lagi," kata Anis dengan raut muka berseri-seri, usai berbicara pada Muktamar KAMMI, Kamis (6/11) di Makassar.
Meski dirinya termasuk nominator capres di PKS Anis merasa jika kehadirannya di Muktamar KAMMI karena dianggap sebagai salah satu tokoh yang layak untuk hadir dan berpotensi untuk menjadi pemimpin masa depan.
Sementara itu Steering Comite Muktamar VI KAMMI selaku ketua kebijakan publik KAMMI pusat, Ariyanto Hendrata, mengaku mengundang sejumlah tokoh nasional sejalan dengan tema Muktamar tentang kepemimpinan masa depan.
"Untuk melengkapi fortopolio dalam khasanah wacana kepemimpinan di antara kami mahasiswa. Tentunya kami mengundang tokoh nasional termasuk Anis Matta," jelas Ariyanto.
Ariyanto mengemukakan alasan, mengapa Anis Matta layak didukung, sebab KAMMI melihat sosok ketokohan dalam diri Anis, dan sosok itu memiliki gagasan anak muda. Dan terpenting menurutnya tokoh muda PKS ini dianggap memiliki gagasan besar untuk menyelesaikan permasalahan bangsa dan menjawab tantangan bangsa.
Diungkapkan juga kalau, KAMMI juga telah mengundang tokoh PKS lainnya yang juga sebagai ketua MPR Hidayat Nurwahid. Namun, Hidayat batal ke Makassar.
"Pak Hidayat kita anggap gagal sebagai calon pemimpin masa depan, sebab tidak bisa memegang komitmennya untuk memaparkan visi-misinya dalam menyelesaikan persoalan bangsa ini," tandasnya.

Israel Gelisah Obama Menang


Jakarta, myRMnews. Kemenangan Barack Obama telah menyihir jutaan orang di belahan dunia.
Tapi, mungkin tidak bagi rakyat Israel yang dari awal mengagung-agungkan John McCain sebagai presiden baru Amerika Serikat tersebut. Bukan orang Republikan yang kini berkuasa di Gedung Putih, melainkan kaum Demokrat yang menjadi "jawara"-nya.
Seperti dilansir AP, Kamis (6/11) waktu Jakarta, satu-satunya negara di Timur Tengah yang sedih atas kemenangan Barack Obama adalah Israel.
Negara Yahudi itu melihat John McCain punya sikap yang lebih tegas terhadap Iran. Sebagian besar rakyat Israel diyakini mendukung McCain dengan pertimbangan dia akan dapat berbuat lebih banyak untuk melindungi keamanan negara dari lontaran rudal Iran.
Para pemimpin Israel memang selama ini tidak secara terbuka menyebutkan siapa kandidat yang mereka dukung.
Tetapi, diam-diam mereka menyampaikan keprihatinan terhadap Obama, yang telah membangkitkan kekhawatiran ketika mengatakan dirinya siap berdialog dengan Teheran.

Amerika Sudah Tahap Rasionalitas Tinggi


Bandung, myRMnews. Kemengan Barack Obama dalam Pilpres Amerika Serikat melahirkan semacam ekspektasi bahwa ada pemimpin dunia yang muda dari sebuah negara yang mayoritas berkulit putih.
“Berarti sekarang yang diharapkan dunia itu bukan lagi siapa berasal dari mana tetapi siapa bisa berbuat apa. Terbukti kulit hitam yang di AS merupakan minoritas bisa terpilih menjadi presiden,” kata Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dalam perbincangan santai dengan myRMnews di rumah dinas Pakuan, Jalan Oto Iskandardar Dinata, Bandung, Kamis (6/11).
Dalam penilaian Heryawan, bangsa Amerika sudah berada di tingkat rasionalitas yang tinggi. Presiden yang dipilih bukan semata-mata ego kulit hitam atau kulit putih.
“Tetapi yang dipilih adalah siapa yang bisa memberikan ekspektasi dan siapa yang bisa merealisasikan ekspektasi tersebut,” ujar kader Partai Keadilan Sejahtera ini.
Obama yang pernah tinggal di Indonesia selama empat tahun dan belajar di sekolah dasar di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, memang menjadi ikatan emosional bagi masyarakat Indonesia.
Tetapi ikatan-ikatan tersebut, kata Heryawan, sejatinya bukanlah sebuah ikatan yang menjadi inti. Ikatan itu hanya memperkuat harapan.
“Inti sebenarnya adalah harapan perubahan tentang situasi dunia yang sekarang harus berorientasi pada keadilan. Kita harus menunggu apa yang harus dilakukan Obama sebagai Presiden AS yang baru,” tutur Heryawan.
Obama, kata mantan anggota DPRD Jakarta ini, ditunggu kiprahnya untuk merealisasikan keinginan masyarakat dunia tentang keadilan yang dirusak Amerika Serikat.
“Amerika berperilaku demikian arogan dalam mengatasi atau mengatur urusan-urusan negara di dunia saat ini. Bahkan AS menentukan tata dunia baru dengan standar gandanya,” kata Heryawan.
Ini terutama sangat menonjol dengan pemeritahan George Walker Bush. Amerika menyerang Irak padahal masyarakat Amerika sendiri menentangnya.
“Bush itu kan bebal, sombong, arogan tetap saja melakukan apa yang dia kehendaki,” pungkas Heryawa

Hidayat Harap Obama Ekstradisi Alex Manuputty dari AS


Jakarta. Barack Obama yang terpilih menjadi presiden kulit hitam pertama di Amerika Serikat (AS) diharapkan mengakui kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Obama diharapkan mengekstradisi tokoh separatis Republik Maluku Selatan (RMS) Alex Manuputty yang diberi suaka di AS.
"Saya kira sangat positif kalau Obama menghargai dan menghormati Indonesia dengan tidak melindungi tokoh separatis itu," tegas Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hidayat Nurwahid dalam keterangan tertulis, Rabu (5/11/2008).
Tak hanya ekstradisi tokoh RMS itu, Hidayat juga menegaskan Obama juga harus menghormati NKRI dalam isu Papua Barat, yang pernah dimunculkan Partai Demokrat, tempat Obama bernaung.
Jika presiden yang tak pernah tumbuh dan kembang di Indonesia saja mengakui Indonesia yang berdaulat, imbuh Hidayat, mestinya Obama yang pernah hidup di Indonesia seharusnya menjadi bagian yang menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI.
"Jangan sampai anda malah 'tidak berterima kasih' kepada Indonesia yang telah pernah anda singgahi dengan malah mendukung kebijakan separatisme di Indonesia," jelas politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.
"Siapa tahu dia pernah makan singkong dan jagung di sini. Yang jelas dia juga pernah berhubungan dengan orang Indonesia," imbuh dia.

http://www.pk-sejahtera.org/v2/index.php?op=isi&id=6197

KH Hasyim Asyari Tidak Ada Hak Patennya


Jombang, Pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asyari adalah milik bangsa. Penggunaan sosok tersebut sebagai ikon partai tertentu, akan memperbesar ketokohan sang ulama.
Hal ini dikemukakan sang cucu, Solahudin Wahid, Rabu (5/11/2008), menjawab pertanyaan soal penggunaan sosok Hasyim Asyari dalam iklan Partai Keadilan Sejahtera.
"Kita tidak mempermasalahkan hal tersebut. Sebab, KH Hasyim Asyari adalah milik bangsa, bukan lagi milik golongan," kata Gus Solah, sapaan akrabnya.
Gus Solah membenarkan, sejak gambar kakeknya dijadikan ikon oleh PKS, ia sering mendapat desakan, terutama dari warga NU dan alumnus Ponpes Tebu Ireng. Mereka mendesak Gus Solah untuk melarang penggunaan ikon tersebut. Namun, setelah diberi penjelasan, desakan tak berlanjut.
Sebelumnya, pada pemilu 2004, Bani Asyari sempat marah karena Megawati - Hasyim Muzadi, pasangan capres - cawapres PDI Perjuangan, mengusung foto KH Hasyim Asyari dalam kampanye.
Keluarga Tebu Ireng sempat mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Yusuf Hasyim alias Pak Ud menuntut ganti rugi materiil Rp 500 juta dan immateriil Rp 9 miliar. "Namun upaya itu gagal. Karena memang tidak ada hak patennya," cerita Gus Solah. (Berita Jatim)