jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Minggu, 10 Mei 2009

Pendukung SBY Inginkan Cawapres Dari Parpol


Jakarta (ANTARA News). Sejumlah partai politik pendukung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menginginkan agar calon wakil presiden (cawapres) yang akan mendampingi SBY berasal dari kalangan parpol.

"DPP PPP mengusulkan cawapres diusung dari parpol pendukung koalisi," kata Suryadharma Ali seusai memimpin rapat konsultasi DPP dan DPW PPP di salah satu hotel berbintang di Jakarta, Minggu.

Suryadharma berharap agar SBY meminang cawapres dari kalangan partai pendukung koalisi dan bukan sosok profesional yang tidak memiliki dukungan politis sama sekali.

Sebelumnya, isu yang berkembang menyebutkan bahwa SBY bakal mengambil tokoh profesional sebagai calon pendamping dan salah satu kandidat untuk itu adalah Gubernur Bank Indonesia (BI) Boediono.

Pilihan terhadap tokoh profesional sebagai cawapres pendamping SBY itu untuk menghindari tarikan politik antara Presiden dan Wapres.

Di tempat terpisah, Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa Marwan Jakfar juga mengusulkan agar pendamping SBY berasal dari kalangan parpol.

Menurut dia, jika SBY mengambil cawapres bukan dari parpol dikhawatirkan jalannya pemerintahan tidak stabil. Sebab, wakil presiden tidak memiliki basis di masyarakat.

"Kalau profesional itukan tentu tidak punya `grassroot` karena dia tidak di partai politik," ungkapnya.

Anggota Komisi III DPR ini menambahkan, salah satu fungsi parpol adalah membina dan menyalurkan kader terbaiknya untuk ditempatkan dalam suatu lembaga, baik lembaga eksekutif maupun legislatif dalam rangka memperjuangkan kepentingan bangsa yang merupakan cerminan dari sikap perjuangan partai.

"Kalau ini tidak masuk dalam perekrutan, tentu apa fungsinya kita mengkader di partai politik," cetusnya.

Pendapat yang tidak jauh berbeda juga disampaikan oleh Wakil Sekjen DPP Partai Keadilan Sejahtera Zulkiflimansyah. Dia menyatakan, presiden nantinya akan kesulitan dalam menggerakan mesin politik partai jika cawapres bukan berasal dari kader parpol.

"Tentu kami berpendapat yang bisa menggerakan mesin politik PKS tentu kalau kandidatnya adalah kader kami sendiri," tegasnya.

Pengamat politik dari Universitas Paramadina Bima Arya Sugiharto berpendapat, cawapres SBY sebaiknya tetap dari kalangan partai politik. Hal ini penting agar pemerintah bisa bersinergi dengan parlemen.

Menurut dia, hanya figur berlatarbelakang partai politik yang bisa melakukan komunikasi dan memahami politik di parlemen.

"Menurut saya mutlak calon wakil presiden dari partai politik, bagaimanapun juga peta di parlemen ini bisa berubah-ubah, ada peta politik yang menonjol di tahun 2009 peta berubah-ubah," paparnya

Riset LRI, SBY-HNW Tertinggi


JAKARTA. Pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden Jusuf Kalla dan Wiranto (JK-Win) yang diusung Partai Golkar dan Hanura berpeluang besar menyaingi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang diusung Partai Demokrat pada Pilpres 8 Juli 2009.

Hal tersebut dikatakan oleh Direktur Lembaga Riset Informasi (LRI), Johan Silalahi, ketika menyampaikan hasil survei lembaganya tentang Peluang Capres dan Cawapres Menuju Pilpres Juli 2009 di Jakarta, Sabtu (9/5).Ia mengatakan, hasil survei nasional LRI yang dilakukan pada 3-7 Mei lalu menunjukkan, JK-WIN mendapatkan suara sebesar 27,6 persen atau masih di bawah SBY yang dipasangkan dengan Hidayat Nurwahid (HNW) yang memperoleh 36,2 persen. Namun, Johan memperkirakan, JK-Win menjadi pesaing berat SBY pada pemilihan presiden mendatang.

Menurut dia, peluang JK-Win cukup besar karena Ketua Umum Partai Golkar, Jusuf Kalla, dan Ketua Umum Hanura, Wiranto, telah mengumumkan lebih awal pencalonan diri mereka menjadi bakal pasangan capres dan cawapres. Posisi di bawah SBY-HNW adalah SBY-Boediono (19,2 persen), SBY-Sri Mulyani (11,4 persen), SBY-Hatta Radjasa (10,2 persen), SBY-Aburizal Bakrie (8,6 persen), dan SBY-Akbar Tandjung (4,1 persen).

Menyimak hasil survei LRI, Wakil Ketua DPP PKS, Zulkieflimansyah, menilai itu tak lebih sebagai penegas tingginya daya keterpilihan (elektabilitas) HNW di mata masyarakat. ''Dari semua survei yang dilakukan, HNW memang selalu teratas dan cawapres paling populer untuk SBY,'' ujar Zulkieflimansyah kepada Republika, Sabtu (9/5).Karena itu, Zulkieflimansyah melanjutkan, jika SBY ingin memenangkan pertarungan pilpres dalam satu putaran, HNW adalah figur yang tepat menjadi pendampingnya.

Kemungkinan Berubah

Terpilihnya SBY-HNW dalam riset LRI, menurut pengamat politik dari Charta Politika, Bima Arya, tidak mengejutkan. ''Antara SBY dan HNW sama-sama memiliki pencitraan yang cukup bagus,'' katanya. ''Tidak salah jika masyarakat atau responden memilihnya.'' Bima menambahkan, jika pasangan SBY-HNW maju pada pemilihan presiden mendatang, kemungkinan besar akan mendapatkan dukungan dari masyarakat. Namun, lanjut dia, dengan adanya komunikasi politik dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), kemungkinan peta akan berubah.

Selain itu, hasil survei LRI juga mencatat bahwa capres Megawati Soekarnoputri yang dipasangkan dengan cawapres Prabowo Subianto hanya mendapat suara 19,1 persen. Sebanyak 17,1 persen responden lainnya menyatakan belum menentukan pilihannya. ''Tampaknya, duet Megawati-Prabowo akan mengalami sedikit kesulitan untuk bisa bersaing dengan SBY bila dibandingkan dengan JK-WIN,'' katanya.

Survei LRI dilakukan di seluruh provinsi dengan cara menyebarkan kuesioner pada 2.066 responden di 33 provinsi. Survei tersebut memiliki tingkat kesalahan sebesar plus minus 2,2 persen dengan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen.LRI juga memprediksikan, bila pada pilpres muncul tiga nama pasangan capres/cawapres, kemungkinan besar akan ada putaran kedua pelaksanaan pemilihan presiden. "Namun, bila pada 8 Juli nanti hanya ada dua pasangan calon yang maju pada pilpres, hasil survei juga menilai bahwa pemilihan presiden akan kurang menarik," kata Johan yang juga pengamat politik tersebut.


Sumber: smsplus.blogspot.com

Mesin PKS Maksimal Jika SBY Pilih Hidayat Nurwahid


JAKARTA-MI. Mesin politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bisa bekerja semakin maksimal untuk memenangkan pemilihan presiden mendatang jika Susilo Bambang Yudhoyono menggandeng kader terbaik PKS, Hidayat Nurwahid, sebagai calon wakil presiden.

Hal tersebut dikatakan Wakil Ketua Fraksi PKS DPR Zulkieflimansyah saat menjadi pembicara dalama cara Dialektika Demokrasi di ruang wartawan DPR Jakarta, Jumat (8/5). Menurutnya, sekarang Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sedang menghitung dengan cermat siapa yang akan menjadi kompetitornya di pemilihan presiden (pilpres) mendatang.

Menurut politisi PKS itu, prediksi figur kompetitor di pilpres akan menentukan siapa calon wakil presiden (cawapres) yang akan dipilih Yudhoyono sebagai kandidat incumbent.

"Jika (kompetitor) dinilai tidak kuat-kuat amat, maka cukup cawapres dari kalangan profesional atau non parpol," ujarnya.

Sementara PKS, ujarnya, tetap berminat agar salah satu kader terbaiknya, yakni Hidayat Nurwahid menjadi cawapres yang mendampingi SBY. Jika hal itu terwujud, mesin partai PKS akan semakin maksimal bekerja.

Ia mengatakan, secara psikologis kinerja kader-kader PKS tentu sulit maksimal jika cawapres yang digandeng SBY bukan berasal dari PKS. Kendati demikian, ia menambahkan, PKS telah berkomitmen tetap mendukung siapapun yang nantinya dipilih SBY menjadi cawapres.

Pada bagian lain, Zulkieflimansyah mengakui bahwa posisi tawar partai-partai papan tengah, seperti PKS, PKB, PPP dan PAN, relatif lemah jika dibandingkan dengan Partai Demokrat yang memenagkan pemilu lalu.

"Jelas sekarang ini posisi tawar lebih rendah dibanding Partai Demokrat yang melesat di luar dugaan," ujarnya.

Hal berbeda ditegaskan Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Marwan Jakfar yang juga menjadi pembicara dalam acara itu. Menurutnya, posisi tawar partai-partai menengah yang bergabung dengan koalisi Partai Demokrat masih cukup kuat jika melihat kualitas kader-kader Demokrat yang nantinya duduk di kursi parlemen.

"Adalah fakta bahwa di antara kader-kader Partai Demokrat yang terpilih sebagai anggota DPR itu tidak saling kenal," ujarnya.

Jika di antara sesama kader satu partai tidak saling kenal serta tidak pula melalui rekrutmen politik yang baik tetapi berhasil mendapat kursi di DPR RI, Marwan menambahkan, lalu bagaimana bisa saling bermanuver, bernegosiasi dan berkiprah politik di parlemen nantinya.

"Jadi untuk koalisi di parlemen, posisi partai-partai tengah dengan kader-kadernya yang sebagian telah berpengalaman tetap diperlukan dan posisi tawar kami tetap tinggi," katanya. (Ant/OL-01)

Terpilihnya Pasangan SBY-HNW Hasil Survei Wajar


Jakarta (ANTARA News). Terpilihnya pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) - Hidayat Nur Wahid (HNW) sebagai pasangan ideal hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga Riset Informasi (LRI) tidak mengejutkan.

Pengamat politik dari Charta Politika Bima Arya, di Jakarta, Sabtu, mengatakan, antara SBY dan HNW sama-sama memiliki pencitraan yang cukup bagus. Tidak salah jika masyarakat atau responden memilihnya.

"Keduanya memiliki popularitas yang tinggi. Apalagi didukung oleh partai politik yang popularitasnya terus naik," katanya saat dikonfirmasi.

Menurut dia, meski berada di posisi teratas dari hasil survei belum tentu diterima oleh partai politik yang mengusungnya karena masing-masing partai politik telah memiliki kriteria pencalonan yang harus dipenuhi.

Bima menambahkan, jika pasangan SBY-HNW maju pada pemilihan presiden mendatang, kemungkinan besar akan mendapatkan dukungan dari masyarakat. Hanya saja dengan adanya komunikasi politik dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) kemungkinan peta akan berubah.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh LRI, cawapres yang dianggap ideal untuk pasangan SBY adalah HNW memperoleh dukungan 29,3 persen, Boediono 19,2 persen, Sri Mulyani 11,4 persen, Hatta Rajasa 10,2 persen, Aburizal Bakrie 8,6 persen, Akbar Tandjung 4,1 persen sedangkan 17,2 responden belum menentukan pilihan.

Untuk pasangan capres-cawapres yang diusung partai politik pasangan SBY-HNW memperoleh dukungan 36,2 persen, pasangan Jusuf Kalla (JK)-Wiranto 27,6 persen dan pasangan Megawati-Prabowo 19,1 persen sedangkan 17,1 persen responden belum menentukan pilihan.

Survei oleh LRI dilakukan di 33 provinsi dengan jumlah responden 2.066 orang dengan menggunakan teknik sampling dan kuesioner terstruktur sedangkan tingkat kepercayaan survei 95 persen dan margin error 2,2 persen.(*)

Inilah Jumlah Suara PKS Pemilu 2009


Komisi Pemilihan Umum (KPU) akhirnya menetapkan hasil perolehan suara nasional pemilu legislatif 9 April lalu. Ketua KPU Abdul Hafiz Anshary langsung membacakan perolehan suara nasional 44 partai peserta pemilu, menetapkan dan mengesahkannya.

"Hasil penghitungan suara pemilu DPR yang dilaksanakan sejak 26 April hinggal 9 Mei 2009 ditetapkan dan dinyatakan sah," demikian Hafiz menetapkan hasil pemilu.

Hasil akhir, jumlah suara total 104.099.785. dari jumlah tersebut Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memperoleh suara secara Nasional sebanyak 8.206.955 suara atau setara dengan 7,88% dari total keseluruhan suara.

Berikut adalah hasil keseluruhan perolehan suara 44 partai politik berdasarkan nomor urut, nama partai, perolehan suara dan persentase suara :

1. Partai Hanura 3.922.870 (3,77)

2. PKPB 1.461.182 (1,40)

3. PPPI 745.625 (0,72)

4. PPRN 1.260.794 (1,21)

5. Gerindra 4.646.406 (4,46)

6. Barnas 761.086 (0,73)

7. PKPI 934.892 (0,90)

8. PKS 8.206.955 (7,88)

9. PAN 6.254.580 (6,01)

10. PPIB (0,19)

11. Partai Kedaulatan 437.121 (0,42)

12. PPD 550.581 (0,53)

13. PKB 5.146.122 (4,94)

14. PPI 414.043 (0,40)

15. PNI Marhaenisme 316.752 (0,30)

16. PDP 896.660 (0,86)

17. Pakar Pangan 351.440 (0,34)

18. PMB 414.750 (0,40)

19. PPDI 139.554 (0,13)

20. PDK 669.417 (0,64)

21. Republika-N 630.780 (0,64)

22. Partai Pelopor 341.914 (0,33)

23. Golkar 15.037.757 (14,45)

24. PPP 5.533.214 (5,32)

25. PDS 1.541.592 (1,48)

26: PNBK 468.696 (0,45)

27. PBB 1.864.752 (1,79)

28. PDI-P 14.600.091 (14,03)

29. PBR 1.264.333 (1,21)

30. Partai Patriot 547.351 (0,53)

31. Partai Demokrat 21.703.137 (20,85)

32. PDKI 252.293 (0,31)

33. PIS 320.665 (0,31)

34. PKNU 1.327.593 (1,43)

41. Partai Merdeka 111.623 (0,11)

42. PPNUI 146.779 (0,14)

43. PSI 140.551 (0,14)

44. Partai Buruh 266.203 (0,25)


Sumber: smsplus.blogspot.com