jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Minggu, 16 November 2008

Hanya Anggota DPRD Bangka asal PKS Yang Jujur


Sekretariat Dewan Kabupaten Bangka meminta anggota DPRD yang menerima uang TKI dan BPO segera mengembalikannya ke kas daerah karena itu tidak melanggar ketentuan hukum.

Wakil Ketua DPRD Bangka Irwan Mustafa, berkilah, ia tidak mau disalahkan dalam kasus ini karena petunjuk pelaksanaan penerimaan dana-dana tersebut sudah mengacu PP No 37 Tahun 2006.

Bawasda (Badan Pengawas Daerah) Bangka Belitung (Babel) menemukan kasus pembayaran tunjangan komunikasi intensif (TKI) dan belanja penunjang operasional (BPO) sebesar Rp594.376 ribu di DPRD Kabupaten Bangka tahun 2007 yang tidak ada dasar hukumnya.

Irwan berdalih, anggota DPRD Propinsi Babel yang menerima uang dalam jumlah lebih besar dari yang diterima para anggota DPRD Kabupaten Bangka.

"Sekarang ini saya belum mau memberi penjelasan karena secara belum menerima surat resmi temuan Bawasda Propinsi Babel tersebut," kata Irwan.

Ia mengatakan, kalau pemberian tunjangan TKI dan BPO itu melanggar aturan. maka uang itu memang harus dikembalikan.

Berdasarkan temuan Bawasda, 28 dari 30 orang anggota DPRD Bangka menerima dana haram senilai Rp594.376 ribu itu, dan hanya dua anggota dewan asal partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menolaknya.

http://www.tvone.co.id/index.php/cp/newsdetail/4471

Makanan Halal dan Baik Di Indonesia


Bakal datang kepada manusia suatu masa, di mana orang tiada peduli akan apa yang diambilnya; apakah dari yang halal ataukah dari yang haram. Nabi Muhammad SAW
Maraknya perilaku yang menghalalkan segala cara untuk memperoleh kekuasaan dan kekayaan dewasa ini apakah merupakan pertanda bahwa zaman yang diisyaratkan Nabi SAW itu sudah datang? Para ustad, guru, dan cendekiawan sudah mensinyalir hadirnya zaman itu dalam khotbah-khotbahnya. Di masjid, di pengajian, di kantor, di sekolah, di ruang diskusi, semua orang membicarakan tentang penghalalan segala cara dalam mencapai cita-cita. Jika memang benar, alangkah berbahayanya zaman ini. Suatu zaman yang tak menentu, yang selalu goyah seperti sedang ditimpa gempa. Kita yang hidup di zaman seperti ini menjadi penuh tanda tanya. Apakah sepak-terjang kita dalam mencari nafkah sehari-harinya sudah terimbas oleh zaman itu pula?
Hadis riwayat Bukhari di atas memperingatkan kita betapa tata nilai telah bergeser sangat cepat yang mengakibatkan kita merespon zaman dengan persepsi yang sangat berbeda. Ketika tangan kita melindungi harta kita sendiri, bisa jadi tangan kita itu tiba-tiba ditepiskan tangan orang lain yang ingin merebut kekayaan kita itu. Rupanya batas-batas kekayaan kita dengan kekayaan orang lain sudah dianggap kabur. Jika kita tak mampu membedakan lagi barang halal dengan barang haram, sesungguhnya dunia kita sudah ''kiamat''. Lalu kepada siapa masyarakat mengadu untuk menuntut keadilan, kemakmuran, kebenaran? Mampukah masyarakat menolong dirinya sendiri untuk melindungi kekayaannya?
Agaknya perjuangan para ustad, guru, dan cendekiawan dewasa ini sudah bergeser ke arah penegakan akhlak. Tegaknya akhlak yang baik mampu menerbitkan keadilan, kemakmuran, dan kebenaran. Ketiga martabat kearifan yang diperjuangkan manusia berabad-abad lamanya atas sesamanya itu sungguh selaras dengan kehendak Tuhan.
Sebuah kisah diceritakan dalam buku Kasyful Mahjub karya Ali ibn Utsman Al-Hujwiri tentang Abu Halim Habib bin Salim Al-Ra'i, seorang sufi sahabat Salman Al-Farisi. Ia bisa menjinakkan segerombolan serigala yang sebenarnya meneteskan air liur ketika melihat biri-birinya yang ia gembalakan di tepi Sungai Eufrat. Ia juga mampu memancurkan air susu dan air madu dari sebongkah batu yang ia suguhkan bagi tamunya. Menurut sang sufi, hal itu mampu dikerjakannya karena hasratnya selaras dengan kehendak Allah dan taat kepada Rasulullah Muhammad SAW. Ketika seorang sheikh memintanya memberi wejangan, Al-Ra'i berkata: ''Jangan jadikan hatimu keranjang keinginan hawa nafsu dan perutmu periuk barang-barang haram.'' (ah) makanan organik yang halalan thoyyiban di Indonesia

http://www.melilea-jakarta.blogspot.com
dicari Agen dan Distributor

Anis Mata : Saatnya PKS di Depan


TANGERANG, SENIN. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) jika pada awal pembentukannya berada di pinggiran, kemudian ke tengah dan kini saatnya berada di depan.
"PKS tak ingin terus berada dipinggiran," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PKS Anis Matta, di Gedung Puspiptek Serpong, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Minggu (16/11).
Anis Matta menyampaikan pidato politiknya itu dihadapan ribuan kader partai yang berasal dari daerah pemilihan (dapil) Banten III, yaitu Kota dan Kabupaten Tangerang. Hadir dalam kesempatan itu, Ketua DPW PKS Provinsi Banten Irfan Maulidi, Caleg DPR RI Dapil Banten III Jazuli Juwaini, Bupati Bekasi Sa’adun, dan para pengurus DPD PKS Kota dan Kabupaten Tangerang, antara lain Plt (pelaksana tugas) Ketua DPD PKS Kabupaten Tangerang Anugerah.
Massa PKS memadati seluruh sudut gedung Puspiptek. Mereka tampak antusias mendengar pidato politik yang disampaikan Anis Matta melalui sejumlah layar lebar yang dipasang di beberapa sudut gedung.
Posisi PKS saat ini, demikian Anis menganalogikan seperti makmum yang berdiri persis di belakang imam. "Sewaktu-waktu imam batal, kita siap menggantikannya," ujar Anis.
Anis mengatakan, PKS bertekad akan mengambil posisi terdepan pada Pemilu 2009 mendatang. Untuk mencapai itu, PKS akan meraup suara dari berbagai kelompok masyarakat, seperti kalangan nasionalis sekuler atau Islam tradisional. Selama ini, kata Anis, PKS diidentikkan dengan partai Islam modernis.
Sementara itu, Ketua DPW PKS Provinsi Banten Irfan Maulidi mengungkapkan, sejatinya PKS tidak saja mengincar jabatan politis di daerah, tapi juga harus mampu menyiapkan kader di kalangan birokrat, seperti sekretaris daerah. Irfan mengaku dirinya pernah diminta Bupati Serang Taufik Nuriman untuk mencari sosok birokrat untuk ditempatkan sebagai sekretaris daerah.

Reuni Ahli Waris Pahlawan


Jakarta, myRMnews. Silaturahmi dan dialog antar keluarga Pahlawan Nasional yang digagas Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bakal ramai.
Acara ini merupakan rangkaian dari serial peringatan 100 Tahun Kebangkitan Nasional yang digagas PKS sebagai bentuk apresiasi dan penghormatan terhadap para guru bangsa dan pahlawan.
Beberapa putra-putri Pahlawan Nasional yang dikumpulkan PKS antara lain, Bambang Sulistomo (putra Bung Tomo), Meutia Hatta (putri Bung Hatta), Ferhath Nauzil Nazief (cucu KH Ahmad Dahlan, Agustanzil Sjahroenzah (cucu KH Agus Salim) serta Cahyo yang merupakan putra dari Jendral Gatot Subroto.
Ferry Kuntoro kepada myRMnews, Jumat siang ini (14/11) juga mengatakan bahwa dari keluarga Sang Proklamator Bung Karno, akan diwakili putrinya, Rachmawati Soekarnoputri.
“Ya, siang ini Mbak Rachma telah memberikan konfirmasinya, bersedia hadir di acara silaturahmi keluarga Pahlawanan Nasional pada 19 November mendatang,” paparnya.
Kenapa Rachmawati, bukan Megawati yang diundang?
“Kami sampai hari ini tidak mendapat jawaban dari pihak Ibu Megawati,” kilah Ferry.

PKS Dipuji Cerdas Curi Momentum


Jakarta, myRMnews. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dinilai pandai mengambil momentum. Seperti mengelar acara silaturahmi dan dialog antarkeluarga Pahlawan Nasional pada 19 November mendatang.
Hal itu dikatakan Bambang Sulistomo, putra Bung Tomo, menyikapi adanya anggapan yang menyebut PKS memanfaatkan anak para pahlawan untuk mencari simpatik menghadapi Pemilu 2009.
Menurut dia, lepas dari persoalan itu, sebagai partai politik memang harus jeli mencuri momentum tertentu yang menguntungkan partainya.
Bambang yang mengaku sudah pensiun dari dunia politik ini menilai, langkah PKS tersebut sah-sah saja.
Apalagi kegiatan tersebut dapat memberikan nilai-nilai positif kepada bangsa ini agar mengambil hikmah dari perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan.
Sebab, nilai-nilai perjuangan itu katanya tidak tampak lagi dalam kehidupan sehari-hari dari masyarakat Indonesia.
“Partai memang harus jeli mengambil momentum seperti yang dilakukan PKS,” katanya kepada myRMnews, Jumat siang (14/11).
Ketika ditanya soal Iklan PKS yang memposisikan Soeharto sebagai pahlawan dan guru bangsa, Bambang hanya mengatakan harus ada ukuran yang jelas dalam menetapkan seseorang menjadi pahlawan ataupun guru bangsa.
Kalau memang langkah PKS tersebut dianggap salah, harus diakui salah dan kalau benar katakan benar.
“Tapi lepas dari kontroversi tersebut, nilai-nilai positif dari pak Harto tidak salah kalau diambil,” katanya.

PDIP Gerah PKS Tampilkan BK dalam Iklannya


Jakarta, myRMnews. Kontroversi iklan PKS terus berlanjut. Tapi kali ini bukan soal gelar pahlawan dan guru bangsa Soeharto, tapi soal Bung Karno yang ditampilkan PKS dalam iklannya.
Adalah kubu PDIP yang mempertanyakan maksud PKS menayangkan gambar manntan presiden pertama RI dalam dalam iklannya itu.
Politisi PDIP Firman Jaya Daeli pada diskusi diskusi "Parpol Krisis Tokoh" di Jakarta, Sabtu (15/11/2008), menilai iklan PKS iti aneh.
Firman yang juga ketua DPP PDIP ini mengatakan langkah PKS tersebut sah-sah saja. Apalagi Bung Karno adalah tokoh bangsa. Tapi yang dipersoalkan Firman adalah konsistensi PKS selanjutnya, seperti membela Bung Karno.
"Apakah PKS akan konsisten membela Bung Karno?” tanyanya.
Sebab tidak ada hujan tidak ada kemarau tiba-tiba PKS memakai Bung Karno dalam iklannya

Hidayat Nurwahid Prihatin Larangan Terbang UE


Ketua MPR Hidayat Nurwahid menyampaikan keprihatinan Indonesia mengenai pelarangan terbang maskapai Indonesia ke wilayah Uni Eropa (UE) saat melakukan lawatan ke Jerman. Hidayat berharap Jerman membantu agar larangan itu dicabut.
Demikian rilis yang diterima detikcom dari Media Center Hidayat Nurwahid pada Sabtu (15/11/2008).
Keprihatinan itu disampaikan Hidayat di hadapan Wakil Presiden Parlemen Jerman Gerda Hasselfeldt, di Berlin.
Hidayat berada di Jerman dalam rangka sosialisasi UUD 1945 dan perubahannya kepada warga Indonesia di beberapa tempat di Jerman.
Hidayat juga menyampaikan perkembangan politik dan proses demokratisasi di Indonesia yang berlangsung secara damai dan diterima oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam.
"Kami sangat bersyukur proses demokrasi di Indonesia berjalan dengan sangat
demokratis. Kami harap ini bisa menjadi contoh di negara-negara lainnya," kata suami dokter Diana Abbas Thalib ini.
Dalam kunjungan ke Berlin, Hidayat mengadakan pertemuan dengan para pemuka organisasi-organisasi Islam, para pejabat Kementerian Luar Negeri Jerman dan meninjau pameran dagang Import Shop Berlin yang diikuti oleh para pengusaha Indonesia serta diakhiri dengan acara pertemuan ramah tamah dengan masyarakat Indonesia di Berlin.
Hidayat juga mengunjungi Luxemburg dan disambut Kepala Negara, Wakil Perdana Menteri, Ketua DPR, serta Ketua Komisi Urusan Luar Negeri Luxemburg pada Jumat 14 November.

Keluarga Pahlawan Sambut Manuver PKS


INILAH.COM, Jakarta. Partai Keadilan Sejahtera bermanuver lagi. Sementara kecaman terhadap iklan politiknya belum reda, parpol Islam itu berencana menggelar dialog dengan keluarga para pahlawan nasional dalam forum silaturahmi.
Sejumlah nama yang terdaftar dalam undangan silaturahmi PKS yang akan digelar dalam waktu itu antara lain adalah Bambang Sulistomo, Meutia Hatta, Ferhath Nauzil Nazief (cucu KH Ahmad Dahlan), Agustanzil Sjahroenzah (cucu KH Agus Salim), Bugiakso (putra Panglima Besar Sudirman), dan Cahyo (putra Jenderal Gatot Subroto).
Beruntung, gayung pun bersambut. Manuver politik PKS menjelang Pemilu 2009 itu ditanggapi positif oleh salah seorang putra pahlawan nasional Bung Tomo, yaitu Bambang Sulistomo. "Saya akan hadir memenuhi undangan PKS," kata Bambang di Jakarta, Jumat (14/11) malam.
Bambang memuji rencana PKS itu sebagai sebuah gagasan cemerlang, karena dapat memanfaatkan momentum peringatan Hari Pahlawan 10 November dan dapat mengobati kerinduan masyarakat terhadap nilai-nilai patriotik dari para pahlawan di tengah krisis multidimensi saat ini.
Mantan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) dari Partai Aliansi Demokrasi Indonesia (PADI) itu berharap acara itu dapat dijadikan tolok ukur bagi bangsa ini untuk kembali merefleksikan dan mengingat nilai perjuangan para pahlawan.
Ia tidak menutup kemungkinan bahwa rencana PKS itu memiliki agenda politik dan partai politik memang perlu jeli dalam memanfaatkan momentum.
Namun, Bambang yang sudah pensiun dari dunia politik itu menilai rencana PKS wajar bahkan positif bagi bangsa ini agar bisa mengambil hikmah perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan.

http://inilah.com/berita/pemilu-2009/2008/11/15/61983/keluarga-pahlawan-sambut-manuver-pks/

Senyum Amrozi-Mukhlas di Muslim Daily


INILAH.COM, Jakarta. Setelah foto Imam Samudra tayang di arrahmah.com, giliran foto Amrozi dan Mukhlas yang tayang di situs muslimdaily.net. Foto kakak beradik Tenggulun itu terlihat bak orang tidur.
Dalam artikel berjudul 'Misteri Tanda Syahid Amrozi Cs Terkuak', foto tersebut memperlihatkan wajah Mukhlas dan Amrozi dengan mata setengah terbuka serta bibir yang memperlihatkan barisan gigi keduanya.
Dituliskan pula dalam artikel tersebut kesaksian orang yang bertakziah di rumah ibu Hj Tariyem, ketika keranda jenazah masuk dan kain penutup keranda dibuka, sontak tercium bau wangi yang menyebar ke seluruh ruangan.
Kejadian ini sempat membuat keheranan para pelayat, karena di dalam ruangan yang sempit tersebut udara sangat pengap dan pengunjung berjubel dalam satu ruangan. Bila merupakan wangi dari minyak wangi, tak akan mampu mengalahkan bau badan para pengunjung dan tidak akan dapat memberikan aroma dengan kadar wangi yang sama.
"Allahu Akbar. Itu bukan bau minyak wangi. Bukan. Tapi bau wangi dari asy syahid," ujar Abdul Rachim, salah seorang tamu yang melihat ketika kafan dibuka.
Ditambahkan Rachim, ketika kain penutup wajah Mukhlas di buka, terlihat jelas bulir-bulir keringat menempel di bagian muka. Kondisi yang sama yang terjadi dengan mereka yang masih hidup dan dalam kondisi kegerahan. Seakan Mukhlas merasakan kegerahan yang sama yang dengan kegerahan yang dialami oleh para pelayat beliau.
Pengelola Muslimdaily.net mengaku telah menerima izin dari pihak keluarga Amrozi, yakni Ali Fauzi, untuk mempublikasikan foto tersebut.

Sadar Berkat Iklan PKS


PKS diserang dari berbagai golongan terkait dengan iklannya yang dikatakan ‘menjual’ nama para pahlawan. Beberapa di antaranya menuduh PKS telah mempolitisir para pahlawan untuk kemenangan sesaat.
Benarkah tuduhan itu? Jawabannya adalah tergantung siapa yang ditanya. Bagi para elit yang kecolongan mungkin iya, tapi bagi masyarakat bawah mungkin tidak. Karena mereka bisa mengambil manfaat dan ilmu dari iklan itu.
Bagi saya, saya tidak peduli para pahlawan diduga dipolitisir atau tidak, yang jelas bahwa iklan itu bermanfaat dan mengandung ilmu sehingga kita makin cinta pada para pahlawan setelah memahami pemikiran mereka.
Para pahlawan sekarang ini jarang sekali disinggung, mereka dilupakan apalagi diikuti dan dilanjutkan pemikirannya. Saya kaget dan termenung melihat iklan PKS di tivi. Saya baru tahu bahwa pemikiran para pahlawan begitu luhur dan layak ditiru.
Selama ini di sekolah kita menghafal para pahlawan sekadar dari mana asalnya, berjuang tahun berapa, dan seterusnya sekadar untuk ujian, namun tidak kepada pemikirannya yang luhur dan bermanfaat.
Oleh karenanya saya baru sadar, baru ngeh ternyata, Soekarno pernah mengatakan "Aku adalah budak bagi rakyatku sendiri", KH Ahmad Dahlan pernah mengingatkan bahwa Pemimpin itu sedikit bicara tapi banyak bekerja, KH Hasyim Asyari pernah menasehatkan bahwa pemimpin jangan hanya memberikan jargon kosong tanpa bukti nyata, dan M Natsir mengimbau Pemimpin harus jujur mau menerima kritik dan saran.
Selama ini hanya gambar mereka yang dipajang sebagai hiasan yang lama kelamaan makin tua dan berdebu.
Saya salut dengan PKS. Kalau PKS tidak mengiklankan para pahlawan itu, mungkin sampai saat ini saya tidak tahu pemikiran besar mereka, pemikiran yang kini sangat diperlukan untuk melahirkan pemimpin Indonesia yang lebih baik.
Beberapa kelompok yang mengaku dilahirkan dari para pahlawan itu tidak pernah memberikan apa cita-cita besar pendirinya, tidak ada sharing pemikiran besar para pahlawan yang telah melahirkannya.
Meski orang tua dan Mbah saya adalah orang NU, namun saya tidak menyalahkan mereka ketika mereka tidak menjelaskan tentang pemikiran besar KH Hasyim Asyari, karena mereka mungkin juga tidak mengetahui karena tidak pernah sekolah. Sekarang saya makin cinta kepadamu para pahlawan.
Oleh karena itu, saya berterima kasih pada PKS, partai cerdas. Berkat Anda, kini aku tahu pemikiran besar para pahlawan bangsa.
Sayangnya di iklan kedua Anda, hanya gambar-gambarnya saja yang ditonjolkan. Untuk seterusnya, buktikan bahwa Anda memang konsisten mendidik dan menjadi guru masyarakat dan mungkin juga guru bagi partai lainnya.

(Zamkofa Anwar, zamkofa@gmail.com)

PKS Kumpulkan Anak-anak Pahlawan


Jakarta, myRMnews. Menyusul kontroversi iklan politiknya edisi Hari Pahlawan, kubu Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kembali membuat gebrakan.
Gebrakan kali ini adalah, PKS bakal mengumpulkan anak-anak para Pahlawanan Nasional dalam satu forum.
“Kami mengemasnya dalam acara silaturahmi dan dialog antar keluarga Pahlawan Nasional,” papar koordinator acara, Ferry Kuntoro kepada myRMnews, Jumat siang ini (14/11).
Ditegaskan, acara ini merupakan rangkaian dari serial peringatan 100 Tahun Kebangkitan Nasional yang digagas PKS sebagai bentuk apresiasi dan penghormatan terhadap para guru bangsa dan pahlawan.
Ferry mengatakan, tema acara ini “Membangkitkan kembali spirit kepahlawanan kaum muda Indonesia” dan digelar pada 19 November mendatang di Jakarta.
Beberapa putra-putri Pahlawan Nasional yang dikumpulkan antara lain, Bambang Sulistomo (Putra Bung Tomo), Meutia Hatta (putri Bung Hatta), Ferhath Nauzil Nazief (cucu KH Ahmad Dahlan, Agustanzil Sjahroenzah (cucu KH Agus Salim) serta Cahyo yang merupakan putra dari Jendral Gatot Subroto.
“PKS sebagai partai anak muda akan menjadikan acara ini sebagai momentum untuk membangkitkan kembali spirit kepahlawanan seperti tema yang kami angkat sekarang,” jelas Ferry.

Putra Bung Tomo Digadang-gadang PKS


Jakarta, myRMnews. Keluarga Bung Tomo menyambut baik langkah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang mengumpulkan keluarga pahlawan dalam acara silaturahmi dan dialog antar keluarga Pahlawan Nasional.
Bambang Sulistomo, anak Bung Tomo kepada myRMnews Jumat siang (14/11) menyambut baik gagasan PKS tersebut.
”Itu ide brilian dan memang sudah saatnya acara seperti digelar,” katanya.
Dia beralasan, di tengah krisis multidimenasi yang terjadi saat ini, rakyat Indonesia merindukan nilai-nilai patriotik dari para pahlawan.
Dulu, katanya para pahlawan berjuang hanya bermodalkan semangat rela berkorban, dan tanpa pamrih. Tapi meskipun serba kekurangan, kemerdekaan bisa diwujudkan di bumi Indonesia.
Tapi seiring dengan perkembangan zaman, ujar Bambang, bangsa Indonesia, sudah melupakan nilai-nilai perjuangan dari para pahlawan nasional tersebut.
Elit politik hanya mementingkan kepentingan kelompok dan kepentingan dirinya sendiri. Melihat kenyataan itu, Bambang mendukung acara yang digagas PKS.
Dia berharap dengan adanya acara tersebut dapat dijadikan tolak ukur bagi bangsa Indonesia untuk kembali merefleksikan dan mengingat nilai-nilai perjuangan para pahlawan.
“Dulu para pahlawan berjuang tanpa pamrih dan tidak gila pangkat. Tapi sekarang orang berebut jabatan dengan berbagai cara. Ini bertolak belakang dengan semangat para pahlawan,” katanya.
Seperti yang diberitakan menyusul kontroversi iklan politik edisi pahlawan yang menampilkan Soeharto sebagai pahlawan dan guru bangsa, PKS kembali membuat gebrakan dengan menggumpulkan beberapa putra-putri Pahlawan Nasional seperti Bambang Sulistomo (Putra Bung Tomo), Meutia Hatta (putri Bung Hatta).
Tak itu saja, cucu KH Ahmad Dahlan yakni Ferhath Nauzil Nazief , Agustanzil Sjahroenzah (cucu KH Agus Salim) serta Cahyo yang merupakan putra dari Jendral Gatot Subroto, diundang pada acara tersebut

Lembaga Survei Tolak Disalahkan


Kalangan lembaga survei menyangkal prediksi mereka terhadap hasil Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Timur salah.
Mereka beralasan tidak pernah menyatakan siapa pemenang pilkada setelah mengumumkan hasil quick count. Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengatakan, hasil penghitungan manual Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur tak bertentangan dengan quick count.Alasannya, quick count yang dilakukan menyatakan margin of error-nya sekitar 1–2%.
”Tidak benar sinyalemen berbagai pihak yang menyatakan kemenangan Karsa (Soekarwo-Saifullah Yusuf) berbeda atau bertentangan dengan hasil quick count beberapa lembaga survei independen,” kata Denny di Jakarta kemarin. Sebelumnya KPU mewaspadai penghitungan cepat (quick count) yang kemungkinan dilakukan berbagai lembaga survei pada Pemilu 2009.
Berdasarkan pengalaman,hasil penghitungan cepat berpotensi mendatangkan polemik. LSI merilis quick count dengan hasil untuk Karsa 49,24% dan Kaji (Khofifah Indar Parawansa-Mudjiono) 50,76%. Dengan margin of error plus minus 1%, persentase untuk Karsa, variasinya antara 50,24% (49,24% + 1%) sampai 48,24% (49,24% - 1%). Hasil penghitungan KPU menyatakan Karsa memperoleh 50,2%, jadi masih dalam batas toleransi kesalahan.
Hal yang sama terjadi pada Kaji. Dengan margin of errorplus minus 1%, persentase untuk Kaji bervariasi antara 49,76% (50,76% - 1%) sampai 51,76% (50,76% + 1%). Hasil KPU untuk Kaji adalah 49,8%, masih berada dalam toleransi kesalahan. Menurut Denny, bisa saja muncul spekulasi di balik kemenangan Karsa, seperti penggelembungan suara maupun kecurangan lain.
Namun, hal itu sudah berada di luar domain lembaga survei. LSI mendukung penyelesaian sengketa Pilkada Jawa Timur melalui jalur hukum. Ketika ditanya perbedaan hasil quick count dengan penghitungan manual KPU di sejumlah kabupaten, termasuk di Madura,Denny berdalih tidak bisa dibandingkan per kabupaten. Sebab, unit analisisnya satu provinsi dan berdasarkan sampel.
”Kita tidak melakukan penghitungan di seluruh TPS,tapi cuma sampel di 400 TPS,” ujarnya. Di tempat terpisah,Direktur Eksekutif Indo Barometer Mohammad Qodari mengatakan lembaga-lembaga survei tidak bisa dikatakan lepas tangan dalam hal perbedaan antara hasil quick count dengan hasil penghitungan manual KPU Jawa Timur.
Hasil lembaga survei tidak dapat disimpulkan salah karena selisih persentase calon di bawah batas toleransi kesalahan atau margin of error hasil penghitungan cepat. ”Tidak ada lembaga survei yang menyatakan siapa pemenangnya,”ujar Qodari.
Senada dengan Qodari, Direktur Lembaga Survey Nasional (LSN) Umar S Bakry menyampaikan tidak adanya kesalahan dengan hasil quick count lembaga-lembaga survei, karena masih dalam batas toleransi sesuai dengan metodologi yang berlaku dalam survei. Umar menunjukkan hasil survei LSN, yaitu pasangan Kaji mendapatkan 50,71%, sedangkan Karsa 49,8%.
Selisih tersebut masih di bawah margin of error yang ditetapkan sebesar kurang lebih 1%. ”Secara metodologis sudah selesai, tidak ada yang salah dengan hasil quick count,” ungkapnya. Umar pun mengatakan bahwa setiap lembaga survei sudah melakukan prosedur dengan tidak menyimpulkan siapa pemenang dari Pilkada Jawa Timur.”Lembaga survei sudah menyatakan bahwa sulit untuk memastikan pemenang dalam Pilkada Jawa Timur ini,”ujarnya.
Walau begitu,Umar melanjutkan, quick count atas Pilkada Jawa Timur merupakan fenomena baru,yaitu hasil penghitungan lima lembaga survei dapat berbeda dengan hasil penghitungan KPU. ”Ini fenomena yang baru pertama kali terjadi dalam survei pilkada,”katanya.
Tim advokasi pasangan Khofifah Indar Parawansa- Mudjiono (Kaji) kemarin berangkat ke MK untuk melayangkan gugatan. Untuk memperkuat gugatan,mereka menyertakan barang bukti. Barang bukti yang dibawa adalah bukti kecurangan pemungutan maupun penghitungan suara di 19 kabupaten/kota.Tim advokasi Kaji beranggotakan total 38 pengacara. ”Apa pun mekanismenya nanti, pemungutan suara ulang atau cara lain,yang jelas pasangan Kaji harus memenangkannya,” kata Ketua Tim Advokasi Muhamad Ma’ruf.
Mantan hakim MK, Harjono, menjelaskan, dalam gugatan semacam ini MK hanya berwenang memeriksa hasil penghitungan suara.MK sama sekali tidak berwenang memerintahkan pemungutan ulang dan perkara diputuskan dalam waktu 14 hari sejak sidang dimulai.
Pada sidang nanti MK akan memeriksa apakah semua proses pilkada sudah sesuai undang-undang atau tidak. Jika dalam berkas resmi dinyatakan tidak ada keberatan, maka bisa dianggap hasil penghitungan sudah sesuai undang-undang.”Jadi MK tak berwenang memutuskan pemungutan suara ulang,”katanya.
Sementara itu,Ketua KPU Jawa Timur Wahyudi Purnomo mengaku sedang menginventarisasi bukti-bukti di KPU kabupaten/kota. Kemarin KPU mendatangi KPUD Sumenep untuk meminta penjelasan terkait indikasi kecurangan yang dilontarkan Kaji.
Sekretaris Jenderal PDIP Pramono Anung menyatakan, sebagai partai yang mendukung Kaji diputaran kedua, PDIP akan terus mengawal proses hukum kasus ini hingga selesai.PDIP melihat Pilkada Jawa Timur yang sudah berjalan sangat demokratis akan tercederai jika adanya dugaan kecurangan tidak diselesaikan lewat jalur hukum.
Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng mengatakan, siapa pun yang menjadi pemenang harus dihormati dan dapat merangkul yang kalah.”Pilkada sudah selesai, jadi mari kita bersama-sama. Kita sepakat memilih pemimpin untuk memajukan daerah tersebut,bukan justru membuat kita tercerai berai,” ujar Andi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusumah, Jakarta, sesaat sebelum bertolak ke Amerika Serikat.

Mengelola Ketidaksetujuan Terhadap Hasil Syuro


"Perbedaan adalah sumber kekayaan dalam kehidupan berjamaah. Mereka yang tidakbisa menikmati perbedaan itu dengan cara yang benar akan kehilangan banyak sumber kekayaan. Dalam ketidaksetujuan itu sebuah rahasia kepribadian akan tampak ke permukaan: apakah kita matang secara tarbawi atau tidak?"

--------------

RASANYA PERBINCANGAN kita tentang syuro tidak akan lengkap tanpa membahas masalah yang satu ini. Apa yang harus kita lakukan seandainya tidak menyetujui hasil syuro? Bagaimana "mengelola" ketidaksetujuan itu?
Kenyataan seperti ini akan kita temukan dalam perjalanan dakwah dan pergerakan kita. Dan itu lumrah saja. Karena, merupakan implikasi dari fakta yang lebih besar, yaitu adanya perbedaan pendapat yang menjadi ciri kehidupan majemuk.
Kita semua hadir dan berpartisipasi dalam dakwah ini dengan latar belakang sosial dan keluarga yang berbeda, tingkat pengetahuan yang berbeda, tingkat kematangan tarbawi yang berbeda. Walaupun proses tarbawi berusaha menyamakan cara berpikir kita sebagai dai dengan meletakkan manhaj dakwah yang jelas, namun dinamika personal, organisasi, dan lingkungan strategis dakwah tetap saja akan menyisakan celah bagi semua kemungkinan perbedaan.
Di sinilah kita memperoleh "pengalaman keikhlasan" yang baru. Tunduk dan patuh pada sesuatu yang tidak kita setujui. Dan, taat dalam keadaan terpaksa bukanlah pekerjaan mudah. Itulah cobaan keikhlasan yang paling berat di sepanjang jalan dakwah dan dalam keseluruhan pengalaman spiritual kita sebagai dai. Banyak yang berguguran dari jalan dakwah, salah satunya karena mereka gagal mengelola ketidaksetujuannya terhadap hasil syuro.
Jadi, apa yang harus kita lakukan seandainya suatu saat kita menjalani "pengalaman keikhlasan" seperti itu? Pertama, marilah kita bertanya kembali kepada diri kita, apakah pendapat kita telah terbentuk melalui suatu "upaya ilmiah" seperti kajian perenungan, pengalaman lapangan yang mendalam sehingga kita punya landasan yang kuat untuk mempertahankannya? Kita harus membedakan secara ketat antara pendapat yang lahir dari proses ilmiah yang sistematis dengan pendapat yang sebenarnya merupakan sekedar "lintasan pikiran" yang muncul dalam benak kita selama rapat berlangsung.
Seandainya pendapat kita hanya sekedar lintasan pikiran, sebaiknya hindari untuk berpendapat atau hanya untuk sekedar berbicara dalam syuro. Itu kebiasaan yang buruk dalam syuro. Namun, ngotot atas dasar lintasan pikiran adalah kebiasaan yang jauh lebih buruk. Alangkah menyedihkannya menyaksikan para duat yang ngotot mempertahankan pendapatnya tanpa landasan ilmiah yang kokoh.
Tapi, seandainya pendapat kita terbangun melalui proses ilmiah yang intens dan sistematis, mari kita belajar tawadhu. Karena, kaidah yang diwariskan para ulama kepada kita mengatakan, "Pendapat kita memang benar, tapi mungkin salah. Dan pendapat mereka memang salah, tapi mungkin benar."
Kedua, marilah kita bertanya secara jujur kepada diri kita sendiri, apakah pendapat yang kita bela itu merupakan "kebenaran objektif" atau sebenarnya ada "obsesi jiwa" tertentu di dalam diri kita, yang kita sadari atau tidak kita sadari, mendorong kita untuk "ngotot"? Misalnya, ketika kita merasakan perbedaan pendapat sebagai suatu persaingan. Sehingga, ketika pendapat kita ditolak, kita merasakannya sebagai kekalahan. Jadi, yang kita bela adalah "obsesi jiwa" kita. Bukan kebenaran objektif, walaupun —karena faktor setan— kita mengatakannya demikian.
Bila yang kita bela memang obsesi jiwa, kita harus segera berhenti memenangkan gengsi dan hawa nafsu. Segera bertaubat kepada Allah swt. Sebab, itu adalah jebakan setan yang boleh jadi akan mengantar kita kepada pembangkangan dan kemaksiatan. Tapi, seandainya yang kita bela adalah kebenaran objektif dan yakin bahwa kita terbebas dari segala bentuk obsesi jiwa semacam itu, kita harus yakin, syuro pun membela hal yang sama. Sebab, berlaku sabda Rasulullah saw., "Umatku tidak akan pernah bersepakat atas suatu kesesatan." Dengan begitu kita menjadi lega dan tidak perlu ngotot mempertahankan pendapat pribadi kita.
Ketiga, seandainya kita tetap percaya bahwa pendapat kita lebih benar dan pendapat umum yang kemudian menjadi keputusan syuro lebih lemah atau bahkan pilihan yang salah, hendaklah kita percaya mempertahankan kesatuan dan keutuhan shaff jamaah dakwah jauh lebih utama dan lebih penting dari pada sekadar memenangkan sebuah pendapat yang boleh jadi memang lebih benar.
Karena, berkah dan pertolongan hanya turun kepada jamaah yang bersatu padu dan utuh. Kesatuan dan keutuhan shaff jamaah bahkan jauh lebih penting dari kemenangan yang kita raih dalam peperangan. Jadi, seandainya kita kalah perang tapi tetap bersatu, itu jauh lebih baik daripada kita menang tapi kemudian bercerai berai. Persaudaraan adalah karunia Allah yang tidak tertandingi setelah iman kepada-Nya.
Seadainya kemudian pilihan syuro itu memang terbukti salah, dengan kesatuan dan keutuhan shaff dakwah, Allah swt. dengan mudah akan mengurangi dampak negatif dari kesalahan itu. Baik dengan mengurangi tingkat resikonya atau menciptakan kesadaran kolektif yang baru yang mungkin tidak akan pernah tercapai tanpa pengalaman salah seperti itu. Bisa juga berupa mengubah jalan peristiwa kehidupan sehingga muncul situasi baru yang memungkinkan pilihan syuro itu ditinggalkan dengan cara yang logis, tepat waktu, dan tanpa resiko. Itulah hikmah Allah swt. sekaligus merupakan satu dari sekian banyak rahasia ilmu-Nya.
Dengan begitu, hati kita menjadi lapang menerima pilihan syuro karena hikmah tertentu yang mungkin hanya akan muncul setelah berlalunya waktu. Dan, alangkah tepatnya sang waktu mengajarkan kita panorama hikmah Ilahi di sepanjang pengalaman dakwah kita.
Keempat, sesungguhnya dalam ketidaksetujuan itu kita belajar tentang begitu banyak makna imaniyah: tentang makna keikhlasan yang tidak terbatas, tentang makna tajarrud dari semua hawa nafsu, tentang makna ukhuwwah dan persatuan, tentang makna tawadhu dan kerendahan hati, tentang cara menempatkan diri yang tepat dalam kehidupan berjamaah, tentang cara kita memandang diri kita dan orang lain secara tepat, tentang makna tradisi ilmiah yang kokoh dan kelapangan dada yang tidak terbatas, tentang makna keterbatasan ilmu kita di hadapan ilmu Allah swt yang tidak terbatas, tentang makna tsiqoh (kepercayaan) kepada jamaah.
Jangan pernah merasa lebih besar dari jamaah atau merasa lebih cerdas dari kebanyakan orang. Tapi, kita harus memperkokoh tradisi ilmiah kita. Memperkokoh tradisi pemikiran dan perenungan yang mendalam. Dan pada waktu yang sama, memperkuat daya tampung hati kita terhadap beban perbedaan, memperkokoh kelapangan dada kita, dan kerendahan hati terhadap begitu banyak ilmu dan rahasia serta hikmah Allah swt. yang mungkin belum tampak di depan kita atau tersembunyi di hari-hari yang akan datang.
Perbedaan adalah sumber kekayaan dalam kehidupan berjamaah. Mereka yang tidak bisa menikmati perbedaan itu dengan cara yang benar akan kehilangan banyak sumber kekayaan. Dalam ketidaksetujuan itu sebuah rahasia kepribadian akan tampak ke permukaan: apakah kita matang secara tarbawi atau tidak ?

---------------
Sumber: Menikmati Demokrasi