jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Senin, 03 November 2008

Anis: Iklan Itu Taktik PKS

INILAH.COM, Jakarta. Gara-gara iklan politik PKS, banyak ormas Islam yang kebakaran jenggot. Namun Anis Matta menyatakan, iklan yang menampilkan empat tokoh besar nasional itu merupakan salah satu taktik sekaligus bukti kecerdikan PKS.
Pihak-pihak yang mengklaim sebagai 'pemilik' dari tokoh-tokoh itu menyebut PKS ingin memecah suara partai pesaingnya yang selama ini menjadikan masing-masing tokoh itu sebagai ikon mereka.
Namun, meski menuai protes dari sejumlah kalangan tidak membuat PKS berniat mencabut tayangan iklan politiknya yang menampilkan tokoh Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Masyumi, dan nasionalis. PKS menilai bahwa iklannya dibuat pada moment yang tepat dan mengangkat nilai-nilai kepemimpinan bangsa.
"Kita nggak ada rencana untuk cabut iklan itu, iklan itu tujuannya mau mengangkat nilai-nilai kepemimpinan di mata masyarakat," kata Sekjen PKS Anis Matta kepada INILAH.COM di Jakarta, Sabtu (1/11).
PKS tak gentar akan menuai protes dari pihak yang lebih banyak lagi, karena Anis mengaku iklan partainya itu tidak mendapatkan protes dari pihak yang bersangkutan dengan nama-nama besar tokoh dalam iklannya.
"Kan Pak Muhaimin sudah ngomong nggak ada masalah dengan itu. Bahkan ini sudah yang ke dua kalinya kita angkat sosok Soekarno, nggak ada masalah dan nggak ada yang protes," imbuhnya.
Iklan PKS mendapat protes dari kalangan pemuda NU dan Muhammadiyah di beberapa tempat. Bahkan beberapa tokoh kedua
organisasi massa itu juga mengkritisi iklan PKS.
Dengan semakin dekatnya pelaksanaan kampanye menjelang pemilu 2009, semua partai politik pasti akan menyiapkan strategi jitu untuk meraih banyak suara. Ada yang rajin mengumpulkan para artis dan selebritas, ada yang merangkul para ulama, ekonom, bahkan pakar teknologi. Itu semua demi menjangkau lebih luas lagi basis massa.
Begitu juga dengan PKS, yang cukup cerdik dengan memanfaatkan ketokohan keempat tokoh nasional itu. Kalau PKS tak merasa bersalah meluncurkan iklan itu, mungkin ada benarnya. Itu disebabkan keempat tokoh itu adalah aset nasional dan milik semua bangsa dan golongan.Kalau ada yang ingin menggugat PKS, bisa jadi mereka itu adalah kelompok atau parpol yang merasa kecolongan dan tak mampu memanfaatkan peluang. Jadi untuk kasus ini, PKS cukup cerdik yang membuat banyak pihak justru mendidih menahan amarah karena terhambat oleh ketidakmampuan mereka mencari peluang.

LSI: PKS Partai Terbersih dari Korupsi


INILAH.COM. Meski dalam dua tahun terakhir ini citra PKS terus meroket, namun parpol Islam berbasis santri perkotaan ini menghadapi tantangan berat dalam Pemilu 2009. Salah langkah sedikit saja, target perolehan 20% suara bisa meleset.
Prediksi bahwa partai-partai Islam, termasuk PKS, bakal merosot atau jeblok, bukan mustahil bakal terbukti. Apalagi isu terorisme yang menyertai langkah pemerintah untuk melakukan ekseksui atas Amrozi dan kawan-kawan, makin membuat masyarakat takut dan khawatir terhadap Islam politik ini.
Hasil survei yang dirilis Lembaga Survei Indonesia tentang kekuatan partai-partai Islam di Indonesia untuk sebagian mencerminkan sikap rakyat yang kurang menguntungkan. Hampir 90% masyarakat Indonesia beragama Islam, tetapi hanya 17% yang mengaku akan memilih partai berasas Islam pada Pemilu 2009.
LSI juga menyingkapkan, pemilih Islam di Indonesia cenderung mendukung partai-partai berasas Pancasila, khususnya PDI-P, Golkar, dan Partai Demokrat. Dari berbagai segi, tiga partai sekuler itu dianggap lebih mampu memimpin.
Menurut survei itu, 17% dan 16% responden, Golkar dan PDI-P memiliki citra mewakili rakyat kecil. Sekitar 12% berpendapat, Partai Demokrat punya citra seperti itu. Dari semua partai Islam, PKS di depan dengan 7%.
Ketika responden ditanya apakah salah satu partai punya program bagus, peduli pada keinginan rakyat, atau memiliki pemimpin yang mampu memecahkan masalah bangsa, jawabannya hampir sama. Hanya saat ditanya tentang kebersihan dari korupsi, PKS (10%) ditempatkan di atas Partai Demokrat (7%), PDI-P (6%), dan Golkar (4%).
Survei LSI juga menyatakan, para pemilih Islam di Indonesia mementingkan masalah-masalah yang kiranya jauh dari agama. Sifat-sifat paling penting dimiliki suatu partai politik adalah kepedulian pada kepentingan rakyat (32%), memiliki program untuk kesejahteraan rakyat (29%), kesediaan mewakili kepentingan semua lapisan masyarakat (16%), serta kebersihan dari korupsi (12%).
Saat ditanya hal-hal yang paling mendesak dan harus ditangani pemerintah, 76% menyebut ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Hanya 0,8% mengatakan moral dan agama.
Ini berarti bagi PKS, PPP dan parpol Islam lainnya, rakyat bawah butuh pemecahan masalah riil di bidang sosial-ekonomi, bukan soal moral dan agama semata. Dalam hubungannya dengan komunitas Islam, PKS sudah tersandung masalah. Jika tak hati-hati melangkah, PKS bisa terjerembab ke pusaran persoalan.
Sebutlah umpamanya iklan Sumpah Pemuda PKS yang menampilkan pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy'ari berbuntut panjang. Gerakan Muda Nahdlatul Ulama (GMNU) berencana menggelar aksi ke kantor DPP PKS.
“Kita akan menggelar demo dalam waktu dekat,” kata Ketua PB Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Adien Jauharudin Jakarta, Senin (3/11). Hal ini dilakukan, karena PKS sama sekali tidak memiliki izin untuk menayangkan gambar KH Hasyim Asy'ari dalam iklan tersebut.
Rencananya, aksi ini juga akan digelar bersama organisasi kepemudaan Muhammadiyah Pasalnya dalam iklan tersebut, gambar KH Ahmad Dahlan juga ditampilkan.
PKS dan partai Islam lainnya, agaknya, masih menghadapi jalan terjal untuk menaikkan perolehan suara. Ada kecenderungan, radikalisme agama oleh para aktivis islam radikal, cenderung menambah rasa takut dan was-was di kalangan pemilih Islam untuk memilih partai Islam.
Adakah gejala ini suatu trend atau hanya fenomena sesaat? PKS, PPP dan partai Islam lain, yang mesti menjawab dan mencari kiat-kiatnya.

Sumber: Inilah.Com

Pengirim: Muhammad Hilal N Update: 03/11/2008 Oleh: Muhammad Hilal N