jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Kamis, 15 Juli 2010

Catatan HUT Ke-64 Kabupaten Sukoharjo (Bagian I)

Ironi persoalan kemiskinan di daerah lumbung pangan

Kabupaten Sukoharjo hari Kamis (15/7) ini memperingati HUT ke-64. Wilayah Sukoharjo terkenal sebagai lumbung padi Jateng. Idealnya, sebagai penyangga pangan wilayah Jateng semestinya kehidupan warganya serba cukup. Berikut laporan wartawan SOLOPOS, Ayu Prawitasari, terkait kondisi faktual di wilayah yang berslogan “Makmur” ini.

Kabupaten Sukoharjo hari ini genap berusia 64 tahun. Dua kali dipimpin bupati yang sama, Bambang Riyanto, Sukoharjo tumbuh dinamis dalam semua bidang kehidupan, mulai dari pendidikan, ekonomi, politik, kesehatan umum, perumahan serta berbagai bidang lain. Terhitung sejak 2007 lalu Sukoharjo menonjol di dua bidang yaitu pendidikan dan kesehatan.

Di bidang pendidikan, berbekal tekad dan optimisme tinggi, Bupati Bambang Riyanto bersama jajaran eksekutif saat itu mencanangkan program pendidikan gratis mulai dari SD hingga SMA. Program itu sempat ditentang DPRD Sukoharjo yang mempertanyakan soal anggaran maupun kualitas pendidikan. Masyarakat pun sempat menyangsikan lantaran program pendidikan dasar yang ditetapkan pemerintah pusat hanyalah SD hingga SMP atau dikenal dengan wajib belajar sembilan tahun. Program pendidikan gratis SD-SMA menjadi wacana kontroversial.

Mengatasi Penyakit Masyarakat

Dalam satu dua bulan terakhir ini, khususnya menjelang masuknya bulan suci Ramadan 1431 H, Kepolisian wilayah Surakarta bersama segenap jajarannya giat dan aktif melakukan operasi terhadap penyakit masyarakat. Berbagai bentuk penyakit dan penyimpangan-penyimpangan sosial seperti pelacuran, perjudian, minuman keras, premanisme, pengamen jalanan, Narkoba, bahkan pasangan selingkuh semua disikat habis tanpa ampun.

Terhadap kinerja kepolisian ini, masyarakat layak memberi acungan jempol. Tetapi akankah kinerja kepolisian ini memberi hasil yang optimal? Mengingat, model pendekatannya hanya menekankan pada pendekatan pembinaan Kamtibmas dan hukum positif saja. Tulisan Ini mencoba membuka diskusi dan menawarkan model pendekatan “psikosocial holistic aprroach” dalam menangani dan mengintervensi permasalahan penyakit sosial kemasyarakatan yang keberadaannya makin hari semakin merebak di Kota Solo tercinta ini.

Interdisipliner
Kompleksitas masalah-masalah sosial yang berkembang dalam masyarakat menuntut suatu pendekatan interdispliner dan lintas sektoral. Pendekatan ini perlu ditempuh mengingat bahwa etiologi munculnya masalah-masalah sosial itu bukanlah berangkat dari satu faktor tunggal. Artinya kejadian atau pemunculan suatu masalah sosial itu disebabkan oleh interplay multyfactor.

'Temanku, Teroris?', Kisah 2 Alumni Ngruki di Jalan Berbeda

Jakarta. Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki menjadi salah satu pesantren yang banyak dibicarakan oleh publik, baik dalam negeri maupun luar negeri. Stigma negatif mampir ke pesantren ini, karena banyak tersangka dan terpidana kasus terorisme yang pernah mengenyam pendidikan di pesantren ini. Tapi, Noor Huda Ismail membuka mata banyak orang dengan buku 'Temanku, Teroris?'.

Nama Noor Huda Ismail melambung di tengah-tengah maraknya isu terorisme dalam satu dasawarsa terakhir. Alumnus Pondok Ngruki yang mantan jurnalis Washington Post ini serius menelisik latar belakang, pengusutan, dan dampak-dampak yang terjadi akibat peristiwa-peristiwa pemboman di Indonesia, terutama bom Bali. Hatinya shock saat mengetahui bahwa teman sekamarnya saat berada di Ngruki, Utomo Pamungkas alias Fadlullah Hasan alias Mubarok terlibat dalam kasus pemboman yang sering disebut sebagai kasus terorisme itu.

Kini, Huda mendirikan Yayasan Prasasti Perdamaian, yayasan yang melakukan pendampingan terhadap para mantan pelaku terorisme dan para korban terorisme. Sebelumnya, setelah keluar dari Washington Post dan menamatkan S2 di International Security di St Andrews University, Skotlandia, Huda lebih dikenal sebagai pegiat perdamaian dan menjadi narasumber mengenai isu-isu terorisme.

MUI Imbau Tera Ulang Arah Kiblat 14-18 Juli

Jakarta. Majelis Ulama Indonesia (MUI) meralat fatwa bahwa arah kiblat tidak ke arah barat, namun ke arah barat laut. MUI mengimbau para pengurus masjid di seluruh Indonesia untuk menera ulang arah kiblat mulai Rabu-Sabtu, 14-18 Juli pukul 16.27 WIB (sebelumnya tertulis Jumat 17 Juli pukul 16.28 WIB).
"Daerah mana pun yang mampu menerima sinar Matahari pada jam itu, kita bisa sederhana menera arah kiblat. Arah lawan bayangan itulah arah kiblat berada, karena jam itu posisi Matahari tepat berada di atas Ka'bah," ujar Sekretaris MUI Asrorun Niam ketika dihubungi detikcom, Kamis (15/7/2010).

Posisi Matahari pada jam itu atau pukul 12.27 waktu Arab Saudi yang tepat berada di atas Ka'bah berlaku di seluruh dunia. Jika pada bagian Indonesia tengah dan timur pada waktu itu masih bisa menerima Matahari, maka masjid-masjid di daerah itu bisa melakukan tera ulang dengan toleransi kurang lebih 5 menit.