jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Rabu, 02 Maret 2011

PKS akan Blak-blakan di Depan SBY

"...kami akan menyampikan apa pandangan kami atas jalannya koalisi dengan mengacu pada piagam koalisi," Wakil Sekjen DPP PKS Mahfudz Siddiq.

"Yang ngajak berkoalisi pertama adalah SBY pada Juni 2008 karena elektabilitas SBY di bawah Mega. Ketika PKS putuskan dukung SBY, itu pertaruhan besar. Kalau sekarang mau dikeluarkan, silakan," tandas Anis kepada wartawan di DPR, Rabu (2/3/2011).

“Kalau kemudian PKS dianggap tidak sejalan dan dikeluarkan, sejarah yang akan menilai. Apakah memang yang lebih baik itu tetap berada dikoalisi atau justru tetap konsisten menegakkan hukum dengan memberantas mafia pajak sekalipun risikonya harus berada di luar koalisi,” ujar mantan Presiden PKS itu kepada wartawan di Gedung DPR RI Rabu (3/3/2011).

Bila pertemuan antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan pimpinan partai koalisi pendukung pemerintah digelar, PKS akan mendengarkan penilaian dan gagasan SBY selaku ketua koalisi atas perjalanan dan solusi atas persoalan yang dialami koalisi selama ini.

"Tapi kami juga akan menyampaikan apa pandangan kami atas jalannya koalisi dengan mengacu pada piagam koalisi," kata Wakil Sekjen DPP PKS Mahfudz Siddiq kepada Rakyat Merdeka Online (Selasa, 1/3).

Batalkan Angket, Demokrat Gagal Basmi Korupsi

KORUPSITERUS menghantui negeri ini. Pemberantasan korupsi terlihat melemah karena tidak ada ketegasan dan kesungguhan untuk melaksanakannya. Bahkan kubu Demokrat begitu getol menolak hak angket pajak untuk membongkar mafia pajak yang membelenggu Indonesia.

Teten Masduki, Sekjen Transparancy International Indonesia (TII) melihat KONSOLIDASI KORUPSI justru terjadi di tingkat elite dan oligarki yang membuat kepercayaan pasar dan publik pada pemerintah makin merosot.

Ia menambahkan, demokrasi yang sudah dibangun dengan susah payah telah dikuasai para elit-elit negeri ini yang berwatak korup. Hal ini sangat sulit mencari solusi teknis pemberantasan korupsi di Tanah Air, karena masalah korupsi sudah sangat erat dengan politik dan birokrasi.

Dalam kaitan ini, inisiator hak Angket Pajak yang juga Anggota Komisi III DPR, Bambang Soesatyo mengatakan, penolakan usulan hak angket dalam rapat paripurna menunjukkan gagalnya pemerintah Presiden SBY dalam upaya memberantas korupsi. Situasi ini menambah suram prospek pemberantasan KKN.

Pemimpin yang Tegas dan Bijaksana

Oleh: KH Didin Hafidhuddin

Sungguh sangat memprihatinkan apabila kita melihat perkembangan kondisi bangsa akhir-akhir ini, di mana sejumlah persoalan besar masih belum dapat diselesaikan secara tuntas, tepat, dan sesuai dengan ketentuan hukum dan nilai-nilai yang berlaku di negara kita.

Kasus Ahmadiyah sebagai contoh, hingga saat ini, masih menjadi duri dalam daging sehingga selalu menimbulkan gejolak horizontal di tengah-tengah masyarakat. Padahal, akar permasalahan Ahmadiyah ini sangat sederhana, yaitu adanya penodaan terhadap hal-hal yang sangat prinsip dalam ajaran Islam. Inilah yang kemudian mengundang lahirnya fatwa MUI yang menetapkan Ahmadiyah sebagai aliran sesat. Jadi, inti persoalannya bukan pada masalah toleransi, hak asasi manusia, dan kekerasan atas nama agama, melainkan pada tidak tuntasnya penyelesaian atas penodaan agama.

Jika saja Ahmadiyah ini segera dibubarkan ataupun dijadikan sebagai agama baru yang diakui secara resmi oleh negara, konflik antarmasyarakat yang sempat memakan korban jiwa tersebut dapat diminimalisasi. Apalagi, keberadaan Ahmadiyah di berbagai negara Muslim pun telah dinyatakan sesat dan keluar dari agama Islam. Di Pakistan, misalnya, Ahmadiyah telah diklasifikasikan ke dalam kelompok minoritas, bukan Islam. Demikian pula di Timteng dan Malaysia. Bahkan, Rabithah `Alam Islamy pun telah mengeluarkan fatwa tentang kesesatan Ahmadiyah sehingga mereka dilarang untuk menunaikan ibadah haji.

Begitu pula halnya dengan kasus-kasus besar lain seperti skandal Bank Century, kasus Bibit-Chandra, Gayus, dan mafia pajak serta megakorupsi lainnya. Semuanya seakan-akan dibiarkan mengambang dan tidak jelas penyelesaiannya. Padahal, masalah-masalah tersebut telah menguras energi bangsa ini. Seharusnya energi bangsa ini diarahkan pada upaya peningkatan kualitas pembangunan nasional.

Fahri Hamzah Kulwit Tentang "KOALISI"

"Setelah Setgab terbentuk, muncul kekeliruan dan komplikasi yg luas karena SBY seperti mau lepas tangan dr KOALISI. Bahkan banyak kecurigaan bahwa Setgab adalah hasil komunikasi SBY dan Ical (pasca dikalahkannya JK oleh keduanya pd pilpres)" 
--Fahri Hamzah--


Di sela-sela kesibukannya mengikuti Mukernas PKS di Yogyakarta, Wakil Sekjen PKS Fahri Hamzah menyempatkan diri untuk mengisi Kulwit alias kuliah di twitter yang kali ini akan membeber seputar "KOALISI" yang memang lagi panas-panasnya. Selamat menyimak:

1. Jam 12:45:35 AM (saya baru free) sy twitt soal #KOALISI beberapa dulu.

2. Scott Mainwaring yg menyebut bahwa kombinasi presidensialisme + multipartisme itu rumit distabilkan

3. Ok rumit tapi bukan berarti tdk bisa. Karena kerumitan itu memang kita ciptakan: kita trauma dgn parlementer + pembatasan

4.Di antaranya karena aturan #KOALISI yg tidak ada dalam Konstitusi dan uu apapun di Indonesia maka PKS berinisiatif membuat piagam

(Piagam Koalisi antara PKS dan PD silahkan baca disini)

Memahami Realitas Bumi dengan Narasi Langit

Ada 3 situasi dimana tadabbur Qur'an selalu menghasilkan pemahaman dan keyakinan baru yang dahsyat..

Pertama, tadabbur Qur'an yang kita lakukan saat kita membutuhkan perspektif Ilahiah atas sebuah ide, pikiran atau narasai..

Kedua, tadabbur Qur'an yang kita lakukan saat kita membutuhkan perspektif Ilahiah atas sebuah peristiwa, situasi atau fakta..

Ketiga, tadabbur Qur'an yang kita lakukan saat kita perlu proteksi Ilahiah atas berbagai virus emosi negatif seperti sedih, takut dll.