jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Rabu, 25 Agustus 2010

Mewujudkan Hakikat Taqwa

Khutbah Idul Fitri 1431 H
Oleh: Ust. Yani

الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.


Dakwatuna.Com. Ramadhan yang telah kita akhiri memberikan kebahagiaan tersendiri bagi kita, hal ini karena ibadah Ramadhan yang salah satunya adalah berpuasa memberikan nilai pembinaan yang sangat dalam, yakni mengokohkan dan memantapkan ketaqwaan kita kepada Allah swt, sesuatu yang amat kita butuhkan dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.

Agar pencapaian peningkatan taqwa bisa kita raih dan dapat kita buktikan dalam kehidupan sehari-hari, menjadi penting bagi kita memahami hakikat taqwa yang sesungguhnya. Dalam bukunya Ahlur Rahmah, Syekh Thaha Abdullah al Afifi mengutip ungkapan sahabat Nabi Muhammad saw yakni Ali bin Abi Thalib ra tentang taqwa, yaitu:

الْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ وَالْعَمَلُ بِالتَّنْزِيْلِ وَاْلإِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ وَالرِّضَا بِالْقَلِيْلِ
Takut kepada Allah yang Maha Mulia, mengamalkan apa yang termuat dalam at tanzil (Al-Qur’an), mempersiapkan diri untuk hari meninggalkan dunia dan ridha (puas) dengan hidup seadanya (sedikit)

Ka’bah Menggetarkan Hati Ratusan Pekerja Cina

Dakwatuna.Com. Mekah. Hidayat bisa datang dari cara yang tak pernah diduga. Mungkin itu pula yang dialami ratusan pekerja Cina di Arab Saudi yang kemudian memilih Islam sebagai agamanya yang baru.

Setelah melihat Ka’bah dari televisi, tiba-tiba hati mereka bergetar. Pintu hidayah seakan terbuka. Dan Allah SWT pun melapangkan jalan mereka untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Lebih dari 600 pekerja asal Cina berpaling menjadi Muslim setelah mendapatkan pengalaman spiritual di Arab Saudi.

Mereka adalah bagian dari 4.600 warga Cina yang sedang mengerjakan proyek rel kereta api yang menghubungkan Makkah dan Madinah. Rel kereta itu nantinya akan melalui Jeddah dan Khum. Peristiwa yang sempat menghebohkan itu terjadi tahun lalu.

Negeri Lumbung Haji & Koruptor

Judul artikel di atas terkesan provokatif sekaligus kontradiktif. Bukankah Indonesia sebagai negeri lumbung haji, tapi kenapa juga sekaligus menjadi lumbung koruptor? Bukankah adanya jutaan orang bergelar haji, negeri ini mestinya nihil praktik korupsi? Bentuk ironisitas di atas pantas dikemukakan dewasa ini di saat bangsa ini tengah dililit bencana korupsi yang menggilas kesadaran kita. Pernyataan tersebut bukan sebuah simplifikasi yang terlalu menyederhanakan persoalan. Melainkan sebuah realitas sosial yang memerlukan pisau pembedah sosial, hingga akan ditemukan solusi yang bisa mengatasi permasalahan yang cukup satir itu.

Sekali lagi, dua model pertanyaan di atas, sungguh bukan punya maksud sedikit pun menyudutkan eksistensi para haji/hajah di Indonesia. Tanda tanya besar di atas sekadar menjadi pemancing sikap kritis agar publik tidak lagi gampang percaya dengan banyaknya seremonial, gelar dan aksesoris citra sosial lainnya yang tersemat pada siapa pun. Yang selama ini kerap menjebak anggapan baik, padahal ternyata komitmen orang-orang yang menjalankan ritual beragama itu hanya demi sebuah misi ”kapitalistis”. Ingin mendapatkan citra sosial yang tinggi di hadapan masyarakat atau menggunakan citra sosialnya tersebut untuk mengeruk keuntungan pribadi, seperti melakukan korupsi.

Praktik kejahatan korupsi di negeri ini, benar-benar sudah di luar ambang batas kata toleransi. Kuantitas maupun kualitasnya kian menggila. Semasa Orde Baru dan Orde Lama dahulu, kejahatan korupsi sekadar menjadi isu tentatif, karena pelakunya bisa dihitung jari. Kini, kenyataannya telah jauh berubah. Korupsi merebak di mana-mana. Justru pasca-Orde Reformasi, korupsi seakan menjadi budaya yang dilakukan hampir semua orang. Mulai dari kalangan eksekutif, yudikatif hingga legislatif gampang tersedot menjadi pelaku tindakan korupsi. Pejabat, pengusaha maupun aparat keamanan punya kans besar juga berkonspirasi melakukan kejahatan bersama bernama skandal korupsi.