Jakarta. Luthfi Hasan Ishaq ditunjuk menjadi pejabat sementara PKS menggantikan Tifatul Sembiring. Jika nantinya Luthfi terpilih menjadi Presiden PKS, ada dua Pekerjaan Rumah (PR) yang harus diperhatikan."Ada dua PR ke depan jika Pak Luthfi terpilih," ujar Direktur Indobarometer M Qodari kepada detikcom, Minggu (25/10/2009).
Menurut Qodari, PR pertama yaitu menata organisasi agar PKS bisa lebih maju lagi. Terlebih sekarang peran PKS baik di parlemen maupun pemerintahan sudah semakin bertambah.
Kedua tantangan di luar, bagaimana Luthfi harus dapat menarik simpati publik untuk meningkatkan suara PKS. Sebagai partai era reformasi, PKS memiliki tren yang bagus. "Jangan sampai suara PKS justru menurun," kata Qodari.
Melihat rekam jejak Luthfi yang sudah bergabung dengan PKS sejak masih menjadi Partai Keadilan dan pernah menjadi Sekjen kala itu, Qodari menilai Luthfi adalah sosok yang tepat untuk memimpin PKS.
Keputusan menunjuk Luthfie, diambil dalam rapat yang dihadiri Dewan Pimpinan Partai (DPP), Majelis Pertimbangan Partai (MPP), dan Dewan Syariah Pusat (DSP).
Selain menggantikan posisi Tifatul sebagai Presiden PKS, Luthfi sebelumnya juga menggantikan peran Tifatul sebagai Ketua Komisi I DPR. Luthfi akan menjabat sebagai Presiden PKS hingga digelarnya Musyawarah Nasional pada Mei 2010 dan dipilih presiden baru. (did/nrl)
Sumber: www.detiknews.com
Lutfi Hasan Tak Pandai Berpantun Ala Tifatul
INILAH.COM, Jakarta. Jika mantan Presiden PKS Tifatul Sembiring pandai merangkai kata-kata indah dalam bait pantun. Tidak halnya bagi penggantinya Luthfi Hasan Ishaq.
Dalam berbagai kesempatan Tifatul sering berpantun. Bahkan saat serah terima jabatan Menkominfo dari M Nuh, Tifatul pun tak lupa mengeluarkan keahliannya dalam pantun.
"Saya tidak bisa berpantun seperti beliau (Tifatul)," puji Presiden PKS Lutfi Hasan Ishaaq dalam sambutannya di serah terima jabatan di kantor DPP PKS, Jakarta, Selasa (27/10).
Ia mengatakan sebagai Presiden DPP, hanya fasilitator agar kader bisa berkiprah untuk kontribusi bangsa dan negara. "Mudah-mudahan saya tidak salah menangkap amanah. Saya tidak perlu perpisahan dengan Pak Tifatul. Ini hanya pembagian peran," ujarnya.
Sementara itu, dalam sambutannya setelah menyerahkan tampuk kepemimpinan ke Lutfi Hasan, Tifatul Sembiring mengatakan, menjadi presiden partai adalah seperti nahkoda sebuah kapal dengan anak buah yang memiliki latar belakang berbeda.
"Ada yang mondar mandir, karena senior memberi nasehat kesana-kesini. Tapi ada yang bergelayutan aja di kapal. Ada yang mau loncat tapi tidak ada kapal yang mau menerima. Itulah filosofi kapal, terkadang hadapi ombak dan gelombang," tutur Tifatul.
Tifatul juga mengingatkan, menjadi presiden PKS seperti orang yang pertama kali melahirkan. Yaitu tidak mempunyai pengalaman apa-apa sebagai presiden. "Tapi tetap seluruh elemen partai mendukung," jelas Tifatul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar