jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Senin, 20 Juni 2011

Pengakuan Seorang Pria tuk Bahagiakan Pasangannya


Sebuah pesan pendek menutup BBM-ku dengan Gusfid, sebut saja demikian karibku alumni Perminyakan ITB.

"Salam buat istri dan anak-anak. Pastikan mereka selalu bahagia Bro..."

Singkat dan jelas. Udah beberapa hari ini jiwa amtenar Jawaku kumat. Pengin dilayani istri terus. Pengin diperhatikan terus. Sedikit saja dia kurang sempurna memperlakukanku atau anak-anak, timbul semangat menuntut dalam benakku. Chat penutup dengan Gusfid tersebut seolah cara Tuhan mengingatkanku. Aku memang butuh bahagia. Berarti istri juga membutuhkannnya.

Kesibukanku dari fajar sampai petang tiap harinya memang membutuhkan muara bila tiba di rumah. Dan pilihanku jatuh pada istri. Karena kebetulan aku tidak suka nonton TV, apalagi main game di komputer. Berada dalam dekapan istri seolah mengembalikan energi yang yang luluh seharian. Tapi istri juga tidak kalah sibuknya. Selain aktivitas kerjaan seharian, dia juga harus mengurus anak2ku bila kembali ke rumah.Mengganti popok dan menemani membaca kadang-kadang memang kulakukan. Tapi menyusui memang tidak bisa ku gantikan.

Aku tersenyum dan merubah cara pandangku. Dulu sebelum nikah ada yang menasehatiku:


"Cak, cinta seorang suami pada istri itu akan beda bila sudah punya anak. Cara istri kita memperlakukan anak-anak kita akan mempengaruhi cinta kita. Semakin sempurna cara istri kita menumbuhkembangkan anak-anak, akan semakin dalam cinta kita pada istri. Begitu pula sebaliknya."

Mungkin petuah itu sedikit mempengaruhi pola pikirku. Namun chat BBM dari temanku tadi telah menyempurnakan keseluruhan kalimat penerus nasehat tersebut. Bila aku ketemu dengan kawan lama yang menasehatiku itu akan kusampaikan:

"Kang, bisa jadi benar apa yang panjenengan sampaikan. Namun, bukankah tumbuh kembang anak ada batasnya. Pada akhirnya anak-anak kita akan menikah dan memiliki kehidupan masing-masing. Dan seorang istri akan selalu di sisi sang suami. Idealnya mencintai istri adalah dari hati, tanpa syarat. Istri adalah belahan jiwa. Mencintai istri berarti mencitai diri sendiri."

Aku meletakkan BB-ku. Ku cari istri sang sedang menidurkan anak keduaku. Aku kecup keningnya. Kemudian kubalikkan badannya dari arah anakku. Aku mendekapnya erat. Dalam hatiku aku berdoa,


"Ya Alloh lindungi istriku. Jadikan ia perempuan terindah di mataku. Berikan aku kemudahan untuk membahagiakannya."

Aku merasa aliran darahku sangat lancar. Pikiran dan hatiku tenang. Seolah-olah aku belum pernah memeluknya. Serasa pelukan pertama setelah kami menikah. Aku percaya jika istri bahagia, maka suami akan lebih bahagia.

Diambil dari: tulisan Mokhamad Mahdum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar