jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Rabu, 28 Oktober 2009

Berdakwah dengan Cabe


Kisah sukses seseorang tak melulu terlecut dari orang-orang beken dan terkenal. Saiful merupakan contoh kongkritnya. Saiful yag dikenal sebagai aktivis PKS, justeru terlecut oleh gigihnya perjuangan petani cabe di kampung halamannya, Mancak Kabupaten Serang. Kisah dia yang melanglang buana ke banyak tempat, kemudian banting setir menjadi petani cabe sukses, merupakan kisah nyata bahwa ia terinspirasi dari kalangan biasa.
Seperti kebanyakan pemuda di kampungnya, ia mempunyai mimpi untuk menjadi orang sukses. Baginya, kesuksesan merupakan harga mati yang bisa mengangkat derajat hidup diri serta keluarganya. Saiful ‘muda’ sangat senang mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Ia percaya, hanya dengan mengembara cita-citanya menjadi orang sukses bakal terwujud.

Sejak lulus SMA, Saiful muda sudah melangkahkan kaki perjuangannya ke sebuah kota pelajar di Bandung. Di sana ia mencari pengalaman kerja sembari menafkahi hidupnya. Di kota kembang ini pula, dengan bekal seadanya ia sempat kuliah di salah satu kampus swasta, Universitas Bandung. Akan tetapi, sifatnya yang ugal-ugalan membuat dirinya di drop out pihak kampus.

“Saya 3 tahun merantau ke Bandung, mencari kerja hingga kuliah. Tapi karena banyakan nongkrongnya ketimbang kuliah, pihak rektorat kampus mengeluarkan saya. Ini adalah pengalaman tak terlupakan,” kenangnya. Meski begitu, Saiful tak pernah menyesal karena dikeluarkan dari kampus. Ia terus bangkit menjadikan pengalaman ‘pahit’ itu sebagai guru paling berharga dalam hidupnya.

Tak cukup hanya ke Bandung, awal tahun 1997 ia melanjutkan pengembarannya ke Tangerang sebagai buruh pabrik. Pekerjaan sebagai buruh ia tekuni hingga akhir 2000. Persis apa yang terjadi di Bandung, di Tangerang ia tak kunjung berjumpa dengan mimpinya yang indah, menjadi orang sukses. Kemapaman ekonomi tak kunjung datang. Yang ada hanyalah eliminasi hidup dari kehidupan sosial yang kian mengganas.

Sampai akhirnya, di penghujung tahun 2001, ia memutuskan untuk pulang kampung dan bertekad mengembangkan pertanian cabe. Terngiang lekat dalam memorinya sewaktu muda ketika ia melihat petani cabe yang gigih, bekerja di bawah terik matahari, namun hasil yang melimpah tak kunjung menghampiri mereka. Padahal kalau dikelola secara profesional, pertanian cabe bisa mendatangkan banyak keuntungan.

Dari titik simpul itulah, sekembalinya dari pengembaraan selama beberapa tahun, pria berkumis tipis ini bertekad memgembangkan industri pertanian cabe menjadi pertanian yang lebih menguntungkan, berguna bagi masyarakat, dan menghasilkan banyak keuntungan. Dari satu penyuluhan ke penyuluhan lain ia ikuti guna menambah wawasan tentang cara mengembangkan pertanian cabe.

Dengan pengetahuan dan modal seadanya, Saiful ‘tua’ mulai coba-coba bertanam cabe. Areal pertaniannya masih terbatas, bibit yang digunakan juga terbatas. Hasil pertaniannya pun hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Saat itu, pertanian cabe yang ia jalani sangatlah tradisional, belum ada sentuhan teknologi canggih.

Seiring perkembangan zaman, pengetahuan Saiful tentang pertanian cabe mulai bertambah. Pengalaman menjadi petani cabe juga telah membuat dirinya menjadi sosok yang ulet dan pantang menyerah. Sampai akhirnya, sejak tahun 2005 ia memberanikan diri bertanam cabe dalam skala yang lebih besar. Dan keberanian itu, bergayung sambut dengan perkenalannya dengan Bang Zul yang mensupportnya dari segi modal.

Pengalaman, modal, serta ketersediaan lahan semakin menancapkan semangat Saiful untuk terus mengembangkan industri pertanian cabe di tanah kelahirannya, desa Angsanah kecamatan Mancak. Tahun ini, ia menanam 17.000 bibit pohon cabe di areal tanah seluas 1,5 hektar. Dari prediksi keuntungan, 17.000 pohon cabe itu akan menghasilkan 7 ton dalam setiap panennya.

“Alhamdulilah dengan modal dari Kang Zul pertanian cabe yang saya kelola mulai berkembang. Insya Allah dalam satu tahun ini kita akan panen cabe dua kali. Setiap panen minimal 7 ton akan kita hasilkan dan jika diuangkan bisa mencapai 70 juta,” tuturnya penuh semangat.

Pertanian cabe tidak saja menguntungkan dirinya secara financial, lebih dari itu industri cabe yang dikelola bapak dua anak ini juga justeru mampu menyerap sejumlah tenaga kerja guna dipekerjakan di kebun. Saiful mengatakan, untuk menggarap 1,5 hektar sawah, ia membutuhkan sedikitnya 15 orang karyawan tetap.

“Lima belas orang itu berstatus karyawan tetap, bekerja secara profesional dan digaji setiap hari. Sementara karyawan yang lainnya bekerja serabutan, bekerja jika dibutuhkan saja,” tuturnya menjelaskan.

Tentu saja ada kepuasan batin yang dialami Saiful. Bukan saja bisnis cabe yang ia kembangkan mulai menemukan secercah harapan. Melainkan, ia senang lantaran telah mampu merekrut sejumlah orang untuk diserap menjadi tenaga kerja pertanian secara permanen.

Selain itu, di tengah kesibukannya menjadi ketua DPC PKS Mancak, pria 35 tahun ini juga melowongkan waktunya setiap hari menyapa dan memberikan kontribusi ril bagi masyarakat sekitarnya. Saiful sadar betul bahwa tantangan dakwah ke depan makin sulit, tidak cukup bermodalkan ceramah semata. Untuk itulah, kontribusi nyata sangat dibutuhkan halayak ramai.

“Saya senang bisa membantu orang lain. Ke depan dakwah tak cukup hanya ceramah, tapi harus mampu memberikan sesuatu yang nyata bagi masyarakat semisal lapangan pekerjaan. Saya berharap dengan cabe yang saya kembangkan ini, tugas dakwah kita semakin gampang. Cabe ini adalah modal saya untuk berdakwah” katanya mengakhiri pembicaraan. (Adi)


Sumber: http://www.zulkieflimansyah.com/in/berdakwah-dengan-cabe.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar