jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Rabu, 09 Juni 2010

Renungan tentang Ritualis Destruktif

Allah SWT mengisyaratkan adanya orang-orang ritualis destruktif, yakni orang yang rajin melaksanakan ibadah-ibadah ritual seperti shalat, puasa, dan haji, namun perilakunya merusak, merugikan, dan menebar nestapa kepada orang lain.

Allah SWT menyindir perbuatan mereka itu. "Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka, kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna." (QS Al-Ma'un [107]: 1-7).

Ada beberapa yang menyebabkan timbulnya perilaku destruktif pada orang yang rajin melaksanakan ibadah ritual itu. Pertama, memisahkan kehidupan dunia dari urusan agama. Di antara mereka adalah yang lalai dalam shalatnya ('an shalatihim sahun), Lalai dari shalat itu digambarkan pada ayat-ayat sebelumnya yakni, "Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin."

Kedua, riya yakni melakukan ibadah dengan tujuan untuk dipuji orang lain. Ini diisyaratkan dengan kalimat, "alladzina hum yura`un", (mereka adalah) orang-orang yang berbuat riya.

Imam Ghazali mengatakan, orang yang riya hakikatnya adalah orang yang berorientasi duniawi dan kenikmatan instant. Mereka beribadah bukan atas kesadaran dan pengabdian kepada Allah, melainkan karena urusan duniawi.

Jika berbuat sesuatu, tidak ada yang dia inginkan selain semakin membangun kejayaan duniawi (QS An-Nisaa [4]:142). Akibat perbuatan riya itu, maka ibadah-ibadah ritual yang dilaksanakannya menjadi tidak bermanfaat. Padahal, inti dari ibadah adalah keikhlasan.

Ketiga, kikir, yaitu orang yang enggan menolong dengan sesuatu dan perbuatan yang berguna (wayamna'unal-ma'un). Perbuatan yang demikian itu adalah buah dari tidak adanya keikhlasan. Ia akan merasa rugi untuk mengeluarkan dan memberikan sesuatu jika tidak ada kompensasi duniawi seperti pujian atau popularitas. Ia hanya akan memberikan sesuatu manakala ia akan mendapat keuntungan duniawi darinya. Allah mengingatkan bahwa kikir merupakan salah satu sifat orang munafik (QS Al-Ahzab [33]: 19).

Jika ketiga penyakit ini terdapat pada diri seseorang, maka ibadah ritual yang dilakukannya tak akan mampu menolongnya menjadi pribadi yang penuh kebajikan. Sebaliknya, yang muncul adalah sosok ritualis destruktif. Semoga, kita semua, terhindar dari perbuatan ritualis destruktif tersebut. Wallahu a'lam.


Sumber: Republika Newsroom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar