jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Selasa, 19 Januari 2010

Akses Muslim pada Pendidikan Masih Minim

Konferensi Pemuda Islam Dunia


DEPOK. Akses umat Islam terhadap pendidikan, terutama di negara-negara Islam, ternyata justru masih minim. Selain minim terhadap akses pendidikan, juga minim terhadap akses pendidikan yang Islami. Ini ditegaskan Achmad Setiabudi, Ketua Nuansa Islam Mahasiswa Universitas Indonesia (Salam UI), di sela-sela International Muslim Youth Conference on Education yang digelar di Kampus Fakultas Ekonomi UI, Depok (19/1). Salam UI merupakan salah satu pihak penyelenggara dari konferensi ini.

Achmad mencontohkan di Indonesia. Walaupun bukan negara Islam, namun Indonesia merupakan negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia. ''Akses Muslim pada pendidikan masih sangat rendah. Kita lihat saja yang bisa mengakses di Perguruan Tinggi hanya sekitar dua hingga tiga persen saja dari kaum muda Muslim kita. Ini sangat kecil sekali,'' tegas Achmad.

Menurutnya, secara umum dapat dikatakan dari 22 negara Muslim asal para peserta konferensi ini dapat dikatakan akses pada pendidikan masih minim. ''Memang ada sebagian negara yag sudah baik. Namun jika dirata-rata, mereka sebagai penduduk Muslim di negara-negara Islam tersebut, justru masih minim untuk bisa mengakses pendidikan,'' tegas Achmad.

Bukan itu saja, selain minim atau sedikit yag bisa mengakses pendidikan, umat di negara-negara Muslim tersebut, teermasuk Indonesia juga sedikit sekali atau minim yang bisa mengakses pendidikan Islam. "Mayoritas justru di negara-negara muslim tersebut, sistem pendidikannya tidak mengadopsi pendidikan Islam. termasuk di Indonesia yang merupakan negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia."

''Padahal kita tahu bahwa sebenarnya intelektual dan moral haruslah dibangun secara bersama-sama. Negara yang menggunakan sistem pendidikan yang semata-mata mengedepankan pendidikan keilmuan saja, tentunya yang maju hanya dari sisi intelektual saja. Namun dari sisi moralnya, tentu kurang. Dengan demikian tentunya Muslim di negara-negara tersebut perkembangannya tidak seimbang. Antara perkembangan intelektual dengan perkembangan moralnya. Ini akan sangat berbahaya, karena bisa mengakibatkan krisis moral di dunia ini,'' tandas Achmad.

Achmad berharap dari konferensi ini merupakan langkah awal untuk mencari solusi-solusi terhadap masalah yang dihadapi oleh sebagian besar negara-negara Muslim tersebut. ''Kita harapkan dari konferensi ini dapat muncul sebuah solusi, sebuah wacana yang bisa kita tawarkan pada negara-negara tersebut sebagai solusi permasalahan pendidikan di negara-negara Islam,'' katanya.

Selain berupa konferensi antarpemuda negara-negara Muslim, Achmad juga menilai perlu adanya program pertukaran pelajar antarnegara-negara Muslim serta diskusi-diskusi antarnegara yang khusus membahas persoalan pendidikan di negara-negara Islam. ''Diharap dengan itu semua dapat terjalin kesatuan umat Muslim di seluruh dunia, khususnya bagi kaum muda. Tentunya ke depan ini akan merupakan bagian dari upaya peningkatan peradaban Islam,'' paparnya.

Menurut Achmad, peradaban Islam perlu dibangkitkan kembali. ''Kita semua harus tunjukkan pada dunia bahwa Islam tidaklah identik dengan teroris, namun Islam identik dengan budaya dan intelektual yang maju,'' tambah Achmad.


Sumber: Republika Newsroom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar