jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Selasa, 27 April 2010

Fahri: Sekarang Siapa Cicak dan Siapa Buaya?

VIVAnews. Wakil Ketua Komisi III Bidang Hukum DPR Fahri Hamzah mengingatkan, sejak awal DPR menyarankan agar kasus Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah dibawa ke pengadilan. Tetapi sayangnya, saran ini ditolak.

"Pilihan deponir pun tak diambil, karena deponir ialah penghentian kasus tapi orangnya dianggap salah dan ia tidak boleh menjabat lagi sebagai konsekuensi," kata Fahri di Gedung DPR, Jakarta, Rabu 21 April 2010.

Dia menilai, dikeluarkannya Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan (SKPP) itu adalah pilihan. Tapi perlu disadari bahwa SKPP ini bukan berarti kasusnya ditutup.

"Bahkan sangat rawan untuk dibuka kembali," tegas politisi dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.

Fahri menyayangkan pula ada intervensi kasus itu di tengah jalan. Dan semua dinilai sebagai akal-akalan saja. "Kalau begini, sekarang siapa yang Cicak dan siapa yang Buaya?".

Padahal, kata Fahri, pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berpidato soal kasus Bibit-Chandra itu sudah cukup baik. Tapi dia menyayangkan karena akhirnya, "Pidato Presiden menjadi tidak ada gunanya."

Anggota DPR dari daerah pemilihan Nusa Tenggara Barat ini menduga, pihak yang salah dalam kasus ini adalah mereka yang mengintervensi dan aktif menekan kejaksaan. "Sehingga SKPP sampai dikeluarkan," kritiknya. (umi)


Sumber: vivanews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar