jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu
Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..
Senin, 01 Februari 2010
H. Nana Mulyana, Pengusaha yang memadukan bisnis dengan nilai spiritual
Namanya H. Nana Mulyana, saat ini ia menjadi pengusaha aluminium yang memegang sekitar 35 persen profit share se Jawa Barat. Jumlah yang sangat banyak tentunya. Hal itu bisa terjadi karena memang ia memiliki jaringan penjualan hingga ke pelosok daerah di Jawa Barat.
Kini, H. Nana Mulyana sukses dengan usaha yang digelutinya. Padahal, sebelumnya ia sempat jatuh bangun ketika membangun berbagai usaha yang dirintisnya. Di awal tahun 1990 an, ia beberapa kali membuka usaha di beberapa bidang seperti garment dan elekronik. Sayang, semua usahanya itu harus gulung tikar karena kalah bersaing.
“Dulu memang belum ada pengalaman, apalagi terjadi juga kesalahan pengelolaan dan manajemen, sehingga membuat usaha yang dijalankan malah harus di tutup,” kenang H. Nana.
Namun, dengan semangatnya yang menginginkan jadi pengusaha membuatnya harus terus eksis untuk mencari peluang baru. Dengan strategi baru dan lengkah tepat yang diambilnya, H. Nana pun kembali mendapatkan bisnis baru.
Di tahun 1997, kesuksesannya mulai ia rintis. Mengambil pengalaman dari usaha sebelumnya, ia lalu memilih bisnis aluminium. Menurutnya, usaha yang dipilihnya masih memiliki market yang cukup besar.
Krisis moneter pada 1997 lalu telah menimbulkan kegoncangan bagi para pelaku bisnis. Harga-harga yang melonjak naik, membawa dampak yang sangat serius bagi dunia usaha. Sedikit-demi sedikit karyawan di PHK. Bahkan tidak sedikit yang mem-PHK masal semua karyawannya, alias bangkrut.
Dengan bermodalkan uang tujuh juta rupiah, hasil penjualan Suzuki Carry Pick Up-nya, Nana mencoba membidik usaha yang kala itu masih jarang, yaitu menjadi pengrajin aluminium.
Aluminium sama halnya dengan saudaranya yang lain seperti besi, baja, ataupun tembaga adalah bahan hasil olahan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Beragam manfaat dapat dirasakan manusia berkat adanya aluminium. Bila kita perhatikan, di hampir semua rumah terdapat aluminium. Baik sebagai bahan baku utama rumah, alat dapur, hingga asesoris rumah tangga lainnya. Karena banyaknya manfaat inilah yang membuat suami Nia Kurniawati tertarik untuk menggeluti usaha aluminium.
Sebelum terjun bebas dalam bisnis kerajinan aluminium, ia belajar dahulu ke kakaknya di Jakarta. Dengan modal Rp 7 juta, 1,5 jutanya ia gunakan untuk menyewa sebuah toko. Sisanya ia belikan perkakas dan bahan aluminium. Ia juga merekrut seorang karyawan yang sudah ahli dalam bidang pembuatan berbagai perlengkapan rumah dari bahan aluminium.
Perlahan tapi pasti usahanya makin berkembang. Pada 2001 usahanya mendapat status CV dari Departemen Kehakiman dengan nama Nuansa aluminium. Awalnya omset perbulannya bisa mencapai satu sampai dua milyar rupiah. Setelah berjalan selama delapan tahun, kini omsetnya meningkat menjadi tiga milyar rupiah per bulan. Ini satu perkembangan yang sangat menggembirakan, tuturnya. Menurut ayah tiga anak yang lahir di Majalengka pada 14 Juni 1972 lalu ini, ia merintis usahanya dari nol.
Kerena omset yang cukup besar inilah, maka status usahanya kini menjadi PT (Perseroan Terbatas) atau PT. Nuansa Aluminium.
Awalnya ia membuka toko kecil. Pemasarannya pun tidak seperti sekarang. Waktu itu ia mengharapkan pembeli datang sendiri. Namun, setelah dikaji, pemasaran seperti itu tidak efektif sehingga ia merubahnya dengan jemput bola. Ia membuat penawaran ke instansi-instansi pemerintah, instansi swasta, juga ke perusahaan-perushaan ritel seperti Indomart dan Alfamart. Alhamdulillah, kini kita telah bermitra dengan mereka, tukas Direktur Utama PT. Nuansa Alumunium yang beralamat di Jalan Raya Rancaekek Km 20,4 No 16 Bojongloa Kabupaten Bandung ini.
Kini PT Nuansa Alumunium telah berkembang pesat. Meski dinakhodai seorang lulusan SMA (karena waktu kuliah di IAIN ia terkena DO) namun sistem manajemen usahanya telah menerapkan manajemen usaha modern dan kini sudah berhasil memberdayakan 150 orang yang awalnya hanya 3 orang. Bahkan H. Nana kerap mendorong karyawannya untuk mandiri. Tidak heran ia sudah memiliki beberapa mitra usaha yang rata-rata mantan karyawannya dengan 32 lokasi usaha yang tersebar diseluruh wilayah Jawa Barat.
Kemitraan yang dijalin dengan mantan karyawannya adalah dalam penyediaan bahan baku alumunium. Para mitranya diberi kemudahan dalam pembayaran kepada perusahaannya, yaitu dengan diberikan tenggang waktu dalam pembayaran. Hal inilah yang membuat hubungannya dengan mitranya makin erat harmonis.
H. Nana memang menerapkan manajemen terbuka kepada para mitra binaannya. Ia memiliki prinsip bahwa apa yang diketahuinya dalam bisnis kerajinan alumunium harus diketahui pula oleh orang lain. Itu adalah satu prinsip yang didasarkan pada hadits Rasulullah SAW, bahwa orang yang paling baik adalah yang memberikan manfaat bagi orang lain.
Tiga Kunci Keberhasilan
Ada tiga kata kunci yang membuatnya berhasil, menurut beliau sambil mengutip kisah Rasulullah SAW yang digantikan oleh Ali bin Abi Thalib ditempat tidurnya ketika ingin berhijrah ke Madinah.
Pertama, adanya Strategi.
Menurutnya, strategi dibuat untuk memenangkan persaingan dan mengembangkan keahlian. Strategi pertama ia ambil dari proses hijrah Rasulullah ke Madinah. Ia melihat bagaimana Nabi bisa berhasil dalam dawahnya padahal selama di Mekah kurang menemukan keberhasilan. tetapi setelah berhijrah ke Madinah, beliau berhasil. Melalui hijrah itulah strategi keberhasilan dawah Rasul.
Kedua, Berani Melangkah dan Mencoba.
Sehebat apapun strategi, tanpa ada keberanian berbuat, itu tidak akan berhasil. Maka saya buat spekulasi dengan dana tujuh juta itu. Dan alhamdulillah berhasil, ungkapnya.
Dan yang Ketiga, Tawakal.
Tawakal dalam Islam menurutnya bukan tawakal pasif, tapi aktif. Tawakal yang baik adalah membuat strategi, berani melangkah, kemudian pasrah terhadap ketentuan Allah. Gagal bukan karena salah konsep, keberhasilan bukan karena hebatnya konsep. Dan sehebat apapun kita berani melangkah, itu bukan karena keberanian kita, semua datang dari Allah. Keberhasilan dan kegagalan kita dalam berusaha itu semua datang dari Allah, tambahnya.
Dan kini menurut H. Nana yang juga sebagai Wk. Komite Syariah pada Kamar Dagang dan Industri Jawa Barat juga sedang melakukan pemberdayaan bagi orang-orang yang terkena bencana gempa lalu, ini ia lakukan karena memang merupakan kepeduliannya terhadap saudara-saudaranya agar tidak berputus asa atau patah semangat atas musibah yang mereka terima terlebih masih dalam satu wilayah dengan dirinya. Disinilah satu sisi kepribadian dari H. Nana Mulyana, selain sebagai pebisnis namun jiwa sosialnya juga sangat tinggi. Dan dari sini pula kita dapat belajar dari beliau. (ans)
Sumber: portal.pi-umkm.net
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar