jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Senin, 28 Desember 2009

Menteri Harusnya Tolak Mobil Mewah


JAKARTA. Rencana pengadaan mobil mewah bagi para menteri Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II mendapat keprihatinan. Pakar administrasi negara dari UGM, Miftah Toha, menganjurkan agar para menteri menolak saja fasilitas mobil mewah tersebut.
"Kalau saya jadi menteri akan saya tolak," tegas Miftah saat dikonfirmasi republika pada Selasa (29/12). Miftah mengatakan untuk ukuran pejabat yang kinerjanya masih awal dan belum maksimal, fasilitas mobil mewah tidak pantas diberikan.

Menurut Miftah, mobil Toyota Camry warisan menteri kabinet terdahulu sebenarnya sudah cukup untuk mendukung operasional menteri. Mobil mewah, ungkapnya, hanya akan menambah biaya lain seperti pajak mobil mewah untuk para menteri tersebut yang dapat mencapai Rp62,805 Miliar.

Ia pun mengingatkan bahwa program 100 hari pemerintahan SBY adalah untuk kesejahteraan rakyat. Jadi seharusnya para menteri fokus kepada pekerjaan untuk menyejahterakan rakyat.

Saat ini, ungkap Miftah, rakyat Indonesia masih banyak yang miskin. "Antrian dimana-mana, antri sembako, antri zakat,apa tidak malu sama rakyat," jelas Miftah. Miftah lalu mengatakan program-program mercusuar seperti pengadaan mobil mewah seharusnya dihindari. Karena, tuturnya, hanya akan mencederai rakyat yang masih dalam keadaan miskin. "Hanya akan menambah kesenjangan antara rakyat dengan pejabat," tuturnya.

Lebih lanjut, ia pun meminta agar dana untuk mobil mewah tersebut direlokasi saja ke pos anggaran pengentasan kemiskinan. Karena, ungkap Miftah, dana pengadaan mobil untuk para menteri tersebut diambil dari APBN yang notabene merupakan uang rakyat dan uang pinjaman. "Seharusnya kembali untuk kepentingan rakyat," jelasnya. (C01/taq)


Sumber: Republika Newsroom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar