jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Selasa, 13 Januari 2009

PKS dan Bonsai Politik


Awalnya ada sedikit keraguan tentang ketulusan PKS dalam berpolitik. Dengan tanggapan saudara I Made Artjana dan Ijul Chaniago di inilah.com dan beragam tanggapan yang masuk ke saya lewat email memaksa saya untuk mempelajari platform PKS yang bisa dilihat di website www.pks.or.id.

Membaca platform PKS, rasanya memang agak lain daripada yang lain. PKS terlihat serius dan lebih siap untuk merenovasi rumah besar Indonesia yang hampir roboh. Sebuah karya yang terlihat digarap sangat serius dari berbagai latar disiplin.

Dialog panjang Soekarno-Natsir, buku Di Bawah Bendera Revolusi dan referensi lain yang membahas tentang nasionalisme dan agama dalam beberapa hal, rasanya menjadi kurang relevan untuk memotret 'tingkah polah' PKS. PKS agak sulit dipetakan dalam dikotomi agama dan nasionalis. Bahkan tak kurang pengamat gaek Arbi Sanit pun kebingungan mengidentifikasikan PKS masuk aliran mana. Mungkin ini varian baru dalam peta politik Indonesia.

PKS tidak mau mengikuti rumusan baku agama versus nasionalis. Paradigma lama nasionalis yang 'anti' agama atau partai agama yang tidak nasionalis agaknya memang harus direvisi.

PKS telah mendobrak tidak hanya paradigma dan diskursus nasionalisme, tetapi juga menunjukkan secara nyata penerapan nasionalisme itu sendiri.

Pot bonsai bernama partai agama rupanya hendak dipecahkan oleh PKS. Tentu saja ini tidak mudah, tetapi semuanya sudah dimulai. Ibarat bayi ayam yang akan lahir dan tumbuh besar harus memecahkan selaput keras bernama cangkang telur. Pot bonsai bernama agama itu mulai dipatuk-patuk oleh bayi PKS untuk tumbuh besar meraksasa.

Memang pilihan yang cukup dilematis. Kalau ingin indah dan dipuji-puji banyak orang, tetaplah menjadi bonsai dan menjadi pajangan di banyak event seminar dan keramaian. Tetapi jika ingin besar dan menghasilkan buah, harus siap berhadapan dengan beribu tantangan. Udara luar yang tidak bersahabat, ulat, kutu dan tangan-tangan jahil yang siap menghadang laju berkembangnya pohon PKS. Tantangan dari luar dan dalam pastilah ada, dan harus diselesaikan.

Beruntunglah kita menjadi saksi sejarah, berubahnya suatu partai bonsai menjadi pohon raksasa. Sebuah transformasi yang memerlukan energi dan pengorbanan yang berlipat-lipat. Semoga saja pilihan ini benar-benar disadari oleh segenap elemen PKS. Perubahan ini bukan seperti mempersiapkan pisau roti untuk tamasya, tetapi parang untuk membabat semak belukar yang sudah berurat berakar dan saling berjalin kelindan.

Selamat datang PKS. Selamat datang di negeri pelangi. Rasanya kawan-kawan non muslim mulai harus berani mengikis kecurigaan terhadap partai ini sebagaimana keberanian PKS menembus batas. Mungkin kita tidak perlu sinis, bahkan kitapun masih boleh berharap dan berdoa semoga Tuhan memberkati.


Yacobus Meliala, y.meliala@gmail.com
http://smsplus.blogspot.com/2008/12/pks-dan-bonsai-politik.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar