jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Selasa, 13 Januari 2009

Partai Islam Diimbau Bangun Aliansi Strategis


JAKARTA. Partai-partai Islam atau berbasis massa Islam diimbau untuk melakukan aliansi strategis untuk menjadi kekuatan terbuka guna turut menentukan masa depan bangsa.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dalam pidato tasyakuran milad (hari jadi) ke-99 organisasi itu dalam kalender hijriah atau 96 tahun dalam kalender masehi di Gedung Dakwah PP Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya 62, Jakarta Pusat, Selasa malam, mengatakan keberagaman partai Islam hendaknya menjadi kekuatan bukan menjadi kelemahan umat Islam .

Hadir pada acara itu mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung, Wakil Ketua DPR AM Fatwa, Wakil Ketua DPD Irman Gusman, Menhut MS Ka'ban, perwakilan dari partai-partai Islam, pengurus LSM, pemuka enam agama utama di Indonesia, dan sejumlah perwakilan negara sahabat dan undangan lainnya.

Din juga mengatakan kekuatan umat Islam bukan hanya pada partai tetapi juga pada organisasi massa (Ormas) yang saat ini terdapat 60 Ormas Islam berskala nasional dan ribuan dalam skala lokal.

Dia berharap keberagaman itu akan menjadi kekuatan penentu jika umat Islam berpegang pada prinsip biarlah banyak (organisasi dan latar belakang politik) tetapi satu hatinya, daripada satu tapi banyak hatinya.

Khusus pada kenyataan riil partai politik, Din mengatakan tidak mengapa partai bernafaskan Islam banyak tetapi memiliki keterkaitan dalam keislaman dan bersatu dalam menentukan hal-hal yang strategis, terlebih lagi menjelang tahun politik 2009.

Din lalu mengutip ayat suci Al Quran yang menyatakan, "Jangalah masing-masing kelompok membanggakan kelompoknya masing-masing."

Oleh karena itu, dia berpandangan jika umat Islam tidak diikat dalam satu kesatuan maka akan sulit untuk memajukan bangsa ini.

Dia mempersilakan umat Islam menentukan hal-hal mana yang bisa dilakukan dan diputuskan bersama dan hal-hal mana yang dilakukan masing-masing organisasi.

Di sisi lain dia mengatakan usulan itu dikemukakan tanpa bermaksud menjadikan Muhammadiyah sebagai "leading sector" menyatukan umat itu, tetapi organisasi itu bertekad menjadi bagian dari perubahan yang
diinginkan itu.

"Ini bukan idealis atau utopis," kata Din. Keinginan untuk melakukan perubahan agar bangsa ini menjadi lebih baik mungkin sudah dilakukan," katanya.

Yang diperlukan saat ini, kata Din, mungkin adalah menyatukan kekuatan yang melibatkan semua pihak agar perbaikan peradaban bangsa Indonesia melibatkan semua pihak.

Milik Bangsa

Pada awal pidatonya, Din mengungkapkan kondisi terakhir organisasi yang dipimpinnya, dimana Muhammadiyah kini bukan lagi milik warganya tetapi sudah menjadi milik bangsa Indonesia.

Organisasi dakwah yang didirikan hampir satu abad lalu itu sudah memiliki cabang di hampir seluruh wilayah Indonesia, dan kini memiliki cabang istimewa di 16 negara, juga ada organisasi saudara (sister organization) di Singapura, Malaysia dan Pattani (Thailand Selatan) yang menggunakan nama, lambang dan jalur perjuangan yang sama dengan Muhammadiyah Indonesia.

Dalam waktu dekat akan terbentuk juga organisasi saudara di Laos dan Jepang. Amal usaha organisasi itu sudah mencapai 14.000, 141 perguruan tinggi dimana 67 diantaranya berupa universitas.

Organisasi yang didirikan oleh KH Achmad Dahlan itu juga memiliki 500 unit kesehatan, 173 diantaranya rumah sakit dengan berbagai tipe dan 20 diantaranya berada di kecamatan-kecamatan, sejumlah panti asuhan dan 300 usaha ekonomi mikro.

Angka tersebut belum termasuk usaha yang dimiliki warga Muhammadiyah. Sementara warga Muhammadiyah yang menjadi anggota DPR 161 orang.

"Saya mengatakan mereka adalah orang-orang berbau Muhammadiyah," kata Din yang disambut senyum dan tawa hadirin.

Dia juga mengatakan hingga kini organisasinya tetap memegang teguh amanat organisasi untuk tetap konsisten menjadi organisasi dakwah dan tidak terpengaruh untuk menjadi partai politik.

Namun bukan berarti Muhammadiyah tidak berpolitik, karena politik yang dilakukan adalah politik "amar makruf nahi mungkar" (berlomba dalam kebaikan dan mencegah kemungkaran).

Organisasi itu juga menyatakan tidak memiliki hubungan organisasi dengan partai politik tetapi mempersilakan warganya secara pribadi beraktivitas di partai politik yang ada.

Karena itu di hampir semua partai politik yang ada kini terdapat aktivis Muhammadiyah. Untuk itu dia mengimbau warga Muhammadiyah menjalan politik "amar makruf nahi mungkar" yang menjadi politik adiluhung organisasi itu.


http://smsplus.blogspot.com/2008/12/partai-islam-diimbau-bangun-aliansi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar