jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Kamis, 07 Maret 2013

PKS Menang Pilgub, "Jokowi Effect" Memudar?


Joko Widodo saat menjadi juru kampanye Rieke-Teten dalam Pilgub Jawa Barat.

 

VIVAnews - Kemenangan beruntun pasangan yang diusung PKS di Pilkada Jawa Barat (Jabar) dan Sumatera Utara (Sumut), diperkirakan akan menaikkan elektabilitas PKS pada pemilu 2014 nanti.

Pengamat politik dari Media Survey Nasional (Median), Rico Marbun, menjelaskan wilayah Jabar dan Sumut memiliki jumlah pemilih yang relatif besar di Indonesia.  “Jumlah pemilih di Jawa Barat itu terbesar di Pulau Jawa, dan Sumatera Utara memiliki jumlah terbesar di Pulau Sumatera,” katanya, Kamis 7 Maret 2013.

Menurutnya, kemenangan di dua pilkada itu telah menunjukkan kepemimpinan Anis Matta sebagai Presiden PKS, telah berhasil membalikkan arus serangan terhadap PKS, menjadi peluang. “Serangan kepada PKS setidaknya bisa dijadikan peningkat soliditas bagi kader PKS, ketimbang meruntuhkan soliditas mereka” ujarnya.

Selain itu, Rico Menambahkan, kemenangan di Sumut sebenarnya sangat berharga bagi PKS, mengingat Sumut notabene dengan pemilih relatif pluralis, membuktikan bahwa kandidat yang ditawarkan PKS bisa diterima oleh banyak pihak dengan latar belakang berbeda.

Kemenangan pasangan Gatot Pujo dan Tengku Ery yang diusung PKS pada pilkada Sumut menurut pengajar politik Universitas Paramadina ini, telah diprediksi sejak awal.

Berdasarkan  Survei Median, pada 17-22 Februari 2013, tingkat elektabilitas, pasangan ini menduduki peringkat pertama dengan 29,9 persen, disusul Gus Irawan-Sukiman sebesar 22,5 persen, Effendi Simbolon-Jumira Abdi 13,7 persen, Amri Tambunan-RE Nainggolan (11,3 persen), dan Chairuman Harahap-Fadli Nurzal (8,8 persen), sedangkan yang tidak menentukan sebesar 14,1 persen.

Selain itu, menurut pengajar universitas paramadina ini, satu yang menarik dari pilkada Jabar dan Sumut ini adalah ketidakmampuan "Jokowi Effect" memenangkan pasangan yang didukungnya.

Seperti diketahui, bahwa Jokowi sempat menjadi juru kampanye untuk pasangan Rieke-Teten di Pilkada Jabar, dan pasangan Effendi Simbolon-Jumira Abdi di Pilkada Sumut.

“Kekalahan pasangan kepala daerah yang menghadirkan Jokowi sebagai juru kampanye di Jabar dan Sumut, bisa menunjukkan bahwa tuah Jokowi mulai memudar,”
ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar