Hari
ini publik mengarahkan pandangannya pada hasil Quick Count (hitung
cepat) Pemilihan Kepada Daerah Provinsi Sumatera Utara (Pilkada Sumut).
Usai pemungutan suara di seluruh Tempat Pemungutan Suara (TPS),
setidaknya dua lembaga survei sudah merampungkan hasil hitung cepatnya.
Hasilnya, pasangan no. 5 yang berjuluk Ganteng (Gatot Pujo Nugroho)
unggul baik di Survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) maupun di
Indobarometer.
Hasil
hitung cepat LSI yang dirilis oleh viva.co.id dan TVone menempatkan
pasangan Ganteng unggul dengan perolehan suara 32.23 % disusul pasangan
No. 2 Effendi Simbolon-Jumiran Abdi/ESJA (26.82 %). Urutan selanjutnya
adalah pasangan No. 1 Gus Irawan-Soekirman/GusMan (19.45 %) diikuti
pasangan No. 2 Amri Tambunan-RE Nainggolan (12.40 %) dan terakhir
Pasangan No. 3 Chairuman Harahap-Fadly Nursal /Charly (9.10 %). Jumlah
suara TPS masuk hingga tulisan ini ditulis (pukul 17.30) sebanyal 99.14%
Dari
hasil hitung cepat Indobarometer yang dirilis oleh metrotvnews.com dan
Metro TV, hasilnya tidak berbeda jauh. Pasangan Ganteng juga unggul
denga perolehan suara 32.87 % disusul pasangan No. 2 Effendi
Simbolon-Jumiran Abdi/ESJA (23.93 %). Urutan selanjutnya adalahpasangan
No. 1 Gus Irawan-Soekirman/GusMan (21,82 %) diikuti pasangan No. 2 Amri
Tambunan-RE Nainggolan (12.01 %) dan terakhir Pasangan No. 3 Chairuman
Harahap-Fadly Nursal /Charly (9.37 %) dengan jumlah suara TPS 100 %.
Kemenangan
hitung cepat pasanan Ganteng ini sesuai dengan prediksi hasil survei
dari beberapa lembaga sebelumnya. Survei LSI memprediksi bahwa pasangan
pilkada Sumut akan berlangsung satu putaran dengan kemenangan di kubu
Ganteng dengan prediksi suara 32,2 persen (baca disini). Sedangkan Puskaptis juga mendapatkan hasi prediksi serupa dimana pasangan Ganteng dalam survei sebelum pilkada meraih elektabilitas tertinggi yakni 33,49 persen (Baca disini)
Peristiwa
menarik disini adalah fenomena terjungkalnya calon yang memanfaatkan
“Jokowi Effect” yang sangat fenomenal pada Pilkada DKI Jakarta.
Setidaknya tiga Pilkada setelah Pilkada DKI Jakarta, “Jokowi Effect” ini
dipakai untuk membantu mendongkrak suara salah satu kandidat yang
bertarung dalam pilkada provinsi.
Pertama, Pilkada Sulawesi Selatan, dimana pasangan No. 3 yaitu Andi Rudiyanto Asapa-Andi Nawir Pasinringi ()
yang diusung Gerindra tak mampu menggunakan “kesaktian” baju
kotak-kotak” yang dipakai Jokowi dan Ahok. Pasangan tersebut hanya
menduduki peringakt 3 dari 3 pasangan dengan perolehan hanya 5.56.
persen. Meski tidak sampai mendatangkan Jokowi pada masa kampanye
Pilkada Sulsel, tentu sebagian masyarakat menilai bahwa “Jokowi Effect”
tidak merasuk ke masyarakat Sulsel dan gagal memenangkan pasangan
Garuda-Na.
Kedua, Pilkada Jawa Barat yang masih hangat dibenak masyarakat Indonesia. Jokowi Effect dipakai secara maksimal oleh pasangan Rieke-Teten. Tak hanya berbaju kotak-kotak yang menjadi simbol pasangan No. 5 ini, tapi juga mendatangkan Jokowi pada agenda kampanye di beberapa daerah di Jawa Barat. Hasilnya memang terlihat bahwa suara Rieke – Teten yang tadinya diperkirakan hanya sebesar 18-an % melonjak ke angka 28.4 %, namun tidak sanggup mengalahkan pasangan Aher – Deddy Mizwar sampai di akhir perhitungandi KPUD Jawa Barat.
Ketiga
adalah Pilkada Sumatera utara yang baru saja usai. Kembali Jokowi
didatangkan ke Sumatera Utara oleh pasangan No. 2 Effendi Simbolon –
Jumiran Abdi untuk mendongkrak suara dan memenangkan mereka. Jokowi
memang dielu-elukan oleh warga Sumut pada masa kampanye. Kehadiran
Jokowi dalam kampanye untuk pasangan ESJA ini mungkin juga k suara ESJA
hingga ke peringkat kedua. Hasilnya, tetap saja, Jokowi Effect tidak
bisa membawa kemenangan bagi pasangan ESJA berdasarkan hasil hitung
cepat lembaga survei pada Pilkada Sumut.
Disisi
lain masyarakat melihat fenomena pasangan yang diusung Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) justru unggul secara berturut-turut di dua Provinsi
Besar di Indonesia. Setelah kemenangan Aher –Demiz di Jabar, kini
pasangan Ganteng akan menyusul kemenangan di Sumatera Utara. Padahal
belumlah lama, PKS mendapat gundancan hebat setelah mantan Presiden PKS
Luthfi Hasan Ishaq (LHI) menjadi tersangka dan dipejarakan oleh KPK
dalam kasus dugaan korupsi kuota impor daging sapi. Adakah pengaruh dari
kepiawaain Anis Matta Effect yang berkeliling Indonesia mengobarkan
membangkitkan semangat dan kader PKS usai “badai besar” yang sempat
menghempaskan mereka?
Sehari
pasca penangkapan LHI, PKS langsung mengangkat Anis Matta menjadi
Presiden PKS yang baru. Pada moementum pengangkatan dirinya sebagai
Presiden PKS ke-5, Anis Matta menggunakan “kekuatan” orasinya
menyebarkan pesan dan mengobarkan semangat ke seluruh kader PKS lewat
siaran langsung di beberapa media massa. Saat itu, PKS seolah mendapat
fasilitas gratis untuk “berkampanye” dari siaran live stasiun televisi
nasional.
Tak
cukup hanya di kantor DPP PKS Anis Matta kemudian melakukan safari ke
berbagai daerah untuk membangkitkan semangat kader PKS yang saat itu
sedang loyo, Ia berkeliling ke beberapa kota besar seperti Bandung,
Medan, Jogjakarta, Makasar dan Denpasar kntuk menyampaikan orasi yang
memanaskan kembali semangat kader-kader PKS. Siaran orasi Anis Matta
kemudian diunggah oleh kader PKS agar bisa diunduh dan disebarkan ke
seluruh kader. Dalam orasi di beberapa wilayah, Anis Matta sering
mengutip
Sajak Chairil Anwar :
Pada
orasi politik pertamanya di hadapan kader PKS Se Jawa Barat, Anis Matta
menghentak pernyatannya dengan petikan Sajak Cahiril Anwar :
“Bisa dan luka kubawa berlari, berlari hingga hilang pedih dan perih..Aku masih mau hidup seribu tahun lagi. “
“Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar,”
ujaanya disambut gemuruh takbir para kader partai yang menyesaki ruangan seperti aula Hotel Mason Pine Padalarang (baca disini)
Hasilnya
“luar biasa” dalam waktu singkat Anis Matta sanggup merekat dan
menyatukan hati kader PKS untuk kembali fokus bekerja usai badai
melanda. Beberapa hasil survei juga mendapati bahwa kemenangan
Aher-Deddy Mizwar di Jabar karena kesolidan dari pemilih PKS. Aura
kemenangan di Jabar diduga mampu menginspirasi dan memacu semangat kader
di Sumut sehingga ikut memenangkan meraih kemenangan sementara dalam
hitung cepat.
Bagaimana
dengan Jokowi, yang hingga dua pilkada yang beliau hadir untuk
memberikan “aura kemenangan” tak jua berujung manis? Apakah ini
menunjukkan Jokowi Effect tak sekuat Anis Matta Effect?
Berikutnya mari kita ikuti perkembangan Pilkada Jawa Tengah dimana PDIP mencalonkan kadernya Ganjar Pranowo berpasangan dengan Heru Sujatmoko. Akankah Jokowi Effect akan memenangkan Pilkada Jateng? Kita tunggu kisah selanjutnya.
Salam.
Sumber: Kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar