Gemuruh takbir sontak terdengar
memenuhi ruangan kantor DPP PKS
di Jalan TB Simatupang, Jakarta,
pada Jumat 1 Februari 2013. Anis
yang biasanya tampil tenang
mendadak bak menjelma menjadi
singa podium. Pidatonya menggelegar
dan sarat dengan emosi. Menghanyutkan! hingga tak sadar air mata pun
berderai turun.
Meski menerima keputusan KPK yang menjerat Presiden PKS, Luthfi
Hasan Ishaq, sebagai salah satu tersangka kasus dugaan korupsi impor
sapi, namun kalimat sanksi berbalut konspirasi masih terlontar dari Anis
Matta.
Malamnya, penulis dihubungi oleh mentor lewat SMS. Mentor bertanya
“apa yang bisa penulis ambil dari pidato Anis Matta siang hari
tadi, secara khusus penyampaian Anis perihal dugaan adanya
konspirasi besar untuk menghancurkan PKS?”.
“Tak tahu, Pak Kiai,” balas penulis singkat. Wajar penulis hanya
siswa Aliyyah kelas awal, yang baru belajar menjadi pengamat
kampungan. Terlalu jauh bagi otak penulis untuk menganalisa di balik
tersuratnya pernyataan Presiden PKS baru, Anis Matta.
HP pun berdering. Mentor menghubungi penulis. Ia mengungkapkan
bahwa teori konspirasi yang dilontarkan oleh Anis Matta pada saat
pidatonya di kantor DPP PKS siang tadi adalah sinyal kuat bagi
para kader PKS agar segera bersatu. Anis memiliki kehendak agar
para kader segera berbenah dan melakukan konsolidasi di daerah.
Dan sinyal itu diungkapkan secara tersirat dengan “balutan manis”
pernyataan “konspirasi”.
Tidak berhenti di sana, mentor meminta penulis untuk menggaris
bawahi kebangkitan kedua PKS, yang segera terjadi pasca pidato
“konspirasi” Anis Matta.
Kini, apa yang dinyatakan oleh mentor setengah terbukti. Dengan
berbalut teori “konspirasi” PKS sanggup mengerem efek negatif
dari penetapan Presiden PKS, LHI, sebagai tersangka oleh KPK.
Sehingga efek negatif dari masalah korupsi yang tengah membelit
PKS tak terasa di daerah-daerah. Setidaknya hingga dua Pilkada
terakhir, kandidat yang diusung oleh PKS keluar sebagai pemenang.
Bisa dikatakan bahwa pidato Anas telah menjadi momentum awal
bagi kebangkitan PKS. Kader PKS di daerah makin merapatkan
barisan. PKS yang sedari awal telah mempunyai kader militan,
maka akan bertambah militan dengan pidato konspirasi ala Anis
Matta. Hasilnya bisa kita simak bersama pada gelaran dua Pilkada
terakhir, yakni Jabar dan Sumut.
Sikap satu-padunya kader PKS menghadapi kasus dugaan korupsi
yang membelit partainya, sejatinya telah terlihat pada saat pidato
Anis Matta. Pada saat pidato Anis Matta, di belakang Anis terlihat
para petinggi PKS berjajar. Hal yang menunjukkan kesatuan sikap
dan tak adanya konflik internal sebagai imbas dari kasus LHI.
Berbeda dengan Demokrat. Pada saat Anas menyampaikan pidato
“halaman pertama”-nya, nyaris tak terlihat kehadiran para petinggi
partai Demokrat. Ini menunjukkan tak adanya kesatuan sikap dan
makin memberi bukti adanya fraksi juga konflik internal yang dalam
di partai tersebut.
Dengan demikian maka sangat wajar bila PKS kini tengah menuai
hasilnya (setidaknya untuk sementara), dan Demokrat terlanda
“tsunami” secara intens. Datang bergulung-gulung yang
menghempaskan satu-persatu kandidat yang diusung oleh
Demokrat di daerah.
Kini, kita tinggal menanti Pileg 2014. Apakah pidato “konspirasi”
Anis Matta masih membekas di benak para kader PKS? Menjadi
bara yang berubah kobaran api semangat untuk semakin
merapatkan barisan hingga “pertempuran” sesungguhnya di 2014
mendatang? Sanggupkah para kader PKS mempertahankan
momentum awal bagi kebangkitan kedua PKS? Kita tunggu bersama.
Selamat menikmati hidangan.
Ditulis sebagai tanggapan atas kemenangan berturut-turut kandidat
PKS dalam dua Pilkada terakhir, Jawa Barat dan Sumatera Utara.
Sumber: Kompasiana
memenuhi ruangan kantor DPP PKS
di Jalan TB Simatupang, Jakarta,
pada Jumat 1 Februari 2013. Anis
yang biasanya tampil tenang
mendadak bak menjelma menjadi
singa podium. Pidatonya menggelegar
dan sarat dengan emosi. Menghanyutkan! hingga tak sadar air mata pun
berderai turun.
Meski menerima keputusan KPK yang menjerat Presiden PKS, Luthfi
Hasan Ishaq, sebagai salah satu tersangka kasus dugaan korupsi impor
sapi, namun kalimat sanksi berbalut konspirasi masih terlontar dari Anis
Matta.
Malamnya, penulis dihubungi oleh mentor lewat SMS. Mentor bertanya
“apa yang bisa penulis ambil dari pidato Anis Matta siang hari
tadi, secara khusus penyampaian Anis perihal dugaan adanya
konspirasi besar untuk menghancurkan PKS?”.
“Tak tahu, Pak Kiai,” balas penulis singkat. Wajar penulis hanya
siswa Aliyyah kelas awal, yang baru belajar menjadi pengamat
kampungan. Terlalu jauh bagi otak penulis untuk menganalisa di balik
tersuratnya pernyataan Presiden PKS baru, Anis Matta.
HP pun berdering. Mentor menghubungi penulis. Ia mengungkapkan
bahwa teori konspirasi yang dilontarkan oleh Anis Matta pada saat
pidatonya di kantor DPP PKS siang tadi adalah sinyal kuat bagi
para kader PKS agar segera bersatu. Anis memiliki kehendak agar
para kader segera berbenah dan melakukan konsolidasi di daerah.
Dan sinyal itu diungkapkan secara tersirat dengan “balutan manis”
pernyataan “konspirasi”.
Tidak berhenti di sana, mentor meminta penulis untuk menggaris
bawahi kebangkitan kedua PKS, yang segera terjadi pasca pidato
“konspirasi” Anis Matta.
Kini, apa yang dinyatakan oleh mentor setengah terbukti. Dengan
berbalut teori “konspirasi” PKS sanggup mengerem efek negatif
dari penetapan Presiden PKS, LHI, sebagai tersangka oleh KPK.
Sehingga efek negatif dari masalah korupsi yang tengah membelit
PKS tak terasa di daerah-daerah. Setidaknya hingga dua Pilkada
terakhir, kandidat yang diusung oleh PKS keluar sebagai pemenang.
Bisa dikatakan bahwa pidato Anas telah menjadi momentum awal
bagi kebangkitan PKS. Kader PKS di daerah makin merapatkan
barisan. PKS yang sedari awal telah mempunyai kader militan,
maka akan bertambah militan dengan pidato konspirasi ala Anis
Matta. Hasilnya bisa kita simak bersama pada gelaran dua Pilkada
terakhir, yakni Jabar dan Sumut.
Sikap satu-padunya kader PKS menghadapi kasus dugaan korupsi
yang membelit partainya, sejatinya telah terlihat pada saat pidato
Anis Matta. Pada saat pidato Anis Matta, di belakang Anis terlihat
para petinggi PKS berjajar. Hal yang menunjukkan kesatuan sikap
dan tak adanya konflik internal sebagai imbas dari kasus LHI.
Berbeda dengan Demokrat. Pada saat Anas menyampaikan pidato
“halaman pertama”-nya, nyaris tak terlihat kehadiran para petinggi
partai Demokrat. Ini menunjukkan tak adanya kesatuan sikap dan
makin memberi bukti adanya fraksi juga konflik internal yang dalam
di partai tersebut.
Dengan demikian maka sangat wajar bila PKS kini tengah menuai
hasilnya (setidaknya untuk sementara), dan Demokrat terlanda
“tsunami” secara intens. Datang bergulung-gulung yang
menghempaskan satu-persatu kandidat yang diusung oleh
Demokrat di daerah.
Kini, kita tinggal menanti Pileg 2014. Apakah pidato “konspirasi”
Anis Matta masih membekas di benak para kader PKS? Menjadi
bara yang berubah kobaran api semangat untuk semakin
merapatkan barisan hingga “pertempuran” sesungguhnya di 2014
mendatang? Sanggupkah para kader PKS mempertahankan
momentum awal bagi kebangkitan kedua PKS? Kita tunggu bersama.
Selamat menikmati hidangan.
Ditulis sebagai tanggapan atas kemenangan berturut-turut kandidat
PKS dalam dua Pilkada terakhir, Jawa Barat dan Sumatera Utara.
Sumber: Kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar