jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Kamis, 07 Maret 2013

Dua Kekalahan dan Pertaruhan Moral Kader PDIP

PDI Perjuangan (PDIP) ternyata tak cukup mampu merawat tren positif terhadap kemenangan Jokowi di Jakarta. Terbukti setelah kemenangan di Jakarta, PDIP berturut-turut kalah di pilgub Jawa Barat (Jabar) dan Sumatera Utara (Sumut). Saya tidak memasukkan kemenangan kandidat yang didukung PDIP di Sulawesi Selatan, karena tak ada kader PDIP yang maju di sana.

Berbeda di Jawa Barat dan Sumatera Utara. Dalam pilgub Jabar, PDIP mengusung kadernya sendiri yaitu Rieke Diah Pitaloka yang dipasangkan dengan Teten Masduki. Pasangan ini memperoleh hasil yang cukup cemerlang karena mampu mengalahkan Dede Yusuf yang dalam survey-survey sebelumnya unggul terhadap Rieke. Dalam pilgub Jabar sosok Jokowi juga dimanfaatkan oleh PDIP untuk mendongkrak suara Rieke.

Dalam pilgub Sumut yang berlangsung hari ini, PDIP mengusung Effendi Simbolon sebagai Cagub. Fenomena yang terjadi di Jawa Barat juga muncul di sini. Dalam berbagai rilis quick count Effendi Simbolon mampu memperoleh posisi kedua dalam perolehan suara menggeser Gus Irawan yang dalam survey sebelumnya memperoleh posisi kedua. Jokowi dalam pilgub Sumut juga dihadirkan sebagai juru kampanye Effendi Simbolon.


Dua kekalahan beruntun ini seolah menodai prestasi besar PDIP memenangkan Jokowi di Jakarta. Tak hanya itu, kekalahan ini juga sedikit mempengaruhi ‘daya magis’ Jokowi karena kandidat yang didukungnya tak dapat memenangi kontestasi pilgub. Padahal kemenangan di Jakarta membawa daya dukung moral yang sangat besar kepada kader-simpatisan PDIP di daerah-daerah. Ibarat sebuah mesin, kemenangan PDIP dengan Jokowinya membuat mesin partai menjadi sangat panas, dan siap untuk segera dipacu mengarungi tahun politik ini. Namun kekalahan di dua pilgub ini menurut saya cukup dapat menggoncang kader yang menjadi mesin politik PDIP.

Ditambah lagi pilgub Jawa Tengah (Jateng) yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat akan sangat mempengaruhi moral kader PDIP. Seperti yang kita tahu, PDIP memiliki basis massa yang sangat kuat di Jateng. Sehingga PDIP tak punya pilihan lain untuk menjaga moral kader-kadernya selain menang di kandang sendiri. Kekalahan PDIP di Jateng akan menimbulkan pukulan yang besar bagi kader. Selain karena kalah tiga kali berturut-turut, PDIP juga kalah di kandang sendiri.

Bisakah PDIP menjaga suara di kandangnya sendiri? Manuver politik di detik-detik akhir menurut saya membuat PDIP harus bekerja keras karena ketiga pasangan kandidat cagub-cawagub Jateng ini sama-sama memiliki warna ‘merah’. Disamping Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko yang diusung PDIP, Bibit Waluyo (petahana), dan Don Murdono (cawagub dari Hadi Prabowo), sama-sama memiliki masa lalu di PDIP. Apalagi tidak dimajukannya Rustriningsih yang sebelumnya dijagokan akan diusung PDIP memiliki efek tersendiri bagi pemilih PDIP di Jateng. Selain itu, hadirnya Hadi Prabowo-Don Murdono akan menguntungkan petahana Bibit Waluyo karena dapat memecah suara pemilih yang tidak menyukai Bibit Waluyo.

Pilgub Jateng akan menjadi pertaruhan yang sangat besar bagi PDIP untuk menjaga semangat dan moral para kadernya menghadapi 2014. Tiga kali kekalahan dan kalah di kandang sendiri akan sangat memukul mental kader. Jika dibandingkan dengan partai lain, sebenarnya hal ini juga melanda dua partai besar Demokrat dan Golkar. Calon yang diusung dua partai ini juga menderita kekalahan. Hanya PKS saja untuk saat ini yang memiliki tren positif. Setelah menerima pukulan telak, kader PKS mampu diobati dengan dua kemenangan beruntun di Jabar dan Sumut.

Biar waktu yang menjawab, apakah PDIP mampu membangkitkan moral kadernya, atau malah akan menerima pukulan yang sangat telak di kandang sendiri.

Sumber: Kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar