Runtuhnya Uni Soviet pada dekade 90-an berpengaruh terhadap seluruh negara-negara di Eropa Timur. Komunitas agama yang dahulu dikekang, kini merasakan kebebasannya.
Muslim
Bulgaria merupakan salah satu komunitas agama yang merasakan hal
tersebut. Mereka tidak lagi menutupi identitasnya sebagai Muslim. Sejak
itu, jalanan di Bulgaria tak lagi asing dengan perempuan berjilbab atau
pria berjanggut. Islam pun mulai diterima di Bulgaria.
Belakangan, sebagian masyarakat Bulgaria yang
menganut Katolik Roma memutuskan untuk menjadi Muslim. Yang menarik,
sejak Islam kembali bergeliat, angka pencurian, jumlah prostitusi dan
mucikari berkurang.
Habibe, (35 tahun), seorang warga Sofia,
mengaku keputusannya menjadi Muslim ditengarai karena Islam membuka
lautan pengetahuan tanpa batas. "Saya percaya, Islam akan membimbingku menuju surga," katanya seperti Jumat (15/2).
Imam
Ahmed Mussa, yang memeluk Islam pada tahun 2000, mengaku memeluk Islam
saat bekerja sebagai buruh konstruksi di Vienna. Di sana, ia bertemu
dengan komunitas Muslim Vienna dan akhirnya memutuskan menjadi Muslim.
Usai mengucapkan syahadat, Mussa kembali ke Bulgaria dan mendalami studi
Islam di Sarnitsa.
Namun, setelah bertugas cukup lama, Mussa
dituduh sebagai pihak dibalik penyebaran ajaran radikal. Ketika
ditangkap, Mussa mengatakan ia tidak takut dengan hal tersebut karena
setiap Muslim hanya takut kepada Allah.
Peneliti agama, Alexey
Pamporov mengatakan di Bulgaria Islam mudah beradaptasi dengan
lingkungan Kristen. Hebatnya lagi, Islam tidak seperti agama lain yang
segera ditinggalkan. Sebaliknya, Islam begitu diminati karena menawarkan
kehidupan yang teratur.
"Mereka seperti menemukan hidup yang lebih baik," katanya.
Saat
ini, populasi Muslim Bulgaria mencapai 15 persen dan sebagian besar
merupakan keturunan Turki. Proporsi ini merupakan yang tertinggi di
Eropa. Fakta ini jelas berbanding terbalik dibandingkan di masa
komunisme. Kala itu, sebanyak 300 ribu Muslim dipaksa berganti nama dan
menerapkan budaya Bulgaria yang komunis.
Sumber: Zilzaal.Blog
jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu
Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar