jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Senin, 18 Februari 2013

MEMPERTANYAKAN MILITANSI SANG PENGEMBAN DAKWAH

Oleh: Fahmi Akmal Hasani

Islamedia - “Mas, kemana ajah kok ga pernah keliatan?”

“Mbak, gimana kabarnya? Ga pernah kedengeran nih”

Mungkin pertanyaan itu pernah kita dapatkan di tengah-tengah keluarga dakwah ini. Pertanyaan ini tentunya kembali mengingatkan arti penting dari sebuah militansi. Tentunya militansi dalam perjalanan dakwah yang panjang ini.

Begitu banyak problematika yang dialami kita sebagai para aktivis dakwah. Mulai dari problematika individu, problematika akademis hingga problematika keluarga.

Tak sedikit orang yang mundur satu persatu dari jalan dakwah yang panjang ini. Jalan yang sudah tentu ujungnya yaitu keridhaan Allah, namun kita tidak tahu seberapa panjang jalan dakwah ini. Teringat pesan dari guru ngaji ketika SMA, “Dakwah ini bagaikan kereta, kereta akan jalan terus dan kita aktivis dakwah tersebut bagaikan penumpangnya. Mereka akan turun satu persatu namun kereta ini tak akan pernah berhenti. Akan ada orang lain yang akan naik di perjalanan yang lain.”

 “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Maidah : 54)

Pesan yang begitu melekat dalam hati ini. Ketika beliau menjelaskan mengenai makna mendalam dari surat tersebut Al-Maidah : 54 atau beberapa teman sering menyebutnya generasi 554 (generasi yang tergantikan). Lalu maukah kita menjadi generasi yang tergantikan itu? Tentunya tidak. Semoga kita menjadi insan yang saling mencintai atas dasar keimanan kita terhadap Rabb semesta alam.

Memperbaharui Semangat

Sudah menjadi hal yang biasa ketika seseorang memiliki masa naik atau turunnya kondisi iman. Ketika dimana kita merasakan sebuah kefuturan yang begitu mencekam di dalam diri kita. Kondisi tersebut pastinya akan dialami semua manusia. Karena kita hanya manusia biasa yang masih memiliki hawa nafsu, tidak seperti malaikat yang selalu taat pada perintah-Nya. Banyak orang yang bukannya bangkit kembali dari kefuturan tersebut melainkan tergenelincir jatuh ke lubang yang teramat dalam.

Ini masalah pilihan, apa yang mau kita lakukan ketika kita futur. Banyak orang yang malah memilih kesenangan yang menduniawi sejenak dengan harapan me-refresh semangat, namun ternyata hal itu malah membuat kita lebih jauh dari jalan yang benar ini. Ketika seorang berfikir untuk istirahat sejenak dari pekerjaan yang tiada imbalan berupa materi ini dan kemudian mencari kesenangan semata jelas hal itu begitu salah.

Mari kita kembali kepada Allah. Sungguh Allah itu begitu dekat kepada kita. Sebuah hadist menyebutkan “jika kita mendekatkan diri kepada Allah dengan berjalan maka Allah akan mendekat kepada kita dengan berlari”. Hal ini yang seharunya kita lakukan ketika kita mengalami penurunan semangat dalam dakwah ini. Hal inilah yang tentunya dapat men-charge ruhiyah kita agar senantiasa berada di jalan ini. Allah begitu dekat dengan kita, tinggal kita saja yang harus mendekatkan kepada-Nya.

Kembali lagi bahwa semua itu pilihan. Mari kita mencoba mencari lingkungan yang baik, lingkungan yang saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, lingkungan yang selalu fastabiqul khairat. Lingkungan inilah yang tentunya bisa menjaga dan mempertahankan semangat kita. Berhati-hatilah dalam memilih teman karena teman tersebut dapat mewarnai hidup kita. Jangan sampai hidup kita terwarnai oleh orang-orang yang jauh dari Allah. Mari kita memilih lingkungan yang mampu mewarnai kita dalam indahnya islam.

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: ‘Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’” (QS. Fushilat : 30)

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)

Kedua ayat inilah yang mampu mengikis rasa malas dalam hidup ini. Kedua ayat inilah yang mampu membangkitkan kembali semangat dalam mengeksistensikan diri dalam jalan ini. Sungguh Allah tidak pernah ingkar janji terhadap semua janjinya. Janji-Nya begitu pasti. Semoga kita menjadi insan yang senantiasa melakukan perbaikan diri ini. Insan yang setiap harinya selalu diawali dengan perubahan-perubahan yang luar biasa.

Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu
Tetaplah terjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu
(KH. Rahmat Abdullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar