Oleh: Fahmi Akmal Hasani
Islamedia - “Mas, kemana ajah kok ga pernah keliatan?”
“Mbak, gimana kabarnya? Ga pernah kedengeran nih”
Mungkin pertanyaan itu pernah kita dapatkan di tengah-tengah keluarga
dakwah ini. Pertanyaan ini tentunya kembali mengingatkan arti penting
dari sebuah militansi. Tentunya militansi dalam perjalanan dakwah yang
panjang ini.
Begitu banyak problematika yang dialami kita
sebagai para aktivis dakwah. Mulai dari problematika individu,
problematika akademis hingga problematika keluarga.
Tak sedikit
orang yang mundur satu persatu dari jalan dakwah yang panjang ini.
Jalan yang sudah tentu ujungnya yaitu keridhaan Allah, namun kita tidak
tahu seberapa panjang jalan dakwah ini. Teringat pesan dari guru ngaji
ketika SMA, “Dakwah ini bagaikan kereta, kereta akan jalan terus dan
kita aktivis dakwah tersebut bagaikan penumpangnya. Mereka akan turun
satu persatu namun kereta ini tak akan pernah berhenti. Akan ada orang
lain yang akan naik di perjalanan yang lain.”
“Hai orang-orang
yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka
kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka
dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang
yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang
berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang
suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Al Maidah : 54)
Pesan yang begitu melekat
dalam hati ini. Ketika beliau menjelaskan mengenai makna mendalam dari
surat tersebut Al-Maidah : 54 atau beberapa teman sering menyebutnya
generasi 554 (generasi yang tergantikan). Lalu maukah kita menjadi
generasi yang tergantikan itu? Tentunya tidak. Semoga kita menjadi insan
yang saling mencintai atas dasar keimanan kita terhadap Rabb semesta
alam.
Memperbaharui Semangat
Sudah menjadi hal yang
biasa ketika seseorang memiliki masa naik atau turunnya kondisi iman.
Ketika dimana kita merasakan sebuah kefuturan yang begitu mencekam di
dalam diri kita. Kondisi tersebut pastinya akan dialami semua manusia.
Karena kita hanya manusia biasa yang masih memiliki hawa nafsu, tidak
seperti malaikat yang selalu taat pada perintah-Nya. Banyak orang yang
bukannya bangkit kembali dari kefuturan tersebut melainkan tergenelincir
jatuh ke lubang yang teramat dalam.
Ini masalah pilihan, apa
yang mau kita lakukan ketika kita futur. Banyak orang yang malah memilih
kesenangan yang menduniawi sejenak dengan harapan me-refresh semangat,
namun ternyata hal itu malah membuat kita lebih jauh dari jalan yang
benar ini. Ketika seorang berfikir untuk istirahat sejenak dari
pekerjaan yang tiada imbalan berupa materi ini dan kemudian mencari
kesenangan semata jelas hal itu begitu salah.
Mari kita kembali
kepada Allah. Sungguh Allah itu begitu dekat kepada kita. Sebuah hadist
menyebutkan “jika kita mendekatkan diri kepada Allah dengan berjalan
maka Allah akan mendekat kepada kita dengan berlari”. Hal ini yang
seharunya kita lakukan ketika kita mengalami penurunan semangat dalam
dakwah ini. Hal inilah yang tentunya dapat men-charge ruhiyah kita agar
senantiasa berada di jalan ini. Allah begitu dekat dengan kita, tinggal
kita saja yang harus mendekatkan kepada-Nya.
Kembali lagi bahwa
semua itu pilihan. Mari kita mencoba mencari lingkungan yang baik,
lingkungan yang saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran,
lingkungan yang selalu fastabiqul khairat. Lingkungan inilah yang
tentunya bisa menjaga dan mempertahankan semangat kita. Berhati-hatilah
dalam memilih teman karena teman tersebut dapat mewarnai hidup kita.
Jangan sampai hidup kita terwarnai oleh orang-orang yang jauh dari
Allah. Mari kita memilih lingkungan yang mampu mewarnai kita dalam
indahnya islam.
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:
‘Tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka,
maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: ‘Janganlah
kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan
jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’” (QS. Fushilat : 30)
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)
Kedua ayat inilah yang mampu mengikis rasa malas dalam hidup ini. Kedua
ayat inilah yang mampu membangkitkan kembali semangat dalam
mengeksistensikan diri dalam jalan ini. Sungguh Allah tidak pernah
ingkar janji terhadap semua janjinya. Janji-Nya begitu pasti. Semoga
kita menjadi insan yang senantiasa melakukan perbaikan diri ini. Insan
yang setiap harinya selalu diawali dengan perubahan-perubahan yang luar
biasa.
Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu
Tetaplah terjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu
(KH. Rahmat Abdullah
jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu
Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar