jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Rabu, 03 Desember 2008

PKS dan Iklan Soeharto


Banyak orang mempertanyakan mengapa PKS mengklaim dirinya sebagai partai dakwah. Bahkan ada yang mengatakan kalau PKS ingin berdakwah, mengapa harus bikin partai?

Silakan berdakwah di masjid-masjid, di surau-surau atau di mushala-mushala. Tidak usah ikut-ikutan maju ke panggung politik. Pemahaman ini sering dikemukakan oleh para pengamat maupun politisi. Mereka menganggap PKS salah kaprah ketika ikut di kancah politik.

Sebetulnya hakikat dakwah adalah ishlah (dari bahasa Arab), artinya perbaikan. Bila kita ingin memperbaiki kualitas umat, kualitas masyarakat, berarti kita telah melakukan ishlah.

Dalam terminologi lain, kata ishlah juga bermakna reformasi. How to reform this nation. PKS yakin perbaikan itu dapat dilakukan secara gradual dengan meminimalisasi efek-efek destruktif tentunya. Jadi sebagai pendukung reformasi, PKS akan terus berjuang mengemban amanah reformasi dengan langkah-langkah dakwah.

Dakwah memiliki tahapan. Pertama, memperbaiki diri sendiri, kemudian keluarga, masyarakat, hingga memperbaiki negara. Inilah yang sekarang sedang dilakukan PKS. Istilah kami berdakwah di level negara.

PKS, misalnya, menganggap parlemen sebagai mimbar dakwah. Kebijakan atau keputusan yang dihasilkan parlemen harus membela rakyat dan berpihak kepada umat. Dengan terlibat dalam proses pengambilan keputusan di parlemen, PKS mengadvokasi dan memberikan manfaat kepada umat Islam dalam skala yang lebih luas.

PKS telah bergeser?

Akhir-akhir ini kerap muncul pertanyaan, apakah PKS telah bergeser dari ideologi dan asas Islam? Apakah sudah tergoda oleh dunia, lalu memunculkan iklan Soeharto, meninggalkan jati dirinya, melupakan khiththah perjuangan, dan seterusnya?

Dalam hal ini saya tegaskan asas PKS tetap Islam. PKS tetap berangkat dari ideologi Islam dengan moral dasar Islam dan tidak akan pernah bergeser dari prinsip-prinsip tersebut. Prinsip-prinsip ini sesungguhnya terinspirasi oleh Piagam Madinah di mana intinya memberikan kebebasan beribadah bagi seluruh warga sesuai keyakinan masing-masing, tidak saling mengganggu dan bersinergi antar komponen bangsa.

Dalam kiprah PKS ada yang disebut mabadi' dan ada pula kaifiyah. Mabadi' adalah hal-hal yang bersifat prinsip, yang tsabit atau kokoh. PKS memiliki AD/ART yang menjadi pedoman keorganisasian, falsafah dasar perjuangan dan platform pembangunan, yang semuanya bersumber dari ajaran Islam tentang keadilan.

Itulah mabadi' PKS. Kaifiyah adalah sesuatu yang bersifat operasional. Untuk kasus Iklan PKS yang di antaranya menampilkan gambar Soeharto, sebenarnya DPP PKS belum pernah memutuskan atau mengusulkan beliau sebagai pahlawan. Pada sisi lain, kami memahami pemberian gelar pahlawan nasional adalah domain pemerintah, bukan PKS.

Iklan yang sempat ditayangkan dalam menyambut Hari Pahlawan selama tiga hari itu mendapat kritikan dan tanggapan sangat luas dari masyarakat dan pengamat. Sebenarnya iklan tersebut tidak bermaksud memahlawankan Soeharto. Desain awalnya ketika muncul gambar Bung Karno dan Pak Harto diikuti dengan kalimat: ''Mereka sudah melakukan apa yang mereka bisa''. Lalu, muncul gambar KH Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan diikuti kalimat: ''Mereka sudah memberikan apa yang mereka punya'', lalu muncul gambar selanjutnya dan seterusnya. Inilah konsep story board, iklan yang diperlihatkan kepada DPP.

Ungkapan yang menyatakan bahwa Soekarno dan Soeharto sudah melakukan apa yang mereka bisa adalah suatu ungkapan yang bersifat umum dan netral. Soal benar atau salah tindakan mereka kita serahkan penilaiannya kepada masyarakat. Namun, pada pengolahan iklan selanjutnya, kata guru bangsa dimunculkan terlebih dahulu dan di sinilah letak kontroversinya. Kami menganggap sangat wajar reaksi sebagian masyarakat terhadap penayangan iklan yang berdurasi hanya 30 detik itu serta masa tayang yang hanya selama tiga hari.

Hasil kreasi Tim Pemenangan Pemilu serta konsultan iklan dalam rangka memperingati Hari Pahlawan tersebut membuat banyak mata terbelalak. Maka tudingan PKS diduga menerima aliran dana dari Cendana dan berbagai spekulasi pun merebak, juga fitnah-fitnah lainnya.

Secara mabadi' atau prinsip, tidak ada yang berubah dari PKS. Tidak ada keputusan yang menyatakan Soeharto adalah pahlawan. Tidak ada perubahan khitthah. Namun, secara kaifiyah, mungkin saja ada yang keliru.

Tentunya merupakan kewajiban kami mengoreksi dan sebagai bahan pertimbangan sebelum penayangan iklan-iklan berikutnya di media massa. PKS akan tetap berjuang untuk bersih, peduli dan profesional, sebagaimana hal tersebut menjadi salah satu tag line kami.

Dalam hal acara rekonsiliasi nasional, ini semacam proposal untuk cut off, memutus dendam sejarah agar pergantian rezim tidak diikuti oleh cercaan dan caci-maki antarpengikutnya. Betapa energi bangsa ini akan tersia-sia karenanya. Padahal, banyak permasalahan mendasar masih menghambat laju pembangunan bangsa kita.

Banyak pengamat mengatakan pada 2009 ini the end of a political generation, akhir dari suatu generasi politik. Jadi, tahun 2014 nanti akan muncul pendatang baru di panggung politik dengan mimpi baru mereka dan juga obsesi-obsesi yang baru pula.

Maka kami memandang jangan sampai kaki kita ditarik-tarik terus ke belakang. Mari menatap ke depan, membangun, dan memajukan bangsa, menghilangkan segala bentuk dendam sejarah. Ini agar ada kekuatan saling percaya di antara kita dan melangkah tanpa curiga-mencurigai.

Untuk inilah digagas rekonsiliasi dan perlu dicatat bahwa rekonsiliasi ini tidak bermaksud akan adanya pengampunan terhadap pelanggar hukum. Yang bersalah tetap harus diproses menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, tanpa pandang bulu.

Demikian pula dengan penghargaan terhadap tokoh-tokoh muda atau para pemimpin ''balita'', di mana hal ini telah kami canangkan sejak mukernas di Makassar. Ini adalah semacam stimulasi agar bermunculan sosok-sosok segar dan berkualitas dari lapisan anak muda di negeri ini. Pada sisi lain, kita melihat seluruh calon presiden yang telah muncul rata-rata telah berusia 60 tahun ke atas. Sebagai sebuah proposal bagi Indonesia yang lebih bernas, tentu sah-sah saja jika kami mengusulkan tokoh muda.

Kriteria 106 pemimpin 'balita' ini pun masih sangat sederhana. Pertama, mereka memiliki track record moral yang baik, belum terkontaminasi perilaku KKN. Memiliki kompetensi dan kualitas kepemimpinan dan telah mulai muncul di publik serta media massa.

Mereka aktif di berbagai bidang, apakah di LSM, kampus, pekerja sosial, budayawan, pengusaha dan sebagainya. Kami ingin mengatakan, saat ini setidaknya ada 106 pemimpin muda yang siap membuat bangsa ini maju dan bermartabat di hadapan bangsa-bangsa lain.

Inilah penjelasan kami terhadap beberapa kritik yang dialamatkan kepada PKS. Masukan-masukan tersebut sungguh kami hargai dan merefleksikan betapa eratnya rasa saling memiliki di antara kita, anak bangsa.

Secara substansi kritikan-kritikan tersebut menyangkut kaifiyah, di mana hal tersebut sangat dipengaruhi oleh dinamika kreativitas para kader dan simpatisan. Wilayah ideologis dan asas kami ialah Islam, tetap kokoh.

Ikhtisar:-
Prinsip PKS tidak pernah berubah sejak awal hingga kini.
- Tidak ada keputusan yang menyatakan Soeharto adalah pahlawan.
- Tidak ada perubahan khitthah, tetapi secara kaifiyah mungkin saja ada yang keliru.


Oleh: Tifatul Sembiring (Presiden PKS)
Sumber: Republika
http://www.pk-sejahtera.org/v2/index.php?op=isi&id=6381

Tidak ada komentar:

Posting Komentar