jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Rabu, 03 Desember 2008

PKS Ambil Untung dari Gus Dur?


Mampukah PKS mengambil ‘keuntungan’ dari ajakan golput Gus Dur kepada warga nahdliyin? Bisakah warga tradisional nahdiyin beralih ke PKS? Tidakkah PKS bertentangan bahkan memusuhi kultur nahdliyin?

Beberapa kalangan ‘menilai’ idiologi dan kultur PKS tidak sejalan dengan kultur tradisional nahdiyin. Sehingga harapan PKS menggaet warga nahdliyin hanya mimpi di siang bolong. Saya sendiri tidak tahu sumber data dan fakta yang mereka gunakan.

Namun demikian, tanpa harus membuka motif politik para ‘pengamat’ ini, nyatanya penilaian tanpa studi lapangan ini terbukti bertolak belakang dengan kenyataan empiris di kantong-kantong nahdliyin.

Tergelitik dengan komentar-komentar yang seolah-olah ada jurang yang jauh antara PKS dan kultur tradisional, saya melakukan field study kecil-kecilan.

Saya berharap akan ada peneliti profesional yang melakukan studi serius terhadap topik ini sehingga bangsa kita terbiasa dengan ‘komentar ilmiah’ dan menghilangkan budaya gosip.

Dengan dana dan kemampuan terbatas, studi lapangan yang saya lakukan terbatas hanya menyoroti satu lokasi. Lokasi yang saya pilih adalah Desa Srimartani yang terletak di kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul propinsi DI Yogyakarta. Alasan pemilihan lokasi ini karena Desa Srimartani mayoritas warganya kalangan nahdliyin. Bahkan ada dua pesantren tradisional nahdliyin di desa ini.

Sebagai daerah dengan mayoritas warga nahdliyin, pengurus DPRa PKS Srimartani (tingkat desa) ternyata digawangi oleh kader-kader nahdliyin. Sebagai Ketua PKS ranting Rusdi Martono warga nahdliyin Dusun Tambalan, sekretaris Eko Heri warga nahdliyin Dusun Mojosari dan bendahara Haryadi warga nahdliyin Dusun Sanansari. Dan walaupun mereka sekarang aktif di PKS, kultur tradisional nahdliyin tetap melekat.

Dari hasil wawancara tatap muka, mereka menyatakan kalau tidak pernah ada arahan dari struktur maupun ‘ustadz-ustadz’ PKS agar meninggalkan tradisi nahdliyin seperti tahlilan, qunut maupun sholat tarawih 23 rakaat.

Bahkan yang ada adalah imbauan untuk tetap menjalankan tradisi nahdliyin dengan tetap menjaga ukhuwah umat Islam tanpa terjebak pada perbedaan khilafiyah. Karena kalau terjebak pada masalah-maslah klasik seperti itu maka kita akan melupakan problem yang lebih besar seperti kemiskinan, pendidikan dan kesehatan.

Kultur tradisional ini bahkan bukan hanya bisa dilihat dari perilaku kader dan pengurus PKS Srimartani yang tetap menjalankan tradisi nahdliyin, tapi juga bisa ditilik dari program dan aksi resmi kepartaian. Di antara program DPRa PKS Srimartani adalah tahlilan untuk keluarga kader atau simpatisan yang meninggal dunia. Seperti yang sudah dilakukan di dusun Umbulsari dan Rejosari beberapa waktu yang lalu. Program lain adalah kajian kitab kuning bersama Kyai Fauzan Ahmad.

Dengan bimbingan Kyai muda nahdliyin ini pengurus DPRa PKS Srimartani mengkaji kitab Nashaihul Ibad. Kitab klasik tentang akhlak karya Imam Nawawi Al-Bantani ini merupakan kitab ‘wajib’ di pesantren-pesantren nahdliyin.

Itu semua memang hanya fakta kecil yang belum sampai derajat ilmiah, namun paling tidak diatas derajat gosip yang sering dilontarkan secara tidak bertanggung jawab. Harapan saya akan ada penelitian ilmiah yang komprehensif dari para peneliti profesional.


Ali Abdurabbih, aliabdurabbih@yahoo.co.id
http://smsplus.blogspot.com/2008/12/pks-ambil-untung-dari-gus-dur.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar