Islamedia - Andi
Malarangeng ditetapkan menjadi tersangka sebelum 3 Desember 2012. Pada 3
Desember tersebut, KPK mengirimkan surat permintaan pencekalan Andi
Malarangeng ke Dirjen Imigrasi.
Pada 6 Desember informasi ini tercium media. Namun, pimpinan KPK
menutup-nutupi informasi penetepan tersangka ini. Wartawan yang
melakukan konfirmasi ke Bambang Widjajanto dan Busro Muqodas, tidak
mendapatkan jawaban pasti.
Banyak saksi yang menyebut Andi menerima suap proyek Hambalang
berbulan-bulan sebelumnya, tapi kenapa baru awal Desember dia jadi
tersangka?
Setelah media tahu Andi Malarangeng jadi tersangka, barulah KPK mengakui
telah menetapkan sekretaris dewan pembina Partai Demokrat ini menjadi
tersangka. Namun, KPK tidak mengirimkan penyidiknya untuk menjemput
paksa Andi Malarangeng ke KPK untuk diperiksa. Dia tidak diperiksa tengah malam dan menginap di KPK.
Setelah ditetapkan tersangka, apakah KPK segera memeriksa Andi
Malarangeng? Tidak! KPK memeriksa Andi sebulan kemudian, tepatnya 11
Januari 2013. Mengapa lama? Hanya pimpinan KPK dan Tuhan yang tahu.
Sekarang bandingkan dengan penanganan perkara Luthfi Hasan Ishaaq (LHI).
Pada Selasa 29 Januari 2013, sekitar pukul 8 malam KPK menangkap Ahmad
Fathanah bersama seorang mahasiswi (LHI tidak bersama mereka).
Dalam waktu yang cepat, sehari kemudian, Rabu, 30 Januari jam 8 malam,
KPK menetapkan LHI jadi tersangka. Jubir KPK Johan Budi memberikan
penjelasan resmi kepada media soal penetapan tersangka ini.
Lalu, dua jam kemudian KPK mengirim penyidik ke kantor DPP PKS untuk
menjemput LHI. Malam itu juga LHI diperiksa di KPK, bahkan LHI harus
menginap di KPK.
Mengapa KPK memberikan perlakuan berbeda kepada LHI dan Andi
Malarangeng? Apalagi dengan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas
Urbaningrum. Sudah sangat lama banyak saksi dan bukti yang menyebutkan
Anas menerima suap proyek Hambalang, namun dia hingga sekarang belum
ditetapkan menjadi tersangka. (kompasiana)
jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu
Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar