Kasus PKS : Bukti Kita Suka Menari Di Atas Duka Orang
Oleh: Stella | Kompasiana *
Pertama saya mau sampaikan, bahwa saya bukan konstituen apalagi kader
PKS. Saya juga bukan orang Islam. Saya buat tulisan ini karena saya
melihat komentar-komentar yang diarahkan ke PKS sudah mulai tidak
proporsional.
Terbongkarnya kasus suap kuota daging impor, yang menyeret Presiden PKS,
Lutfi Hassan menjadi tersangka, seperti menyulut sorak sorai cemooh
orang-orang di berbagai penjuru negeri. Sejauh mata saya menyimak, di
twitter, facebook, kolom-kolom komentar media online, semua memojokkan
PKS, bahkan banyak yang menyrempet agama Islam. Kalimat seperti “dasar
tukang kawin, ternyata korupsi juga”, atau “Kader PKS menebar air mata
buaya”, dll. Bahkan nama PKS juga diplesetkan jadi Partai Karapan Sapi,
Partai Korupsi Sapi, dll. Berita di media juga berkembang makin
memojokkan. Rumah Lutfi Hassan pun dikutik-kutik , seolah-olah rumah ini
pasti hasil korupsi : http://news.detik.com/read/2013/02/01/201317/2159186/10/luthfi-hasan-juga-punya-rumah-di-batu-ampar-jaktim?991104topnews
Yang lebih menggelikan lagi, beredarnya bakso celeng juga disalahkan ke
Lutfi. Padahal menurut saya sih, orang licik tetap saja licik, inipun
sudah berlangsung lama kok. Reportase investigasi bertahun silam pernah
bahas bakso daging tikus.
Mengerikan bangsa ini dalam memperlakukan orang. Kita seperti kembali ke
jaman kehidupan Isa Al Masih, dimana janda yang dituduh berselingkuh
dihukum rajam. Bagaimanapun, PKS sebagai partai berbasis Islam yang
tergolong solid dan “relatif” bersih, tetap merupakan aset nasional.
Tanpa PKS apa iya umat Islam punya daya tawar dan posisi yang sangat
baik di ranah politik negeri ini? Apa iya berbagai kebijakan pro Islam
itu bisa terjadi jika PKS tidak ada? Saya saja merasa iri dengan umat
Islam yang punya PKS.
Jadi kembalilah berkepala dingin. Jika ingin mengetahui persoalan
sesungguhnya, berhentilah menghujat, mulailah dengan duduk tenang dan
merunut fakta-fakta, dengan mengikuti aliran uang sebagai berikut :
1. Bagaimana mekanisme impor? Betulkan Lutfi berperan besar ke situ? Setahu saya sih kuota impor ini dibahas dan ditentukan bersama oleh kemen Pertanian, Perdagangan dan Perindustrian.
2. Kenapa daging sapi mahal? Betulkah karena ulah Lutfi? Setahu saya sih, harga melonjak tinggi karena faktor penyediaan dalam negeri yang masih belum mencukupi, sementara kuota impor dikurangi. Apalagi impor lebih diperuntukkan industri, hotel, resto. Jd
3. Siapa-siapa saja importir daging sapi itu? Di mana peran Lutfi? Siapa importir yang merasa sakit hati dengan adanya kuota impor dari IndoGuna?
4. Siapa AF? Apa hubungan dia dengan Lutfi? Siapa yang tertangkap tangan, Lutfi atau AF?
5. Siapa Lutfi? Bagaimana hubungan dia dengan pemerintah?
Nah silakan menelusurinya agar bisa berpendapat secara seimbang. Kalau
malas, ya berkomentar saja sesuai yang kita tahu dan sudah baca, jadi
proporsional. Jangan suka menari di atas duka orang. Saya menyitir Ahmad
Muzani, Gerindra yang dengan tegas mengatakan : Nggak sudi kami
menghujat partai lain. Iyalah, toh kita sendiri belum tentu bersih.
Buat kader PKS dan simpatisan, sebagai sesama warga negara Indonesia,
saya ikut berduka. Tapi orang selalu bilang, habis gelap terbitlah
terang.
Sumber: Kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar