jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Selasa, 17 Agustus 2010

Renungan Ramadhan (4): Kisah Pengamen yang Islami dan Dermawan

Ingin mendapat doa dari pengamen. Datang atau lewat di terowongan Stasiun Cawang, Jakarta Selatan. Di terowongan sepanjang 20 meter ini ada pengamen yang mendoakan siapapun yang lewat dengan lagu-lagunya. Lagu-lagu yang dibawakannya adalah lagu khusus keagamaan seperti sholawat dan rawi barjanji yang diiringi alat musik rebana. Sholawat dan rawi berjanji merupakan syair berbahasa Arab yang isinya memohon keberkahan rejeki dan dimudahkan segala urusan di dunia dan akherat.

Pengamen yang selalu mendoakan orang ini adalah Sukma Iskandar (47) yang sudah dua bulan lalu mangkal di mulut terowongan Stasiun Cawang. Bersama Karno (16), anak sulungnya, Sukma mengamen di terowongan yang menghubungkan Jl Tebet Timur dan Jl Petogogan Jakarta Selatan dari pukul 12 hingga 16.00 WIB.

Di terowongan ini, Sukma dan anaknya tidak setiap hari mangkal. Sebab, ada kalanya ia juga mangkal di Stasiun Lenteng Agung dan Tanjung Barat. "Hari Jumat dan Minggu libur, karena bersi-bersih mushola," kata Sukma.

Mengenai lagu-lagu yang dibawakannya yang berirama keagamaan, menurut Sukma, karena selain ingin menghibur, ia juga ingin mendoakan semua orang baik yang memberinya uang ataupun yang tidak.


"Lagu-lagu biasa sifatnya kan ke dunia, kalau lagu-lagu yang saya nyanyikan bukan hanya doa mengharapkan dunia tapi juga akherat. Mudahan-mudahan dengan lagu-lagu ini bisa memudahkan mendapat rejeki dan segala urusan bagi yang mendengarnya," jelasnya.

Sukma mengaku, pendapatan rejekinya dalam mengamen tidak menentu. Rata-rata rejeki yang diperolehnya bisa mencapai Rp 50-70 ribu/hari. Dari rejeki yang diperolehnya, sebagian ia sisihkan untuk disumbangkan ke mushola yang ada di dekat rumahnya.

"Sekira ada lebihnya, saya sumbangkan ke mushola," tegasnya.

Walaupun berprofesi sebagai pengamen, ayah dari empat anak ini berharap, anak-anaknya terutama yang bungsu yang bernama Yadi yang kini duduk di bangku kelas enam sekolah dasar tidak menjadi pengamen.

"Jangan sampai anak saya sekolahnya lebih rendah dari saya. Kalau bisa lebih tinggi tapi sesuai dengan kemampuan saya," tuturnya.


Sumber: www.tnol.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar