Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al Qur`an. Bahkan Imam Al Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya, bahwa di tiap tahunnya Jibril Alaihissalam membacakan Al Qur`an kepada Rasulullah SAW, dan itu dilakukan di tiap-tiap malam selama Ramadhan.
Oleh sebab itu, dengan berpedoman dengan hadits ini, Al Hafidz Ibnu Hajar berpendapat bahwa terus-menerus membaca Al Qur`an di bulan Ramadhan akan menambah kemuliaan bulan itu. (Fath Al Bari, 9/52).
Karena itulah, para salaf dan ulama amat memperhatikan amalan tilawah, sehingga porsi tilawah mereka berbeda antara bulan Ramadhan dibanding bulan-bulan lainnya.
Sebagai contoh, Aswad bin Yazid An Nakha’i Al Kufi, seorang tabi’in. Disebutkan dalam Hilyah Al Auliya (2/224) bahwa beliau mengkhatamkan Al Qur`an dalam bulan Ramadhan setiap dua hari, dan beliau tidur hanya di waktu antara maghrib dan isya, sedangkan di luar Ramadhan beliau mengkhatamkan Al Qur`an dalam waktu 6 hari.
Adapula Qatadah bin Diamah, dalam hari-hari “biasa” tabi’in ini mengkhatamkan Al Qur`an sekali tiap pekan, akan tetapi tatkala Ramadhan tiba beliau mengkhatamkan Al Qur`an sekali dalam tiga hari, dan apabila datang sepuluh hari terakhir beliau mengkhatamkannya sekali dalam semalam .(Al Hilyah, 2/228).
Manshur bin Zadan, termasuk tabi’in yang terekam amalannya di bulan diturunnya Al Qur`an ini. Hisham bin Hassan bercerita bahwa di bulan Ramadhan, Manshur mampu mengkhatamkan Al Qur`an di antara shalat Maghrib dan Isya’, hal itu bisa beliau lakukan dengan cara mengakhirkan shalat Isya hingga seperempat malam berlalu. Dalam hari-hari biasa pun beliau mampu mengkhatamkan Al Qur`an sekali dalam sahari semalam. (Al Hilyah, 3/57).
Nah, bagaimana dengan kita? Berapa jumlah ayat yang kita baca di hari-hari biasa? Dan berapa pula yang kita baca saat berada di bulan Ramadhan? Apakah kita membaca lebih banyak? Atau sama? Atau malah lebih sedikit? Atau bahkan tidak sama sekali? [tho/hidayatullah.com]
Sumber: pkspiyungan.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar