jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Selasa, 17 Agustus 2010

Renungan Ramadhan (3): Porsi Baca Al Qur'an di Ramadhan

Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al Qur`an. Bahkan Imam Al Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya, bahwa di tiap tahunnya Jibril Alaihissalam membacakan Al Qur`an kepada Rasulullah SAW, dan itu dilakukan di tiap-tiap malam selama Ramadhan.

Oleh sebab itu, dengan berpedoman dengan hadits ini, Al Hafidz Ibnu Hajar berpendapat bahwa terus-menerus membaca Al Qur`an di bulan Ramadhan akan menambah kemuliaan bulan itu. (Fath Al Bari, 9/52).

Karena itulah, para salaf dan ulama amat memperhatikan amalan tilawah, sehingga porsi tilawah mereka berbeda antara bulan Ramadhan dibanding bulan-bulan lainnya.

Sebagai contoh, Aswad bin Yazid An Nakha’i Al Kufi, seorang tabi’in. Disebutkan dalam Hilyah Al Auliya (2/224) bahwa beliau mengkhatamkan Al Qur`an dalam bulan Ramadhan setiap dua hari, dan beliau tidur hanya di waktu antara maghrib dan isya, sedangkan di luar Ramadhan beliau mengkhatamkan Al Qur`an dalam waktu 6 hari.

Adapula Qatadah bin Diamah, dalam hari-hari “biasa” tabi’in ini mengkhatamkan Al Qur`an sekali tiap pekan, akan tetapi tatkala Ramadhan tiba beliau mengkhatamkan Al Qur`an sekali dalam tiga hari, dan apabila datang sepuluh hari terakhir beliau mengkhatamkannya sekali dalam semalam .(Al Hilyah, 2/228).

Manshur bin Zadan, termasuk tabi’in yang terekam amalannya di bulan diturunnya Al Qur`an ini. Hisham bin Hassan bercerita bahwa di bulan Ramadhan, Manshur mampu mengkhatamkan Al Qur`an di antara shalat Maghrib dan Isya’, hal itu bisa beliau lakukan dengan cara mengakhirkan shalat Isya hingga seperempat malam berlalu. Dalam hari-hari biasa pun beliau mampu mengkhatamkan Al Qur`an sekali dalam sahari semalam. (Al Hilyah, 3/57).

Nah, bagaimana dengan kita? Berapa jumlah ayat yang kita baca di hari-hari biasa? Dan berapa pula yang kita baca saat berada di bulan Ramadhan? Apakah kita membaca lebih banyak? Atau sama? Atau malah lebih sedikit? Atau bahkan tidak sama sekali? [tho/hidayatullah.com]


Sumber: pkspiyungan.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar