jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Senin, 12 April 2010

Regenerasi PDIP Tak Sesuai Ekspektasi

Tudingan bahwa Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPP PDIP) didominasi orang tua ternyata tak berlebihan. Lebih separuh dari 27 orang yang duduk di DPP yang baru dibentuk dalam Kongres III PDIP di Sanur, Bali, Kamis 8 April 2010 ini berusia di atas 50 tahun.
Paling tua adalah Ketua bidang Kehormatan Partai, Sidharto Danusubroto. Sidharto yang hampir menginjak usia 74 tahun. Sementara termuda adalah Puan Maharani, Ketua bidang Politik yang berusia 37 tahun pada 6 September nanti.

Pengamat politik, Andrinof Chaniago:

PDIP tidak serius dalam melakukan regenerasi. Pasalnya, PDIP tidak mementingkan munculnya tokoh-tokoh baru dalam tubuh partainya. PDIP seharusnya memperlihatkan kekuatan kader lapis keduanya yang selama ini terbukti memiliki kemampuan.

Lapis kedua di sini, ialah figur-figur muda PDIP seperti Ganjar Pranowo, Aria Bima, Budiman Sudjatmiko, Rieke Diah Pitaloka, Eva Kusuma Sundari, dan lain-lain.

Meskipun, Maruarar Sirait dan Hasto Kristiyanto sebagai tokoh lapis kedua PDIP masuk ke dalam struktur kepengurusan pusat PDIP. Memang perlu keberanian untuk memasukkan kader yang tingkat keterlibatannya di partai masih tergolong muda.

Komposisi kepengurusan itu akan merugikan langkah PDIP dalam jangka panjang. Sebab, tidak ada tokoh kunci baru dalam PDIP yang mempunyai akses untuk merengkuh pemilih baru dalam Pemilu 2014 mendatang. Pada akhirnya, PDIP dikhawatirkan terjebak pada titik stagnasi dan tidak mampu menggalang dukungan dari konstituen baru.

Sebagai solusi, PDIP harus membuktikan dan mengukuhkan dirinya sebagai partai oposisi yang konsisten. Kalau tidak, perolehan suara PDIP akan makin turun di masa mendatang. Permasalahan utama yang dihadapi PDIP saat ini adalah bagaimana menemukan cara untuk membesarkan partai.

Pengamat politik dan juga Direktur Riset Konsultan Politik Charta Politika, Yunarto Wijaya:

Susunan baru ini memperlihatkan kecenderungan PDIP mempertahankan kondisi status quo. Isu mengenai regenerasi menjadi mentah kembali dengan ditempatkannya Tjahjo sebagai Sekretaris Jenderal yang dipersepsikan sebagai generasi “oldies” (tua).

Kombinasi Mega-Tjahjo bahkan bisa dikatakan sebagai bentuk kemunduran dari sisi regenerasi dibandingkan dengan kombinasi Mega-Pramono mengingat umur Tjahjo yang jauh lebih tua.

Tjahjo bisa dikatakan tidak terlalu memiliki karakter ideologis partai mengingat sepak terjangnya yang pernah berada di partai lain yakni Golkar. Kondisi ini bisa kontraproduktif terhadap tingkat loyalitas kader fanatik yang sangat memperhatikan track record pemimpinnya dalam sejarah perjuangan partai.

Secara empiris pun, pemunculan nama Tjahjo bisa menjadi suatu kontroversi mengingat namanya disebut-sebut dalam proses pemeriksaan beberapa anggota PDIP dalam kasus Pemilihan Deputi Gubernur Senior BI. Kontroversi yang bisa berujung pada pencitraan yang negatif di hadapan pemilih rasional.

Fungsionaris PDIP, Ganjar Pranowo:

Saya yakin Ketua Umum Megawati Soekarnoputri menyusun kepengurusan DPP PDIP periode 2010-2015 ini sudah menghitung apa saja kepentingan partai berkaitan dengan pidato pembukaan kemarin. Mulai dari hal yang ideologis sampai dengan tingkat implementasi.

Fokus utama yang mesti diperhatikan kepengurusan adalah pidato Megawati dalam pembukaan kongres yang memuat sikap pembelaan terhadap rakyat dan penyeimbang pemerintah atau kekuasaan tersebut, mesti berujung pada tingkat implementasi.

Saya yakin Ibu Mega sudah memperhitungkan ini adalah yang terbaik untuk menggerakkan partai dengan seluruh program yang ada.

Soal Pak Tjahjo, dia adalah orang yang cukup lama berkecimpung dalam dunia politik. Itu adalah poin plus Tjahjo. Pak Tjahjo punya pengalaman politik yang cukup panjang. Pengalaman politik seperti itu yang tidak bisa dipelajari di sekolah lain. Ya kita yakin dengan Pak Tjahjo.

Ketua bidang Politik dan Hubungan Antar-Lembaga Negara, Puan Maharani:

Saya menilai komposisi kepengurusan DPP PDIP periode 2010-2015 sudah cukup baik. Saya berharap kepengurusan yang telah dibentuk ini merupakan keputusan terbaik dari ketua umum dan mengakomodir semua kepentingan yang ada.

Pastinya ketua umum mempertimbangkan ini secara matang karena kan pidatonya saja, ketua umum menyatakan posnya hanya sedikit, tapi jumlah orang yang baik dan potensial banyak. Jadi itu keputusan yang bijaksana yang diambil ketua umum.

Siapapun yang terpilih menjadi pengurus DPP, harus bisa bekerja sama secara kolektif, gotong royong tanpa mengedepankan egonya masing-masing.

Fungsionaris PDIP yang tak mau disebut namanya:

Alhamdulilah saya nggak masuk kepengurusan. Karena secara de facto ketua umumnya Puan Maharani. Daripada dipimpin Puan, lebih baik tidak sama sekali.

Menurut saya, jajaran DPP dipenuhi figur-figur tua. Karena itu, keseriusan Megawati yang pernah dalam beberapa kesempatan menyatakan akan mengakomodasi 50 persen anak muda, patut dipertanyakan.

Selain itu, ada fungsionaris yang masih terlibat kasus hukum, tetapi ternyata diangkat menjadi pengurus DPP. Dua fungsionaris masih terkait kasus cek pelawat Miranda, tiga fungsionaris masih incumbent apa tidak menyulitkan kerja DPP? (***)


Sumber: Harian Joglosemar Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar