Dua partai besar di Kabupaten Klaten, Golkar dan PDIP terlibat perseteruan cukup sengit. Kedua partai ini tengah memperebutkan Sunarna untuk dijadikan calon bupati dari masing-masing partai.
Golkar sebagai pihak yang merasa sebagai “pemilik” Sunarna (karena pada Pilkada lalu yang mengajukan nama Sunarna dan menang) menyatakan sebagai partai yang lebih berhak mengajukan Sunarna. Tapi sebaliknya, PDIP yang menjadi partai besar juga merasa berhak mengajukan nama Sunarna. Apalagi, PDIP mengaku sudah melakukan lobi-lobi politik dengan orang yang akan dicalonkan tersebut.
Perebutan nama Sunarna bisa dimaklumi, lantaran posisi sebagai incumbent ini menjadi modal tersendiri untuk bisa menang dalam Pilkada. Apalagi, selama ini belum terlihat munculnya tokoh-tokoh lain yang bisa menyaingi keberadaan incumbent.
Kedua parpol besar di Klaten ini tentu sangat menginginkan bisa merebut kekuasaan. Masing-masing partai seolah takut kehilangan kekuasaan jika tidak mencalonkan Sunarna. Partai tidak percaya diri untuk memunculkan tokoh-tokoh lain yang memiliki kapabilitas.
Seharusnya, fungsi partai bukan hanya untuk merebut kekuasaan belaka tapi juga mendidik munculnya demokratisasi di masyarakat khususnya di tingkat partai. Partai politik seharusnya menghindari pada sikap-sikap yang menghamba kekuasaan. Mereka juga harus memiliki sikap bahwa partai tak harus duduk di kekuasaan, melainkan bagaimana bisa memerankan terciptanya pemerintahan daerah yang baik yang senantiasa berpihak pada rakyat. Itu bisa dilakukan sebagai oposisi maupun pendukung pemerintah.
Sebagai partai besar, peran PDIP dan Golkar sangat mengecewakan sampai harus berebut satu nama untuk dicalonkan. Seharusnya mereka bisa mendorong munculnya kader-kader putra terbaik di Kabupaten Klaten untuk maju memimpin Klaten lima tahun ke depan.
Dengan permasalahan ini, maka bisa disimpulkan proses regenerasi dan kaderisasi di tubuh partai juga mandek. Partai juga tidak bisa memerankan proses demokratisasi di daerah. Sebagai partai besar mereka sebenarnya bisa memiliki peluang yang jauh lebih besar untuk memunculkan nama-nama alternatif lain yang juga tak kalah berkualitasnya. (***)
Sumber: Harian Joglosemar Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar