jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Minggu, 13 Desember 2009


Sukoharjo (Espos). Sejumlah kepala sekolah dasar (SD) penerima dana alokasi khusus (DAK) merasa resah lantaran mereka menjadi sasaran pemerasan oknum wartawan.
Keresahan itu salah satunya dirasakan Kepala SDN Jetis IV, Endang Sulistiyowati ketika dijumpai wartawan di ruang kerjanya, Kamis (3/12). Kali pertama bertemu wartawan Kamis itu, Endang langsung menolak untuk diwawancara dengan alasan tak punya dana untuk biaya peliputan. Diberi pengertian bahwa untuk peliputan tak ada dana, barulah Endang bisa memahami.

“Hari-hari ini saya memang merasa waswas dengan wartawan yang setiap hari selalu datang ke sekolah kami. Keresahan ini saya kira tidak hanya saya rasakan namun juga teman-teman lain,” jelasnya.

Endang mengatakan, para oknum wartawan yang datang ke sekolahnya selalu meminta uang. Oleh sebab itulah sekolah yang didatangi oknum wartawan hanyalah sekolah penerima DAK atau dengan kata lain memang bukan semua sekolah.

“Satu pekan ini saja, setiap hari sekolah kami selalu kedatangan wartawan namun entah dari media apa. Tiap kali datang, mereka selalu meminta uang dengan alasan biaya pemberitaan sekolah penerima DAK. Uang yang mereka minta untuk satu kali peliputan senilai Rp 300.000,” jelasnya.

Para oknum wartawan yang datang ke sekolah, menurut Endang, biasanya selalu bergerombol dan kebanyakan laki-laki. “Biasanya lebih dari tiga, dan badan mereka rata-rata besar. Ketika mereka langsung mengerti ketika saya tolak sih tidak masalah. Tapi biasanya kalau tetap nekat, saya minta bantuan guru laki-laki,” jelasnya.

Terkait pemerasan yang dilakukan oknum wartawan, Endang mengaku, banyak dari rekannya yang menjadi korban. “Banyak dari teman-teman saya yang sudah jadi korban. Mereka biasanya menyerahkan uang karena takut dan kedua tertipu setelah oknum wartawan itu bisa menunjukkan daftar Kepsek yang sudah menyerahkan uang dan dilengkapi tanda tangan, meski sebenarnya daftar itu palsu,” terang dia.


Sumber: www.solopos.com/sukoharjo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar