jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Tampilkan postingan dengan label Forum Lingkar Pena (FLP). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Forum Lingkar Pena (FLP). Tampilkan semua postingan

Senin, 18 Juni 2012

Pornografi di Sekitar Ananda Kita

Oleh Asma Nadia

“Anak SD bicara hamil, serius nih?“

Kalimat di atas saya temukan di status twitter. Menyusul keluhan yang dialamatkan ke satu stasiun televisi swasta yang mengisi prime time dengan sinetron yang dianggap tidak cocok bagi anak.

Penasaran, saya mulai mencari data lebih banyak dan mencoba mencermati keresahan para orang tua, ini. Berawal dari adegan dan dialog siswa berseragam SD, dua anak (satu lakilaki, satu perempuan) dalam sinetron tersebut dikisahkan tertidur di sekolah. Teman-teman mereka mencoret-coret hidung si anak lelaki dengan spidol. Seorang anak lain lalu membangunkan keduanya dan berkata, “Kata papaku, cowok hidung belang bisa bikin cewek jadi hamil.“

Adegan tidak berhenti di sana. Mengetahui ibu guru mereka yang sedang mengandung menolak makan nanas karena takut keguguran, si bocah lelaki pun membawakan nanas dalam jumlah besar untuk anak perempuan yang tertidur di sekolah tadi karena takut gadis cilik itu hamil akibat mereka tertidur berdua.

Jumat, 15 Juni 2012

Tuduhan Buku Porno yang Sembrono !

Hari-hari ini kita disibukkan dengan berita seputar 'novel porno' yang tersebar di banyak perpustakaan-perpustakaan SD. Pemberitaan tentang hal yang mengandung unsur porno memang selalu menarik perhatian dan menggairahkan pembaca. Hal ini nampaknya menjadikan media begitu bersemangat meluncurkan liputan demi liputan tentang hal ini. Maka bertebaranlah tulisan baik di media cetak maupun online dengan judul yang jelas tanpa tedheng aling-aling menyebutkan label " Novel Porno " atau " Buku Porno" tanpa tanda kutip sama sekali.

Saat melihat judul-judul pemberitaan tersebut pertama kali, darah saya serasa mendidih. Betapa tidak ? Apakah benar sudah sebobrok itukah birokasi di negeri ini, hingga novel porno bisa lolos dengan mudah langsung masuk di jantung pendidikan generasi belia kita ?. Selain itu, ketika disebutkan istilah "novel porno" ingatan saya langsung melayang ke majalah-majalah dewasa yang selain bergambar cover yang sensual, isinya pun jelas-jelas menawarkan penggambaran eksotisme tubuh dan adegan seksual. Gambaran demi gambaran tentang novel porno yang dibaca anak-anak SD pun terus berputar-putar dalam benak saya, yang tidak menambah apapun selain kegeraman demi kegeraman.

Kemudian kegeraman itu mengantarkan pada rasa penasaran untuk mengetahui buku apa saja yang disebut sebagai novel porno dalam pemberitahuan media. Ternyata tak diduga dan tak dinyana, beberapa dari buku itu sudah pernah saya baca dan bukan itu saja, saya juga mengenal dengan baik para penulisnya. Sebut saja novel Ada Duka di Wibeng (penulis: Jazimah Al-Muhyi),  Syahid Samurai (penulis: Afifah Afra), dan Festival Syahadah (penulis: Izzatul Jannah), ketiganya sudah lama saya kenal sebagai pegiat Forum Lingkar Pena (FLP) sebuah komuntas pembelajaran penulis yang telah menghasilkan ribuan penulis dengan karya-karyanya yang bergenre islami dan how to.

Salah Kamar Berbuah Penarikan

"Meskipun tema buku yang ia tulis beragam, semuanya memiliki semangat untuk perbaikan (dakwah)"

KABAR pustaka kembali menampakkan sisi antagonis. Setelah beberapa waktu lalu ada temuan frasa ’’istri simpanan’’ pada buku lembar kerja siswa (LKS) kelas 2 sekolah dasar di Jakarta, kini mengemuka temuan buku bacaan pengayaan di perpustakaan SD di Kabupaten Kebumen yang isinya disyakwasangkakan menjurus porno. Buku itu yakni Ada Duka di Wibeng, Tambelo Kembalinya Si Burung Camar, dan Tidak Hilang Sebuah Nama.

Dari tiga judul itu, pertama disangkakan paling menjurus ke pornografi. Indikasinya ada dialog tentang trik berhubungan seks yang aman agar tidak hamil dan menceritakan cara KB kalender. Adalah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dinpora) Kabupaten Kebumen yang kemudian memutuskan menarik tiga buku terbitan PT Era Adi Citra Intermedia Solo itu dari perpustakaan 136 SD di kabupaten itu. (SM, 01-02/06/12).

Kebetulan saya sudah membaca Ada Duka di Wibeng (ADdW). Termasuk membaca ulang bab ’’Asal Mau Sama Mau?’’ di halaman 104, bukan 93 seperti diberitakan, yang disebut bermuatan pornografi. Artikel ini tidak saya maksudkan sebagai pledoi atau sebaliknya upaya memperkuat dakwaan bahwa buku karya Jazimah Al Muhyi ini memang tergolong buku lucah.

Salah Distribusi, Penulis yang Kena Getah?

"Pokoknya, asal mau sama mau, gak masalah, kok."
Akta menegakkan telinga.
"Eh, tapi harus tahu trik-trik jitunya. Jangan sampai hamil, juga kena penyakit kelamin. Gawat kan kalau sampai kena gituan."
"Eh, ini nih... ada cara praktis yang manjur. Udah banyak yang ngebuktiin!"
"Mana ... mana?"
"Eh, katanya sperma itu..."
"Nah, di majalah ini dikatakan, sel telur itu kalau ketemu ama sperma...."
"Eh, ada yang asyik punya, nih. Petunjuk dengan pakai KB kalender!"
Akta berlalu dengan cepat mendengar obrolan di lokasi kamar mandi yang diselingi suara cekikikan. Suara-suara perempuan. Akta merasa sangat risi. Kok bisa sih, mereka tidak malu membicarakan masalah semacam itu?

Petikan kalimat tersebut, ada di buku "Ada Duka di Wibeng", tulisan sahabat saya, Jazimah Al-Muhyi. Buku yang akhir-akhir ini membikin geger, karena ditemukan berada di rak perpustakaan SD di Kebumen. Para guru merasa heboh, karena kalimat-kalimat tersebut dinilai mengandung unsur pornografi, dan tidak cocok dicerna dalam logika anak SD. Dalam blog http://sakobere.blogspot.com/2012/05/ada-duka-di-wibeng-membuat-resah.htmlbahkan disebutkan sebuah komentar dari seorang guru, "ngelus dhadha, yang nulis mestinya belajar mengenal dunia bocah dulu ..." 

O, ya, blog ini, petikan naskahnya hanya sampai pada: "Eh, ada yang asyik punya, nih. Petunjuk dengan pakai KB kalender!" 

Sementara paragraf di bawahnya tidak diambil. 

Siaran Pers Forum Lingkar Pena Tentang PENARIKAN BUKU YANG DITUDUH PORNO

Siaran Pers Forum Lingkar Pena Tentang PENARIKAN BUKU YANG DITUDUH PORNO
Ditulis tanggal : 13 - 06 - 2012 | 15:54:11


Siaran Pers Badan Pengurus Pusat Forum Lingkar Pena Tentang 

PENARIKAN BUKU-BUKU YANG DITUDUH BERMUATAN PORNOGRAFI

Beberapa hari terakhir ini berbagai media, baik cetak, on-line, dan televisi, memberitakan  penarikan buku-buku yang dilaporkan bermuatan pornografi dan kekerasan dari perpustakaan-perpustakan Sekolah Dasar di beberapa daerah. Judul-judul buku tersebut adalah: Ada Duka di Wibeng (penulis: Jazimah Al-Muhyi), Tidak Hilang Sebuah Nama (penulis: Galang Lufityanto), Tambelo: Kembalinya Si Burung Camar (penulis: Redhite K.), Tambelo: Meniti Hari di Ottawa (penulis: Redhite K.), Syahid Samurai (penulis: Afifah Afra), Festival Syahadah (penulis: Izzatul Jannah), dan Sabuk Kiai (penulis: Dadang A. Dahlan).

Terkait dengan buku Ada Duka di Wibeng, Tidak Hilang Sebuah Nama, Syahid Samurai, dan Festival Syahadah, ditulis oleh anggota Forum Lingkar Pena (FLP). FLP adalah organisasi pengaderan penulis yang sejak awal pembentukannya pada tahun 1997 memiliki visi mencerahkan masyarakat melalui tulisan. Dalam menulis berbagai karya, para anggota FLP memiliki sikap untuk tidak menulis karya yang membawa pada kemudharatan. Para anggota FLP juga ada di garda depan dalam menolak segala bentuk karya yang bermuatan pornografi.

Salah Distribusi, Penulis Terfitnah!

Dunia perbukuan kembali dibuat hiruk-pikuk. Jika beberapa waktu yang lalu diramaikan kasus lembar kerja siswa (LKS) dengan muatan yang tak layak untuk anak-anak, sekarang diramaikan dengan aneka buku ”porno” yang didistribusikan ke perpustakaan SD. Tujuh buku dituding sebagai buku sarat muatan seksual yang tak cocok untuk siswa SD. Tujuh buku ”porno” itu ternyata diterbitkan PT Era Adicitra Intermedia Solo.

Dari tujuh buku tersebut, empat di antaranya ditulis oleh anggota Forum Lingkar Pena, yakni Tidak Hilang Sebuah Nama (Galang Lutifyanto), Ada Duka di Wibeng (Jazimah Al Muhyi), Syahid Samurai (Afifah Afra, nama pena saya sendiri) dan Festival Syahadah (Izzatul Jannah). FLP adalah organisasi pengaderan penulis dengan karya-karya mencerahkan.

Koran Pikiran Rakyat, Bandung, misalnya, dalam terbitan edisi Selasa (12/6) menuliskan: Menurut Guru kelas VI SD Cempaka Arum, Basin, pada bab 9 (Buku Ada Duka di Wibengpen) berjudul Asal Mau Sama Mau ada pemaparan cerita yang sangat vulgar. Misalnya, disebutkan bagaimana berhubungan badan tetapi tidak sampai hamil dan terkena penyakit. Hal itu sangat tidak pantas dibaca anak usia SD karena mereka dapat menyalahartikan. 

Buku Porno Itu Tidak Porno! (Koreksi Berita MetroTV)

Beberapa saat yang lalu, munculnya kembali buku porno di untuk kalangan SD. Kali ini buku novel yang diketemukan di perpustakaan Purworejo. Saya kaget dengan berita yang pertama kali mendengar dari Metro TV. Dalam hati terlintas kenapa daerah saya masuk Tv eh malah berita jeleknya. Ada keinginan saya untuk mengecek langsung ke TKP, yaitu Perpustakaan Umum Purworejo. Tapi karena waktu yang belum longgar, saya belum berkesempatan untuk mengecek langsung.

Untuk beberapa hari saya terlupa masalah itu. Dan teringat kembali ketika membuka FaceBook, ada status dari Mbak Helvi Tiana Rosa, Pendiri Forum Lingkar Pena, sebuah forum penulis yang telah mengibarkan benderanya bukan hanya di nusantara tetapi sudah sampai luar negeri. Dari situ, saya bisa tahu, ternyata buku yang diberitakan porno itu adalah buku karangan dari penulis yang sudah mempunyai nama. Penulis yang lahir dari Forum Lingkar Pena.


Di situ mbak Helvy menyatakan keheranan dan menyatakan kesaksianya bahwa apa yang diberitakan di mediam, bahwa buku buku novel berikut : Jazimah Al-Muhyi Full (Duka di Wibeng), Galang Lufityanto (Tidak Hilang Sebuah Nama) dan Intan Savitri (Syahid Samurai dan Festival Syahidah). Saya pribadi sudah membaca buku yang terakhir. Dan saya tidak menemukan ungkapan ungkapan porno di situ. Lebih lebih lagi, mereka para pengarang adalah penulis penulis yang lahir dari forum yang religius. Sangat tidak mengkin mengumbar tulisan berbau porno. Forum Lingkar Pena, sangat menekankan adanya nilai nilai agama yang taat. Jadi ada beberapa keanehan yang membikin geleng geleng kepala bagi yang tahu.