"Meskipun tema buku yang ia tulis beragam, semuanya memiliki semangat untuk perbaikan (dakwah)"
KABAR pustaka kembali menampakkan sisi antagonis. Setelah beberapa waktu lalu ada temuan frasa ’’istri simpanan’’ pada buku lembar kerja siswa (LKS) kelas 2 sekolah dasar di Jakarta, kini mengemuka temuan buku bacaan pengayaan di perpustakaan SD di Kabupaten Kebumen yang isinya disyakwasangkakan menjurus porno. Buku itu yakni Ada Duka di Wibeng, Tambelo Kembalinya Si Burung Camar, dan Tidak Hilang Sebuah Nama.
Dari tiga judul itu, pertama disangkakan paling menjurus ke pornografi. Indikasinya ada dialog tentang trik berhubungan seks yang aman agar tidak hamil dan menceritakan cara KB kalender. Adalah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dinpora) Kabupaten Kebumen yang kemudian memutuskan menarik tiga buku terbitan PT Era Adi Citra Intermedia Solo itu dari perpustakaan 136 SD di kabupaten itu. (SM, 01-02/06/12).
Kebetulan saya sudah membaca Ada Duka di Wibeng (ADdW). Termasuk membaca ulang bab ’’Asal Mau Sama Mau?’’ di halaman 104, bukan 93 seperti diberitakan, yang disebut bermuatan pornografi. Artikel ini tidak saya maksudkan sebagai pledoi atau sebaliknya upaya memperkuat dakwaan bahwa buku karya Jazimah Al Muhyi ini memang tergolong buku lucah.
Pembacaan jernih atas sengkarut persoalan buku itu saya dekati dengan dua analisis. Pertama; analisis isi, dan kedua; analisis bingkai. Pertama; soal isi. Buku setebal 180 halaman (bukan 168 halaman seperti sering dikutip media) berisi tentang kehidupan remaja SMA. Wibeng adalah ’’singkatan’’ dari Widya Bangsa, nama SMA. ADdW adalah buku ketiga setelah Kelelawar Wibeng, dan Gendut Oke, Hitam...’’ Ketiganya dilabeli satu nama: Serial Akta. Akta adalah nama tokoh utama di serial novelet tersebut.
Karena menceritakan remaja SMA, tentu persoalan yang diangkat bertalian dengan kehidupan mereka. Mulai tawuran pelajar, geng, virus merah jambu (cinta) yang didasarkan pada keterpesonaan fisik, hingga pemahaman dan pengetahuan remaja soal seks. Melalui Serial Akta ini, tampak sekali niatan penulisnya untuk mendekonstruksi dan merekonstruksi terhadap konstruksi awal pada tema-tema itu.
Semangat Dakwah
Betul, ada dialog memakai frasa ’’KB kalender’’. Tapi sejauh amatan saya, yang lebih dari 10 kali membaca ulang, tidak ada satu pun kata tentang cara ber-KB kalender. Saat frasa itu terucap, oleh penulisnya dibangun suasana ketidaksetujuan (negasi), protes, dan marah yang muncul dari si tokoh utama: Akta, dengan deskripsi,’’ Akta berlalu cepat mendengar obrolan di lokasi kamar mandi yang diselingi suara cekikikan.’’ (hlm 105).
Ketiadaan pemahaman tentang konteks suasana saat frasa ’’KB kalender’’ terucap akan membawa pada simpulan bahwa frasa itu bermakna lucah (cabul). Tentu saja, tentang konteks atau suasana (faktor intrinsik) saat dialog berlangsung ini tidak bisa dipahami oleh anak-anak SD. Memang, sejak awal, sesuai dengan keterangan pada kover depan dan belakang, serta isi dalamnya, novelet ini untuk pembaca (minimal) usia SMA.
Kedua; analisis bingkai. Pendekatan kedua ini memuat latar belakang suasana sosial batin penulisnya. Jazimah Al Muhyi, menulis dan menelurkan buku sejak 2001. Tak kurang dari 40 buku ia semai ke pasar, baik buku utuh, kumpulan cerpen, antalogi cerpen bersama penulis lain, novelet, dan kumpulan esai. Meskipun tema buku yang ia tulis beragam, ada satu garis lurus yang bisa saya tarik: semua memiliki semangat untuk perbaikan (dakwah).
Tanda yang paling tampak adalah sebagian besar bukunya berkover wanita berjilbab. Termasuk buku ADdW. Barangkali ini ada kaitan dengan komunitas yang ia libati saat awal menulis, yaitu Forum Lingkar Pena (FLP). Publik luas mengenal forum itu sebagai komunitas kepenulisan yang berjuang mengangkat sastra Islam ke pentas nasional dan mondial.
Tentu akan menjadi sangkaan yang absurd dan mencederai akal sehat publik jika Jazimah Al Muhyi dikatakan menulis buku yang isinya mengarah pada pornografi. Terlalu besar biaya sosial dan moral yang harus ditanggung. (10)
— Agus M Irkham, alumnus Undip, pegiat literasi, Kepala Departemen Penelitian dan Pengembangan Pengurus Pusat Forum Taman Bacaan Masyarakat
Sumber: Suara Merdeka
Silahkan baca juga untuk pengayaan tema :
Suara Merdeka
Afifah Afra
Forum Lingkar Pena (FLP)
Indonesia Optimis
Solopos
Kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar