jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Senin, 21 Juni 2010

Partai Terbuka Bukan Strategi PKS

Wawancara Spesial Inilah.Com Bersama Ustadz Hilmi Aminudin
INILAH.COM, Jakarta. Musyawarah Nasional II PKS memastikan untuk menjadi partai terbuka dan moderat. Apa yang melatari ide ini muncul?

Ketua Majelis Syura DPP PKS Hilmi Aminudin menegaskan, pilihan menjadi partai terbuka sama sekali bukan karena strategi atau taktik. Upaya ini merupakan keniscayaan.

”Karena itu pelaksanaan ajaran Islam,” cetus Hilmi Aminudin saat silaturahmi dengan pers termasuk R Ferdian Andi R dari INILAH.COM, di arena Munas II PKS di Hotel Ritz Carlton Jakarta, Sabtu (19/6). Berikut wawancara lengkapnya:

Apakah upaya PKS serius dalam mengusung partai terbuka dan modern?


Kalau untuk kami, masalah partai terbuka, partai tengah, itu bukan taktis dan strategis, tapi itu pelaksanaan ajaran Islam, muncul dari keyakinan Islam, dan memang harus begitu. Al-Quran sendiri menegaskan untuk menjadi ummatan wasathan.


Konsekuensinya, kita menerima plularitas, itu karakter ciptaan Allah. Tidak ada keseragaman, yang ada keberagaman. Allah menicptakan keberagamaan. Cuma kita inginkan menjadi kesadaran positif mendorong dinamika kehidupan.

Bagaimana dengan idiom Islam yang masih muncul di PKS, apakah tidak kontraproduktif sebagai partai terbuka?

Sebelumnya kita disebut eksklusif, kita membangun identitas dan integritas diri, orang menghargai kita. Kalau kita tidak memiliki kejelasan, kita susah interaksi. Nah, kami membenahi identitas dan integirtas diri.


Setelah jelas, kita mengembangkan dalam umatan wasathan (umat moderat), akhirnya kita berjuang tidak untuk diri sendiri, tapi kemanusiaan. Kalau dulu, tampak menutup, itu mencari identitas diri, itu proteksi.


Setelah identitas jelas bismillah kita bergaul dengan yang lain. Kita akan kerjasama dengan Partai Komunis China (PKC) dan Partai Buruh di Australia, ini pembuktian, kita masuk dalam mainstream dunia, kita tidak mau di pinggiran karena eksklusivitas.

Bagaimana dengan ciri Islam yang masih menonjol?

Kita harus jelas identitasnya, kita ini siapa? ini penting. Kalau dikatakan siapa PKS ya partai Islam. Islam punya aturan yang sifatnya universal, bukan untuk memberangus lainnya. Kita menjaga integritas itu supaya kita bisa berkontribusi.

Bagaimana PKS menjelaskan kepada para kadernya atas upaya menjadi partai terbuka?

Kader kita itu kader terbina. PKS seperti universitas terbuka. Bahkan struktur terkecil dalam PKS bukan DPRA (ranting), tapi ada unit kader yang jumlahnya 5 orang dan maksimal 11 orang.


Dari unit demokrasi terkecil di PKS, dari segi osial elemen sosial terkecil. Jadi insya Allah mereka kader rasional dan sadar. Kalau lembaga tinggi mengambil kebijakan mereka tahu kemana arahnya karena mereka terdidik.

Bagaimana PKS dalam membina kader di luar PKS?

Kita punya sel kaderisasi. Kita mengesahkan leveling kaderisasi delapan level. Ada dua level kader yang menampung siapa saja. Disana terjadi sebuah proses. Kenapa dikasih ruang itu? di daerah-daerah yang mayoritas non muslim, banyak tokoh masyarakat yang datang ke kita, "kami kan bukan DPC" kita bilang kita partai Islam.


Tapi dijawab gak apa apa, kita yang penting agenda. Ini terjadi banyak di DPD, dan kita sahkan. Ini langkah antisipasi ke depan. Ada transformasi kader mulai rijalul Islam, rijalul dakwah, rijalul ummah, dan rijalul daulah.


Nah kalau sudah sampai negarawan, harus bisa bertemu dengan semua, bekerjasama semua. Soal masuk Islam atau tidak? Jangankan PKS, aturan Islam dilarang memaksa orang. Jadi ada konteks kehidupan bangsa dan negara.

Bagaimana soal koalisi permanen yang ditegaskan saat pembukaan Munas PKS?

Itu dibatasi UU, karena masa jabatan presiden dua periode, sebab koalisi kita dengan SBY, yang dibatasi UU selama dua periode. Itu sebetulnya dibahas dan ditawarkan sejak awal, bukan kemarin, tapi konteksnya saya mengingatkan. Itu bukan hal baru.

Apakah PKS puas dalam koalisi dengan SBY?

Kalau bekerjasama dengan orang, jangan subjektif dan berpuas diri. Tapi ukurannya apakah ada manfaatnya atau tidak pada bangsa dan negara. Sampai sekarang koalisi ini masih memberikan manfaat kepada bangsa dan negara.

Bagaimana peran PKS dalam Setgab koalisi?

Dalam kontrak yang kuat, antara saya dan SBY antara DPP PKS dan Partai Demokrat dengan poin yang jelas. Dari semua pelaksanaan ini, masih produktif untuk negara dan bangsa. Kita tidak terjebak oleh manuver dan provokasi. Koalisi ada ukurannya.

[mdr/inilah.com]


Sumber: PK-Sejahtera Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar