jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Minggu, 24 Januari 2010

PKS Takkan Ubah Gaya di Century


JAKARTA. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menegaskan tidak akan mengubah cara dan gaya anggota fraksinya di Panitia Khusus (Pansus) Angket Century. Sikap kritis anggota Fraksi PKS di pansus dinilai telah berada dalam jalur yang benar untuk menggali substansi kasus Bank Century.

''Anggota pansus kami sudah benar. Kami juga tidak pernah punya niat mengganti anggota kami di Pansus Century,'' kata Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq, ketika dihubungi Republika, Kamis (21/1).

Menurut Luthfi, PKS rutin mengevaluasi anggotanya di pansus dua kali tiap sepekan. Berdasarkan evaluasi selama ini, kata Luthfi, PKS tidak menilai adanya kesalahan cara bekerja anggotanya di pansus.

Jika ada penilaian dari pihak luar bahwa anggotanya sangat keras dan kritis terhadap para terperiksa, menurut Luthfi, justru itu dilakukan untuk mengejar substansi dan tidak bertujuan untuk membela orang per orang.

Menyinggung soal adanya protes dari kubu Demokrat terhadap anggota pansus dari PKS, Luthfi menjawab, koalisi yang dibangun PKS dengan Demokrat adalah koalisi untuk menciptakan clean governance dan good governance, bukan membela orang per orang.

''Mereka bicara atas nama siapa, komunikasi PKS dan Pak SBY berjalan baik dan SBY welcome dengan kerja PKS di pansus,'' tegas Luthfi.

Dalam sebuah media online nasional, anggota pansus dari Partai Demokrat, Ruhut Sitompul, menyinggung anggota pansus dari mitra koalisi Partai Demokrat, yaitu PKS dan Partai Golkar (PG). ''Mereka itu berdiri di dua kaki,'' kata Ruhut.

Ia memprotes mitra koalisinya itu. Jika PKS dan PG konsisten sebagai koalisi, kata dia, seharusnya mereka membela Sri Mulyani dan Boediono. ''Kalau kritis, nggak usah ikut boncengan (bermitra--Red),'' kata Ruhut.

Ruhut mengaku mengerti alasan PG bersikap seperti itu. ''Aku juga bekas kader Golkar, kau mengertilah. Di sini (pansus--Red) juga masih ada fans JK (Jusuf Kalla--Red),'' kata Ruhut.

Peneliti LSI, Burhanuddin Muhtadi, mengatakan, pernyataan yang dikeluarkan Ruhut, Mubarok, ataupun Benny K Harman di pansus tentang PKS dan PG yang bermain di dua kaki merupakan implikasi dari evaluasi SBY terhadap mitra koalisi.

''Evaluasi yang disampaikan SBY adalah eufeumisme atau penghalusan politik dari kekecewaan SBY terhadap mitra koalisi dalam kasus Century,'' ungkap Burhan.

Anak buah SBY di Partai Demokrat, seperti Ruhut ataupun Mubarok, adalah orang yang bertugas memperjelas pesan politik SBY dalam bahasa yang lebih clear dan tidak bersayap.

Tudingan Mubarak ataupun Ruhut terhadap PG dan PKS menunjukkan kerisauan elite Demokrat terhadap sepak terjang PG dan PKS yang makin sulit dikendalikan.


Sumber: Republika Newsroom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar