DPW PKS Jateng mengadakan muskerwil di Desa Paremono Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang tanggal 2-3 April ini. Selain untuk mengingatkan empati publik terhadap bencana lanjutan Merapi, juga secara khusus, sebagai ajakan dan contoh bagi kader PKS untuk tetap peduli pada lingkungan yang sedang tertimpa musibah atau yang sedang membutuhkan bantuan.
RUNTUHNYA jembatan Pabelan di Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang yang menghubungkan jalur utama Semarang-Yogyakarta (SM, 31/03/11) menarik kembali perhatian publik, bahwa ancaman bahaya setelah letusan besar Merapi pada 26 Oktober 2010 masih berlangsung hingga kini. Waktu itu, kepedulian pemerintah dibantu kelompok masyarakat sangat luar biasa untuk bisa meringankan beban 270 ribu warga di pengungsian.
Tiap pemkab spontan menggunakan anggaran bencana yang tersedia antara Rp 1 miliar dan Rp 1,5 miliar, sementara Pemprov Jateng langsung mencairkan Rp 2,5 miliar 3 hari pascaerupsi besar. Kemudian turun lagi kucuran Rp 21,5 miliar untuk menangani pengungsi 20 hari berikutnya. Gubernur Bibit Waluyo pun menggandeng swasta untuk menggali dana hingga terhimpun sekitar Rp 6 miliar.
Karena lebih dari satu bulan bencana tak kunjung usai maka pemkab dan pemprov pun angkat tangan dari segi pendanaan, dan selanjutnya ditangani Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat. Awalnya mulus, namun belakangan mereka pun hilang dari peredaran senyampang dinyatakan amannya Merapi oleh BMKG. Begitu pula perhatian dan uluran tangan dari kelompok masyarakat mulai menyepi.