jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Selasa, 05 April 2011

Palu Gada, Senjata Sakti Murobbi

Gak salah nich? murobbi harus pakai kekerasan? Apa kader binaan mau dididik jadi tukang gasruk? Jelas bukan itu maksudnya.

Palu gada itu, kata ustadz Tulus Musthofa, “aPA yang LU mau, Gue ADA”. Artinya, apa yang jadi kebutuhan mutarobbi (binaan) dalam proses tarbiyah dapat dipenuhi oleh murobbi (pembina liqo). Kader butuh ilmu/tsaqofah islamiyah, maka murobbinya punya ilmu dan tsaqofah. Kader butuh peningkatan ibadah/ruhiyah, maka murobbi adalah yang rajin ibadahnya dan bisa memberi tauladan bukan hanya arahan. Kader menginginkan kemanisan ukhuwah, maka murobbi mampu mewujudkan komunitas liqo sebagai oase mata air ukhuwah. Kader butuh aktualisasi kerja dakwah, maka murobbi adalah orang yang aktif dalam kerja-kerja dakwah. Murobbi diumpamakan seperti toserba, toko serba ada, yang siap melayani pelanggan (mutarobbi) apapun kebutuhannya.

Demikian urai ustadz Tulus Musthofa yang disampaikan dalam pertemuan murobbi DPD PKS Bantul, Ahad (3/4/2011).

“Sewaktu saya hendak kuliah ke Mesir, saya sempat merantau ke Jakarta sambil menunggu keberangkatan ke Mesir beberapa bulan. Untuk menghidupi dengan jualan barang-barang, pernah jualan elektronik, buku-buku, dll. Setelah pengalaman, akhirnya saya jualan ‘Palu Gada’: apa yang lu mau, gue ada,” ujar ustadz Tulus sambilo tersenyum bercerita asal muasal teori “Palu Gada” yang sekarang diterapkan dalam dunia tarbiyah.


“Faaqidusy Syai' Laa Yu'thi, yang tidak berpunya, tidak akan memberi. Demikian pepatah arab. Karena orang yang tidak memiliki apa-apa tidak mungkin memberi. Kalau murobbi tidak punya bekal ilmu, ruhiyah, akhlak, keteladanan, kedisiplinan, tidak mungkin bisa menjadikan kader binaannya menjadi kader dakwah yang diharapkan,” lanjut ustadz pembina pesantren mahasiswa Daaru Hiraa Jogjakarta.

Masa depan dakwah dan jamaah sangat bergantung dari kader-kadernya. Sudah banyak contoh organisasi yang bertumbangan atau stagnan atau tinggal kenangan karena tidak cukup kuat sistem kaderisasinya (tarbiyah).


“Coba pikirkan, sistem mana lagi yang mampu menjaga dan meningkatkan iman taqwa kita, kalau bukan tarbiyah? Makanya kalau saya ditanya, kenapa ada penguasa-penguasa yang diktator berlaku semena-mena kepada rakyatnya? Penyebabnya memang kompleks, tapi satu ujungnya: karena mereka tidak tarbiyah,” ujar ustadz Tulus dengan gaya sersan, serius tapi santai.

Oleh karenanya beliau menekankan agar para murobbi tidak lelahnya memotivasi diri dan meng-upgrade serta meng-update status ilmu, ruhiyah, akhlaqiyah, agar menjadi bekalan dalam membina mutarobbinya sehingga akan terus lahir kader-kader yang sanggup menghadapi dan menjawab tantangan zamannya. Dengan itulah kita menatap penuh optimis masa depan dakwah.


Reporter: PKS Piyungan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar