Kejadian demi kejadian kerusuhan maupun kekerasan, datang silih berganti di negeri ini. Mulai dari amuk massa di Tarakan, Kalimantan Timur sejak Minggu (26/9) lalu, disusul kerusuhan mejelang sidang kasus Blowfish di Jalan Ampera Jakarta, hingga ledakan bom sepeda di Kalimalang yang diduga akan ditujukan kepada polisi. Untuk peristiwa yang terakhir ini, masyarakat dan aparat keamanan diminta untuk meningkatkan kewaspadaan menghadapi aksi terorisme yang mungkin mengancam.
Menteri Agama, Suryadharma Ali:
Kalau kita lihat beberapa kejadian dalam bulan-bulan ini memang sangat mengkhawatirkan. Terorisme menunjukkan kekuatan yang lebih tinggi dibanding sebelumnya. Oleh karena itu, saya minta semua pihak meningkatkan kewaspadaan, aparat maupun masyarakat meningkatkan kewaspadaan agar tidak terjadi kekerasan dan tidak memakan korban.
Aksi-aksi terorisme yang muncul, tindak kekerasan atas nama apa pun termasuk atas nama agama tidak bisa dibenarkan. Aksi semacam itu harus dikutuk. Kekerasan bukanlah jihad, karena jihad harus memiliki dasar yang jelas. Jika para pelaku aksi terorisme beranggapan ada pihak-pihak yang memusuhi Islam di Indonesia, hal itu bukan pemikiran yang benar.
Siapa yang memusuhi Islam di Indonesia? Pemerintah tidak memusuhi Islam, pemerintah tidak melarang ibadah, Presidennya Islam, Wapres Islam, menteri Islam, penduduk mayoritas Islam, gubernur dan pejabat juga mayoritas Islam, agama lain pun berkembang baik tanpa ada hambatan. Jadi kalau ada yang mengatasnamakan Islam, jihad tidak berdasarkan pemikiran sama sekali, tidak benar.
Jihad harus diartikan pada arti lain yang lebih bermanfaat, seperti misalnya bidang pendidikan, pengentasan kemiskinan, membangun bangsa yang berkarakter, dan sebagainya. Dalam Islam tidak ada ajaran membunuh, apalagi membunuh orang tidak bersalah.
Saya ingat satu ayat, kalau membunuh satu orang sama saja membunuh umat manusia sejagat raya. Sementara kalau kita menghidupkan satu orang, sama dengan menghidupkan umat manusia sejagat raya. Jadi bukan ajaran yang mengumbar pembunuhan dan ketakutan.
Tokoh Muhammadiyah, Abdul Mu’thi:
Perampokan atas nama agama yang dilakukan oleh teroris dinilai tidak mencerminkan Islam yang mengajarkan kasih sayang. Dalam pandangan teroris, perampokan menjadi halal karena mereka tak mengakui negara yang tidak sesuai dengan konsep mereka. Itu tidak mencerminkan sikap umat Islam di mana Islam yang mengajarkan kasih sayang.
Padahal, dalam Islam, pada kondisi perang pun dilarang merusak fasilitas vital seperti sumber makanan. Tak hanya itu, anak-anak dan orang tua juga tak boleh disakiti atau dibunuh. Apalagi dalam kondisi damai.
Sikap teroris ini muncul karena teroris tidak mengakui pemerintahan yang tidak sesuai dengan konsep mereka. Karena tidak mengakui, maka produk hukum yang dibuat oleh pemerintah tidak harus dipatuhi. Oleh karena itu mereka menganggap perbuatan tersebut sebagai sesuatu yang sah.
Meski perbuatan tersebut mengakibatkan kematian orang yang tak bersalah, teroris menilai itu konsekuensi logis dari perjuangan. Seperti kata Imam Samudra, kalau ada yang meninggal dari kalangan Islam akibat aksi mereka, cukup meminta maaf.
Sekjen International Conference Islamic Scholars (ICIS) dan Mantan Ketua Umum PBNU, KH Hasyim Muzadi:
Apa pun alasannya merampok adalah haram. Yang ada dalam Islam adalah pembagian rampasan perang, dan untuk menyatakan perang adalah hak negara bukan hak kelompok atau perorangan. Kalau menyatakan sendiri-sendiri seperti itu, mereka harus ditumpas.
Perampokan atas nama agama yang dilakukan oleh teroris dinilai tidak mencerminkan Islam yang mengajarkan kasih sayang. Itu tidak mencerminkan sikap umat Islam di mana Islam yang mengajarkan kasih sayang.
Dalam ajaran Islam, pada kondisi perang pun dilarang merusak fasilitas vital seperti sumber makanan. Tak hanya itu, anak-anak dan orang tua juga tak boleh disakiti atau dibunuh, apalagi kondisi damai.
Menkominfo, Tifatul Semiring
Belakangan ini kejahatan, utamanya perampokan, sering kali dikaitkan dengan aksi gerakan terorisme. berpendapat perlu penyelidikan terlebih dahulu sebelum menyatakan hal tersebut adalah terorisme. ”Menurut saya itu perlu identifikasi yang lebih jauh, baru kita menyimpulkan ini terorisme atau bukan.
Perlu diselidiki apakah setiap aksi perampokan yang terjadi merupakan kerja organisasi yang memiliki tujuan politik dan tujuan jangka panjang. Kalau apa saja kita sebut terorisme, bisa repot nanti.
Saya tidak setuju aksi terorisme diidentikkan dengan Islam. Meski PKS berasaskan Islam namun partai yang identik dengan citra partai dakwah tersebut tidak sepaham dengan gerakan terorisme.
PKS ranahnya bukan itu (terorisme), PKS ranahnya reformasi, dengan dakwah bagaimana memperbaiki pemerintahan ini. Kan kiprahnya selama ini di situ. Tidak mengikuti gerakan-gerakan underground.
Sumber: Harian Joglosemar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar