jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Jumat, 21 Mei 2010

Door to door lebih efektif, kampanye tertutup masih jadi pilihan

Sukoharjo (Espos). Kampanye tertutup masih menjadi pilihan para calon bupati/wakil bupati di hari kedua masa kampanye, Kamis (20/5).

Ketua tim sukses pasangan M Toha – Wahyudi (Ha-Di), M Amin menjelaskan, kegiatan kampanye di hari kedua masih sama. “Untuk hari kedua ini kami mendapat giliran di zona dua yaitu Bendosari, Sukoharjo, Polokarto serta Mojolaban,” jelasnya ketika dihubungi Espos, Kamis.

Amin menjelaskan, sama halnya seperti hari pertama, sejumlah tim akan melakukan kampanye dengan kendaraan bermotor sambil menyebarkan atribut Pilkada semacam stiker. Langkah itu dilakukan sebagai bentuk sosialisasi serta mengenalkan kepada masyarakat pasangan Ha-Di.

“Selain menyebarkan atribut kami juga melakukan sejumlah pertemuan tertutup dengan warga. Pertemuan itu tidak hanya satu melainkan ada beberapa pertemuan tergantung kepada tim mana yang menyelenggarakan,” jelasnya.

Disinggung mengenai bentuk pertemuan dengan warga, Amin menjelaskan, macam-macam. “Ada pertemuan dialogis, ada juga semisal dengan pengajian. Macam-macamlah,” ujarnya.

Sementara itu ketua tim sukses Titik Bambang Riyanto (TBR)-Sutarto, Giyarto menjelaskan hal senada. “Untuk kampanye hari ini (kemarin-red) masih pertemuan tertutup. Tidak ada kampanye terbuka,” jelasnya.

Giyarto menambahkan, pasangan TBR-Tarto memilih kampanye tertutup karena lebih efektif dibandingkan melakukan kampanye terbuka. Menurut Giyarto, dengan melibatkan massa yang banyak tidak bisa menjamin akan meraup dukungan yang banyak pula.


Sumber: Solopos Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar