jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Jumat, 21 Mei 2010

Pemilih Pilkada cenderung pragmatis

Sukoharjo (Espos). Sikap warga yang cenderung pragmatis dalam pemilihan umum kepala daerah (Pilkada) 3 Juni nanti menjadi sorotan para peserta Seminar bertema Menuju Pilkada Kabupaten Sukoharjo yang Damai dan Berkualitas di Wisma Boga, Kamis (20/5).

Dalam acara seminar itu hadir tiga pembicara yaitu Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Prof Bambang Setiaji, Dosen Universitas Sebelas Maret (UNS) Prof Andrik Purwasito serta Dekan Fakultas Hukum UNS, Moh Jamin SH MHum.

Para peserta kebanyakan menanyakan sikap para pemilih yang cenderung pragmatis. Bentuk pragmatisme itu terlihat dari sikap masyarakat yang sengaja menunggu-nunggu imbalan uang dari para calon bupati/wakil bupati untuk memilih salah satu dari mereka.

Salah seorang penanya, Bambang Hermanto mengatakan, pihaknya menyayangkan sikap warga yang mau memilih calon tertentu hanya dengan imbalan Rp 20.000 hingga Rp 50.000.

“Ketika warga diberi uang Rp 20.000 sampai Rp 50.000, mereka langsung mau memilih calon tertentu. Itu sangat disayangkan karena imbas dari tindakan itu berpengaruh kepada nasib mereka hingga lima tahun mendatang,” tandasnya.

Hal senada disampaikan peserta lain, Ruhanah. Dia mengaku prihatin dengan sikap para perempuan khususnya mereka yang kondisi ekonominya lemah.

“Saya sangat prihatin dengan para ibu-ibu apalagi mereka yang kondisi ekonominya lemah. Sebab mereka itu saya lihat mudah sekali disogok,” ujarnya.

Bentuk gampang disogok itu, lanjut Ruhanah, terbukti dari sikap para wanita yang mengharap imbalan uang untuk memilih calon tertentu. Kendati para wanita tahu bahwa hal itu salah namun tetap saja sikap itu mereka pertahankan.

Sementara M Jamin menjelaskan, sikap yang ditunjukkan masyarakat berkaitan dengan suburnya money politics menunjukkan sikap warga yang belum dewasa. Agar hal tersebut berubah, diperlukan usaha dari semua elemen bukan hanya Komisi Pemilihan Umum (KPU) namun juga calon serta masyarakat sendiri.


Sumber: Solopos Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar